Sampai aku dan Yoongi memutuskan kembali ke Seoul, otakku masih bertanya-tanya bukankah tujuannya ke Daegu untuk mengunjungi orangtuanya? Lalu kenapa tidak jadi? Sungguh pria yang penuh dengan misteri.
Aku kembali melakukan aktivitasku di dorm Bangtan Boys. Akhirnya... Ya, akhirnya aku bertemu dengan teman-teman baruku. Terutama untuk Taehyung dan Jungkook, kau tahu? Dia sangat menyenangkan tidak seperti Yoongi yang selalu membuat mood-ku berubah seketika.
Kebiasaan di siang hari kalau mereka sedang tidak melakukan aktivitas apapun. Yang satu asyik bermain ponsel, yang satu asyik memasak, yang satu asyik tidur dan sisanya bermain playstation. Lalu aku? Lebih baik ikut memperhatikan para pria bermain games.
"Noona, kau bisa bermain tidak?" tanya Jungkook ketika dia sudah berhasil mencetak gol di permainannya itu.
"Aku tidak bisa," kataku sembari tertawa renyah. Aku tidak berbohong kali ini, aku memang tidak bisa bermain games.
"Kemari, biar aku ajarkan caranya." Jungkook menepuk posisi disebelahnya sebagai isyarat: duduk disebelahku.
Aku menurut saja, lagipula apa yang harus kulakukan ketika majikanku sedang tidur? Kau tahu Yoongi bukan? Jika ada secuil suara dia akan memarahinya habis-habisan. "Baiklah, setelah ini bagaimana?" kataku ketika sudah berhasil memainkan stik-nya dengan benar.
Hampir tiga jam lamanya aku bertanding sepak bola dengan Taehyung. Ternyata dia cekatan sekali, kau harus melihat wajah seriusnya ketika bermain seakan-akan pertandingan ini adalah Viva World Cup. Selama aku menghabiskan waktu bersama Yoongi, belum pernah aku sesenang ini. Mereka sangat pandai membuat seseorang tertawa lepas memang.
"Jiyoung? Dimana dia?" Sialnya pertandinganku harus berhenti ketika 'majikanku' memanggil.
Aku bergerak mendekati sumber suara. "Kau sudah selesai hibernasi?"
Wajah Yoongi menggemaskan! Belakangan ini entah mengapa aku selalu memujinya, salahkan saja wajahnya itu!
"Aku lapar," katanya.
Selain dianggap asisten, ternyata aku juga dianggap sebagai ibu olehnya. Ya, kau dengar sendiri bukan?
"Kau mau makan apa beruang?" Aku menekan kata beruang pada kalimatku.
Dia hanya diam. Orang bangun tidur memang seperti itu bukan? Setengah nyawanya masih belum terkumpul sampai ia tidak menyadari pengejekkan tersebut. "Nasi goreng."
"Kenapa kau selalu meminta masakan Indonesia?"
"Tidak tahu! Buatkan saja!"
Aku menghembuskan napas panjang. Beruntung Jin-oppa masih berada di rangan untuk bereksperimen membuat masakan, jadi aku tidak perlu menghabiskan paket internetku untuk mecari tutorial membuat nasi goreng.
"Kenapa kau mau memasakkannya?" Jin-oppa bertanya disela-sela aku memasukkan rempah ke dalam nasi.
"Aku hanya kasihan," kataku. Bodoh, ucapan gila macam apa itu?!
"Dia saja tidak kasihan padamu Jiyoung. Gunakan logikamu, menurutku pekerjaanmu ini adalah pekerjaan konyol yang baru kutemui. Kami memilki staff yang mengurusi segala kebutuhan kami termasuk Yoongi. Dia hanya bermain-main Jiyoung, percaya padaku."
Dalam hati aku membenarkan kalimatnya. Jin-oppa benar. Bagaimana bisa aku mau begitu saja?!
Aku hanya diam. Setelah dirasa sudah siap, aku menuangkan nasi itu ke dalam piring. "Kau mau? Ini masih tersisa sangat banyak."
"Tidak, aku sudah makan tadi," katanya.
Aku mengangguk. "Baiklah, aku-"
"Jiyoung,"
Panggilan Jin-oppa membuat aku memutar kepala. "Ada apa oppa?"
"Ah, tidak. Tidak jadi," katanya.
***
Senyumanku terukir setelah Siwon menghubungiku melalui via videocall. Aku sangat merindukannya walaupun ia sangat menyebalkan. Entah bagaimana reaksinya ketika aku pergi tanpa sepengetahuan bocah penggila wanita itu.
Dia mengatakan banyak hal termasuk keberangkatannya ke Amerika lusa nanti. Tak disangka, waktu berjalan begitu cepat. Dan sebentar lagi aku akan kehilangannya untuk sementara. Setelah lulus nanti pastinya dia akan terus meledeki macam-macam, aku menjamin itu.
