Aku merapatkan mantel hangatku, perubahan cuaca yang drastis membuat ibu selalu menceramahiku habis-habisan. Ya, walaupun aku ini bukan gadis remaja lagi. Percaya atau tidak, usiaku sudah menginjak 24 tahun. Dan belum menduduki bangku perkuliahan.
Aku pengangguran sejak lulus dari SMA. Ibulah yang sangat cerewet tentang urusan pendidikanku, bisa dibilang otakku ini bukan otak udang. Tentu saja ia selalu membicarakan universitas-universitas ternama di dunia kepadaku setiap saat.
Ingat, setiap saat.
Laptop dan ponsel selalu setia menemani dimanapun dan kapapun aku mau. Termasuk ketika menunggu Russel ini, lebih lama daripada harus mengumpulkan uang sebanyak 1 won. Percaya padaku, aku sudah menunggu orang ini lebih dari dua jam sendirian.
"Jiyoung-ah! Mianhae, adikku cerewet ingin ikut. Aku harus menenangkannya dulu sebentar, ibuku pergi ke Busan malam tadi. Jadi akulah yang mengurus semua pekerjaannya sekarang." Younghee menarik kursi lalu mendudukinya.
Aku menyesap sedikit cokelat pesananku lalu menatapnya. "Bagaimana dengan adikmu? Dia sendirian sekarang di rumah, kau ini kakak macam apa?"
"Aish, tenang dulu. Adikku yang satunya sedang di rumah, tidak usah khawatir," balasnya.
"Meninggalkan dua orang bocah di rumah tanpa pengawasan orang dewasa? Otakmu tertukar dengan mereka, ya?"
Younghee adalah teman dekatku. Kami satu sekolah sejak duduk dibangku sekolah dasar sampai sekarang. Aku lebih suka memanggilnya Russel bukan karena wanita ini gemuk atau berkacamata melainkan, percaya atau tidak Younghee memiliki rasa ingin tahu yang jauh dan jiwanya selalu bersemangat seperti Russel.
Wanita ini lebih tua setahun dariku, dan belum mempunyai kekasih. Itu cukup membuatku lega, tetapi tidak dengan fakta yang mengatakan bahwa ia adalah mahasiswa fakultas Hukum di salah satu universitas Seoul. Wow, hebat bukan? Namun, sangat disayangkan tindakan cerobohnya saat ini.
"Adikku sudah berusia lima belas kau tahu! Dia tidak akan membuat ulah sepertimu, nona Choi."
"Apa maksudmu?! Aku tidak--" Kalimatku terpotong oleh seorang pelayan yang datang membawa pesanan Younghee.
Setelahnya Younghee mengucapkan terimakasih lalu kembali menatapku. "Kau tahu boygroup itu?" Ia menunjuk salah satu channel televisi yang sedang menampilkan live performans dari boygroup.
"Kau saja tidak tahu bagaimana denganku."
"Siapa bilang tidak tahu? Aku tahu! Aku hanya sedang mengujimu." Younghee menyesap coffelate miliknya lalu kembali menatapku. "Mereka adalah boygroup yang sedang naik daun. Kau tahu? Setiap music video yang dirilis selalu mendapat perhatian semua netizen."
Sejujurnya aku tidak begitu peduli dengan kehidupan para artis. Namun, apa boleh buat wanita ini sudah terlanjur bercerita dan jika ia sudah bercerita maka siapkan telinga kalian untuk mendengarkan ceritanya sampai usai. "Lalu?"
Younghee menunjukkan foto lockscreen ponselnya padaku. "Kim Namjoon dan Min Yoongi. Ah, mereka ini tampan sekali bukan? Asal kau tahu saja mereka rapper paling berpengaruh di Korea."
"Seandainya aku seberuntung mereka," Younghee menunjuk saluran televisi. "Bisa menonton para oppa secara langsung. Aigoo Jiyoung-ah! Kau mendengarku tidak?"
Aku mendengar, namun wajahku saja yang tidak memperhatikannya. "Aku mendengarmu, dan jangan berteriak! Telingaku panas mendengarnya."
"Aku ke toilet dulu," kataku lagi.
Aku berjalan (sedikit berlari) karena aku sudah tidak tahan lagi igin mengeluarkan air yang sudah tidak berguna lagi ini. Dan berhasil mendapat umpatan orang yang sedng berlalu lalang di toilet. Aku sempat menggerutu karena untuk apa berkeliaran di sekitar toilet?
