Ten

2.6K 479 45
                                    

“NGGAK mau gue pergi gimana maksudnya...?” Yeri menautkan alis sebelah, masih menatap Jungkook dengan tatapan bertanya-tanya, tampak penasaran. Sebenarnya, Yeri cukup mengerti, apa yang baru saja dikatakan lelaki itu. Namun, ia tak ingin cepat-cepat mengambil kesimpulan. Bisa saja Jungkook sedang bergurau. “Gue nggak....”

“Iya. Gue....nggak mau lo cepet-cepet pergi,” sela Jungkook gesit, memasang wajah serius. Ditatapnya Yeri lamat-lamat, hingga ia tak sadar kalau jantung gadis itu juga sedang melompat-lompat. Sepersekian detik kemudian aksi saling bersitatap itu terjadi, hingga akhirnya tawa Jungkook langsung pecah, menggema seisi ruangan tersebut. “Tapi gue bo'ong!”

Mendadak wajah Yeri merah padam, menahan rasa kesal. Tuh, kan. Sudah ia duga Jungkook akan mengerjainya! Oh, ayolah. Siapa yang percaya juga makhluk dihadapannya ini bisa bersikap romantis? Mustahil sekali!

“Ih! Ngeselin banget sih, lo!” Sebuah pukulan cukup keras lantas mendarat di lengan kanannya, membuat sang empu langsung meringis pelan. Lain halnya dengan Yeri yang terlihat masa bodoh, tak peduli dengan Jungkook yang kesakitan. “Kapan sih lo berhenti nyebelin?!”

“Eh, udah dong! Aduh! Udah woi!” Sampai akhirnya Yeri menghentikan aksinya, Jungkook mendengus pelan, melirik Yeri yang masih memasang ekspresi jengkel. Lelaki itu menahan senyum. “Kenapa? Lo udah baper gue gituin? Hm? Wah, wah. Jangan bilang--”

“Jangan bilang apa? Jangan bilang kalau gue naksir sama lo, iya?” Yeri berdesis, menatap Jungkook malas. “Ngapain juga gue harus suka sama orang semenyebalkan lo? Ck.”

“Padahal gue nggak ngomong gitu...,” balas Jungkook santai, menahan senyuman jahil. Kontan, Yeri membulatkan mata kaget. Astaga. Tidak seharusnya juga ia menduga-duga seperti itu. Dengan cepat, ia segera membuang muka, enggan menatap Jungkook. “Kenapa? Lo malu udah ngomong begitu? Pffft, tuh, kan. Jadinya kemakan omongan sendiri.”

“Terserah lo,” balas Yeri malas, seraya berniat turun dari kasur. Namun, tangan Jungkook segera menahannya. Gadis itu menoleh, menautkan alis, bingung. Ia mendengus pelan. “Apa lagi sih, Jungkook?”

“Gue.... pengen jalan-jalan.”

Alis Yeri tertaut sejenak. “Lo.... mau jalan-jalan?” tanya Yeri, mendengus pelan. “Gila? Ini udah malem. Waktunya orang buat istirahat. Bukan buat jalan-jalan. Heran, semenjak sakit, permintaan lo selalu aneh. Kenapa, sih?”

“Gue bosen di sini,” gumam Jungkook pelan. “Gue pengen jalan-jalan ke taman. Lo mau kan temenin gue?”

Yeri menggeleng cepat, tersenyum miring. “Just stay here, Sir. Lo nggak usah ke mana-mana. Kalau lo butuh hiburan, biar gue yang berusaha buat hibur lo,” tuturnya, memasang wajah sedikit serius. Gadis itu menghela napas pendek. “Gue tahu, lo sebenernya udah baik-baik aja. Tapi.... gue takut lo kenapa-kenapa lagi. Seriously.

Jungkook tersenyum. “Ada lo, gue nggak bakal kenapa-kenapa,” ujarnya pelan. Kali ini tatapannya berubah sendu, membuat Yeri semakin tak tega jika tak mengabulkan permintaan lelaki itu. “Temenin gue jalan-jalan sebentar aja, Yer.”

Yeri terdiam, menatap Jungkook yang sudah memasang ekspresi memohon. Untuk beberapa saat,  keduanya hening, bersitatap, entah menyiratkan apa lewat tatapan itu. Hingga akhirnya, Yeri menghela napas panjang, memejamkan mata, seraya mengangguk pela--sebagai jawaban atas permintaan Jungkook tadi.

Senyuman manis kontan mengembang di sudut bibir lelaki itu. Dalam hati, ia tahu, Yeri memang tak pernah membuatnya kecewa.

* * *

“Entah udah keberapa kalinya kita liat bintang bareng malem-malem begini,” gumam Jungkoon pelan, tak mengalihkan pandangannya dari langit-langit yang menaburkan jutaan bintang. Lelaki itu tersenyum. “Lo mungkin bosen karena nyaris setiap hari gue ngajak lo buat nge--”

Singapore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang