Aku menghembuskan napas lega ketika sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kalau Siwon baik-baik saja. Ia hanya kelelahan makanya tertidur begitu lama, ibuku mengiranya ia mati atau mungkin diserang seseorang dalam mimpinya.
Taman belakang kamar adikku menjadi sasaran empuk ketika rasa lelah pada otak, fisik, dan jiwaku menyerangnya secara bersamaan. Saat ini Seoul sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi aku enggan untuk tidur menumpahkan semua apa yang kurasakan.
Pikiranku berkeliaran menuju kejadian pagi tadi, saat Yoongi menggenggam erat tanganku yang terasa sangat hangat dan nyaman. Aku tak bisa membayangkan bagaimana wajahku saat itu, pastinya sangat memalukan. Aku meyakini seratus persen.
Astaga, lupakan itu Jiyoung. Pria itu hanya menghantarku, mungkin itu adalah sepotong permintaan maaf karena ia memarahi dan berteriak di wajahku. Dan tentang tanganku, ah, tidak usah dipikirkan, anggap saja itu bonus.
"Apa yang kau lakukan tengah malam seperti ini sendirian dan berada di luar ruangan nona Choi?"
Tanpa menolehpun aku sudah yakin kalau orang ini adalah Younghee. Tentu saja dia, karena di rumah sakit ini hanya ada aku, dirinya, dan ibu. Sangat tidak mungkin jika ibu yang berkeliling ketika malam datang, pastinya dia sudah tertidur.
"Menghirup udara malam kota Seoul," kataku. "Bagaiman denganmu? Kau tidak pulang ke rumah? Bukannya besok itu jadwal ujianmu ya?"
Younghee duduk di sebelah kiriku dengan sebotol soda di tangannya. "Kau lupa? Aku sudah pintar, belajar lima menit rasanya sudah cukup untukku."
Ah, kesombongan itu lagi, aku membencinya. Aku menghadiahinya dengan putaran bola mata malas. "Kau meminum itu? Berbahaya untukmu Younghee!"
"Perduli apa kau?" Younghee membuang botol sodanya karena sudah habis ke tempat pembuangan sampah. "Kau melakukan apa bersama Yoongi?"
Mataku tertuju padanya sekarang. "Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun dengannya."
"Kau pergi mengunjungi ruang kerja bukan?" Dia tertawa. "Kau benar-benar sangat beruntung Jiyoung! Sangat, bahkan sangat beruntung."
Entah sudah yang keberapa Younghee mengucapkan kata itu padaku. Aku sendiri masih bertanya-tanya sampai sekarang, memangnya Yoongi itu orang yang paling berpengaruh se-Korea? Sampai-sampai aku ini dibilang orang yang paling beruntung seperti itu.
Younghee menghentikkan sisa tawa yang berganti dengan wajah serius. "Ingat kata-kataku ini Jiyoung, jangan pernah menyianyiakan apa yang sudah ada karena mereka tidak selamanya ada di sekitarmu."
Aku masih diam. Mendengarkan apa yang akan ia katakan selanjutnya. "Jangan lupakan kalau aku ini adalah seorang fangirl Jiyoung. Aku mengenal Yoongi sebelum aku bertemu dengannya tempo hari, bisa dikatakan aku ini mengikuti apa yang terjadi dengan mereka, dan...,"
Aku menaikan sebelah alis. "Dan?"
"Dan Yoongi belum pernah berdekatan dengan wanita selain dirimu."
"Apa?"
"Kau mendengarku."
"Memang aku mendengarmu! Hanya saja aku tak mengerti dengan maksudnya."
Younghee mendecak kesal bersamaan dengan dia yang mengangkat tubuhnya untuk berdiri. "Intinya jangan sia-siakan Yoongi! Perlakukan dia dengan sebaik-baiknya, aku ingin pulang."
"Mwo? Ini sudah malam Younghee, apa tidak menginap disini saja?"
"Adikku menjemput, dia sudah berada di depan rumah sakit. Sudah ya, sampai jumpa Jiyoung." Younghee melambungkan tangannya yang kubalas dengan acungan jempol saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Mind [Suga BTS]
Fiksi PenggemarTOP #480 IN BTSFANFIC [PART GENAP DI PRIVATE, FOLLOW DULU JIKA INGIN MEMBACA] Awalnya hanya sebatas "Majikan" dengan "Pesuruh". Awalnya aku benci dengan pekerjaan teridiot sedunia ini. Menurutku, pekerjaan tersebut adalah pekerjaan terburuk yang pe...