"Ya! Kau mengintip! Keluar dari sini, ini bukan tempatmu!" Aku berteriak kepada seorang laki-laki yang wajahnya pernah kulihat. Tentu saja dengan menutup mataku seperempat.
"Kau sehat nona? Lihat di belakangmu, apakah itu tulisan toilet perempuan?" Pria ini menekan kata 'toilet perempuan' pada kalimatnya.
Jadi bisa disimpulkan aku ini salah masuk toilet? Sepertinya begitu. Bodoh! Jiyoung bodoh!
Pria yang tidak kuketahui namanya ini tersenyum ... menurut kata hatiku mungkin ya, tersenyum mesum. Kau harus lihat dia, menggelikan kau tahu?! Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa selain diam. Rasanya tubuhku ada yang mengunci lalu kuncinya dibuang jauh-jauh.
Aku menebak, wajahku ini pasti sudah berubah menjadi merah ... merah muda. Aku akan mengatakan ini sedikit berlebihan, tapi beginilah aku. Mudah sekali berubah raut wajah ketika ada sesuatu yang menarik di hati.
Apa baru saja aku mengatakan masalah hati? Ingat, tidak untuk pria ini. Dia masih saja memandangiku detail. Dari atas rambutku hingga bawah kakiku.
Gadis sepertiku siapa yang tidak ketakutan ketika melihatnya? Dengan sisa tenaga yang sudah kukumpulkan ketika berdiam diri tadi aku berlari sekencang mungkin lalu mengunci diri di salah satu bilik toilet perempuan. Kali ini aku tidak salah masuk toilet (lagi). Isinya benar-benar seratus persen semuanya adalah wanita.
Aku memandangi wajahku di wastafel super besar ini. Salah satu alasan aku hanya ingin menghabiskan waktu di kedai mini, tidak lebih di sebuah mall atau cafe apapun selain kedai ini. "Choi Jiyoung bodoh! Kenapa tidak melihat dulu? Astaga, bagaimana jika laki-laki itu menemuiku setelah aku keluar dari sini?"
Aku memukuli kepala pelan, benar-benar tidak pernah kuprediksi sebelumnya akan terjadi seperti ini. Sepanjang hidupku, aku hanya menyaksikannya di drama televisi dan sekarang akulah yang menjadi pemeran utama dalam ceritaku sendiri.
Konyol.
Tiba-tiba Younghee menelponku, wanita ini benar-benar tahu keadaan sedang genting.
"Halo?"
"Ya! Jiyoung-ah! Kau ini buang air besar atau bagaimana? Aku sudah menunggumu lebih dari sepuluh menit! Cepatlah. Aku lelah disini!"
"Baru sepuluh menit kau sudah mengeluh? Bagaimana denganku yang menunggumu hampir dua jam? Kau kira aku tidak lelah? Kau egois, Younghee-ssi!"
Aku memutuskan sambungan secara sepihak. Aku akan menarik kalimatku yang mengatakan bahwa wanita ini penyelamat disaat keadaan sedang genting.
Aku keluar dari toilet dengan keadaan hati yang kesal sekaligus malu, itu terjadi secara bersamaan. Doaku saat ini hanyalah; semoga pria itu sudah meninggalkan kedai ini.
"Nona, tunggu!"
Aku menghentikan langkah lalu berbalik arah. Dan betapa terkejutnya, ternyata pria mesum itu! Dia memanggilku!
"Apa maumu?! Menceramahiku karena aku salah masuk toilet? Simpan saja itu semua, kau tahu? Itu hanya membuang energi. Sudahlah, jangan--"
"Cerewet sekali, ini milikmu tertinggal. Aku sangat yakin bahwa ini adalah milikmu, karena satu-satunya wanita yang mengunjungi toilet laki-laki adalah kau."
Aku membolak-balikkan ponselku, itu adalah case ponsel milikku. Bagaimana bisa terjatuh? Sangat tidak mungkin karena aku tidak terlalu kencang ketika berlari tadi. "Ah, terimakasih."
"Hanya itu? Maksudku, hanya terimakasih?"
"Lalu?"
"Karena kau sudah membuatku ... penasaran, kau harus menjadi asistenku selama satu bulan."
"Apa??!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mind [Suga BTS]
FanfictionTOP #480 IN BTSFANFIC [PART GENAP DI PRIVATE, FOLLOW DULU JIKA INGIN MEMBACA] Awalnya hanya sebatas "Majikan" dengan "Pesuruh". Awalnya aku benci dengan pekerjaan teridiot sedunia ini. Menurutku, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan terburuk yang pe...