"Noona?"
Aku meletakkan figura berisi foto diriku bersama Siwon di bawah bantal ketika mendengar suara lembut itu. Siapa lagi kalau bukan Hoseok, selain humoris pria ini ternyata sangat lembut dengan wanita. Astaga, kenapa bukan dia saja yang memintaku untuk menjadi asisten pribadinya?
"Aku mengganggumu?" katanya dengan kepala setengah menyumbul.
Aku menggeleng. Tentu saja tidak, ini yang aku tunggu-tunggu. Membicarakan segala sesuatu hal yang kurasa pria ini sangat menguasainya. "Tidak sama sekali," kataku.
Hoseok mengisyaratkanku untuk keluar dari kamar. Aku mengikutinya yang berhenti tepat di belakang member lainnya yang sedang asyik bermain games. Tentu saja ada tidak ada Yoongi, entahlah mengapa ia lebih memilih menghabiskan waktu di ruang kerjanya.
"Kudengar adikmu akan kuliah di Amerika? Benar begitu?" Hoseok mulai membuka suaranya tanpa memperdulikan suara-suara yang mengganggu di belakang.
Keningku sempat berkerut. Darimana dia tahu? Yoongi memberitahunya? Aah tak mungkin, tahu adikku sudah tamat SMA saja tidak. Atau dia mendengar percakapanku tadi?
"Aku memang sudah tahu tanpa harus mendengarnya dari Yoongi-hyung atau obrolan dengan adikmu," katanya.
Aigoo, harusnya aku bersyukur karena hidupku dikelilingi pria-pria tampan seperti Bangtan Boys, kenapa aku tidak menyadari ini saat bersama Yoongi? Justru aku baru menyadarinya ketika sedang bersama Hoseok.
Lamunan tentang keberuntunganku itu berganti dengan kalimatnya tadi. Apakah dia pernah mengenalku sebelumnya? Apakah dia teman masa kecilku? Karena keberangkatan study adikku hanya orang-orang terdekat saja yang tahu. "Kau mengetahuinya? Dari mana?"
Dia tertawa. Tingkat tampannya naik drastis ketika sedang tertawa. Bahkan aku sampai lupa kalau pria humoris ini juga bisa seserius seperti sekarang. "Aku hanya bercanda noona, sudah pasti aku tak sengaja mendengar percakapanmu tadi."
Aku juga ikut tertawa. "Kukira kau memang mengetahuinya."
"Omong-omong, sebenarnya apa yang Yoongi lakukan ketika berada di ruangannya?" tanyaku lagi.
"Kau penasaran sekali ya?"
Aku menggaruk tengkukku yang sebenarnya tak gatal. "Sepertinya... dia menghabiskan waktu seharian disana, dan itu membuatku penasaran."
"Bukannya itu membuatmu merasa senang karena terhindar dari suruhan-suruhannya? Dan lagi, bukannya kau sudah pernah melihat ruang kerjanya di apartement?"
Bingo!
Tepat sekali. Aku memang merasa senang ketika dia hanya menyuruhku mengambil makanan untuknya dan mencuci pakaiannya saja, tapi tetap saja aku penasaran. "Aaah, kau memang tahu apa yang aku pikirkan. Untuk yang itu sebenarnya memang sudah, tapi aku tak pernah melihatnya melakukan aktivitas apapun selain tidur."
"Dia itu pekerja keras...,"
Aku menoleh ke arahnya, hanya diam mempersilahkan Hoseok kembali bercerita. "Tidak mudah puas dengan apa yang sudah ia dapatkan, seandainya aku adalah seorang perempuan pasti aku akan mengencaninya." Lalu dia tertawa.
"Aku sudah mengatakannya padamu bukan? Yoongi-hyung orang yang sulit ditebak jalan pikirannya, dia seperti pria ajaib dengan segala ide kreatif di otaknya. Hyung-ku memang dingin, acuh, menyebalkan. Tapi percayalah, dia selalu memperhatikanmu. Walaupun ia tidak menunjukkannya secara langsung."
Jadi benar pendapatku tentang dirinya. Ingat, waktu itu aku hanya mengatakan dengan apa yang aku rasakan saja tetapi sekarang berbeda karena narasumber
sudah menceritakannya padaku.***
JiYoon atau J-Young?
Gue sih YoonMin, tapi sayangnya gada moment mereka disini :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mind [Suga BTS]
FanfictionTOP #480 IN BTSFANFIC [PART GENAP DI PRIVATE, FOLLOW DULU JIKA INGIN MEMBACA] Awalnya hanya sebatas "Majikan" dengan "Pesuruh". Awalnya aku benci dengan pekerjaan teridiot sedunia ini. Menurutku, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan terburuk yang pe...