~~~~~
"Dan untuk ke sekian kalinya, aku tidak mencintai Fos," tambahku dengan datar saking bosannya. Aku menatap simbol petir di lenganku, berusaha menahan emosi dan mencoba membayangkan kekuatan petir yang mengumpul di tangan, kemudian disimpan dan dikunci erat hingga tidak meledak. Rasanya kesal ketika orang-orang menganggap aku dan Fos itu berjodoh.
"Tapi Alson," lirihku.
"Wah." Suara kekehan familier memenuhi kepalaku. "Ada yang baru saja mengakui sesuatu?"
~~~~~
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan terlebih dahulu: membunuh Astro atau mencari Wyne.
Tidak, aku bukannya ingin menghajar Wyne atau semacamnya walaupun aku masih sedikit kesal padanya. Karena selain aku tidak bisa menyakiti perempuan, aku akan meminta bantuannya nanti. Lily menyarankanku untuk melakukan hal yang sama dengannya dulu, yaitu meminta Wyne menyelidiki siapa cinta sejatiku yang sebenarnya, untuk memastikan apakah Fos menipuku, seperti yang pernah dilakukan Astro terhadap Lily.
Kedengarannya menggelikan, menanyakan siapa cinta sejatiku maksudnya, ketika sebenarnya aku sudah tahu jawabannya, walaupun Lily menolak untuk mempercayai kalau pria yang sebenarnya kucintai adalah manusia.
Karena Astro tidak menampakkan batang hidungnya selama seminggu ini (aku jadi curiga apakah ia sengaja kabur dariku), jadi pilihanku hanyalah meminta bantuan konyol itu pada Wyne, yang sengaja kutunda-tunda. Maksudku, siapa sih yang peduli dengan nama pasangan cinta sejati yang tertulis di dokumen rahasia Raja Evole ketika kau adalah Sang Pertanda yang mungkin saja harus menghadapi masalah-masalah yang lebih serius di kemudian hari? Raja Wison memintaku untuk terus mengingat sajak ramalan itu, dan aku yakin tujuannya tidak sekedar untuk melatih memoriku. Bagaimana pun, sebuah bencana akan tiba.
Tapi Lily terus mendesakku, dan meyakinkanku kalau aku bisa bebas menghajar Fos sampai puas kalau Fos terbukti menipu. Lalu aku membalas, kenapa kami tidak menghajar Astro terlebih dulu sebelum mengurus urusanku. Kemudian Lily mengingatkanku kalau ia sudah pernah mencakar Astro itu sampai pria genit itu harus menerima beberapa jahitan besar.
"Tapi kita sudah tahu kebenarannya. Aku tidak menyukai Fos, jadi dia jelas bukan cinta sejatiku. Masalah selesai," kataku ketika suatu hari Lily menarikku ke kamarnya dan mengeluarkan tablet seukuran buku tulis.
"Jika Fos telah mengaku kalau ia mencintaimu, sedangkan kau malah menyukai manusia yang bernama Aston itu, masalah tidak selesai," tukas Lily. Kemudian ia meletakkan tabletnya di atas tempat tidur dan bergumam, "Aku ingin berbicara pada Wyne Evole."
"Namanya Alson," koreksiku. Tapi Lily tidak menghiraukannya.
Papa pernah menawariku tablet, sebuah kaca pipih berbentuk persegi yang berfungsi untuk memudahkan komunikasi. Tapi ketika aku mengetahui kalau tablet tidak bisa digunakan untuk menghubungi seseorang di Bumi, dan aku tidak memiliki siapa pun yang menarik untuk dihubungi di Godios, jadi aku menolaknya.
Sebuah asap biru keperakan muncul dan menari-nari di atas permukaan tablet, membentuk sosok wajah Wyne dengan rambut berantakan yang mengerjap dengan mata mengantuk.
"Kau memanggilku dari hibernasi bulananku," katanya dengan suara serak. Kemudian ia terbelalak ketika menatapku. "Astaga, Alectra!" pekiknya sambil menutup wajahnya dengan panik. Ia menundukkan kepala dan bergumam dari balik telapak tangannya. "Maafkan aku. Kata Lily kau marah."
"Lupakan saja," kataku sambil memutar bola mata.
"Dan katanya kau akan meninjuku habis-habisan," lanjutnya, mengintipku dari sela-sela jari yang menutup wajahnya.