Un

4.5K 657 26
                                    

"HIHI untung aja ada lo yang nolongin gue," celetuk Yeri, memecah keheningan yang sempat menyelimuti keduanya. Ia terkekeh pelan melirik lelaki itu. "Tapi ngomong-ngomong makasih, ya."

Lelaki itu mendengus. "Untung untung! Lo tuh-astaghfirullah!? Lo ke Singapur cuman bawa uang 500.000?! Lo tau nggak biaya hidup di Singapur tuh mahal!" sungutnya pedas.

Wajah Yeri mendadak cemberut. "Iiih, jangan marah-marah dulu dong. Ini tuh karena gue lagi terima tantangan bokap gue tau," cerocosnya, sambil berusaha mensejajarkan langkahnya dengan lelaki-yang entah namanya siapa itu.

"Jadi ceritanya gue lagi terima tantangan dari bokap. Gue harus bisa bertahan dengan uang 500.000 di Singapur. Kalau berhasil, dia bakalan beliin gue mobil. Tapi dengan syarat, selama seminggu di sini, gue nggak boleh nelfon orang tua gue dan harus balik ke Indonesia dengan uang sisa," jelas Yeri panjang lebar.

Lelaki itu lantas menautkan alisnya sebelah. "Ya terus? Itu urusan gue gitu?" tanyanya, kemudian mendecak malas. "Bodo amat. Gue nggak peduli. Intinya, selamat menjalankan tantangan dari bokap lo itu. Udah, gue mau pergi. Gue banyak kerjaan."

Baru saja lelaki itu ingin pergi, namun Yeri buru-buru menarik lengannya. "Iiih, jangan pergi dooong. Masa lo tega ninggalin gue sendirian di sini? Ntar kalau gue diapa-apain lagi gimana? Gue kan nggak kenal siapa-siapa," ucapnya, memasang wajah memelas. "Pliiiis bantuin gue, ya? Anterin gue ketemu Chaeyoung."

Lelaki itu meringis frustasi. Benar-benar perempuan ini membuatnya tak habis pikir. "Yaudah siniin alamatnya!" cetusnya, masih memasang wajah kesal.

Ekspresi Yeri mendadak girang kembali. "Serius lo mau bantuin gue?!"

"Iya," sahutnya malas. "Buruan siniin alamatnya. Ntar gue anterin."

Buru-buru Yeri mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, kemudian menyodorkannya ke arah lelaki itu dengan semangat. Dia senang sekali karena lelaki ini masih mau membantunya. "Ngomong-ngomong, nama gue Yeri. Nama lo siapa?" tanyanya, sembari menjulurkan tangan.

Lelaki itu hanya membalas juluran tangan tersebut dengan singkat. "Jungkook," balasnya, kemudian mendengus pelan. "Gue tau nih alamatnya. Ya udah ayo."

"Asiiik!" serunya, terlalu semangat. Saking semangatnya, dia bahkan tidak sadar kalau lelaki bernama Jungkook itu sudah melangkah terlebih dahulu di depannya. "IHH! JUNGKOOOOK! TUNGGUUUIN!"

***

"Nih, apartemen temen lo," sahut Jungkook, begitu keduanya sudah sampai di depan sebuah apartemen yang cukup mewah.

"Oi, Chae-" Ucapan Jungkook lantas terhenti, tepat saat dia menyadari sesuatu. Seorang gadis berambut sebahu yang tengah berjalan ke arahnya itu membuat dirinya tersadar. "Ooh, jadi Chaeyoung yang lo maksud tuh ini?"

"Jadi lo yang namanya Chaeyoung?! Lo tuh ya, ditungguin malah nggak nongol. Kemana aja sih? Gue lari-lari dikejar orang, capek tau nggak. Gimana sih," gerutu Yeri sedikit kesal.

Sementara Chaeyoung langsung menatapnya sinis. "Oh, lo Yeri?" tanyanya, tampak tak niat. "Ya udah sih, lagian kan lo udah di sini."

"Ya tapi kaki gue pegel-"

"Ah elah," Jungkook meringis pelan. "Udah udah. Lo kalau mau berantem, debat, silakan. Dan lo, Yer, lo boleh marahin Chaeyoung karena dia nggak jemput lo di bandara barusan. Oke? Gue mau kuliah dulu. Udah telat."

Tanpa menunggu balasan keduanya, Jungkook sudah melesat duluan meninggalkan Yeri dan Chaeyoung yang masih berdebat kecil di taman depan apartemen.

Singapore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang