17. Lost

154 13 7
                                    

Sepertinya... Aku mulai menyukai pria itu.

Tanpa sadar air mata membasahi pipiku. Dia turun dengan sangat cepat sampai-sampai aku tak bisa menahannya terlebih dahulu. Benang merah dari pembicaraan aku bersama Yoongi adalah; Aku dipecat dengan alasan kebaikan kita bersama.

Oke, aku setuju dengan pemikirannya yang itu. Tapi untuk pemecatan secara sepihak ini menjadi masalahnya. Berbulan-bulan waktu yang kuhabiskan hanya untuk melayani dirinya. Menjadi pesuruh tanpa mendapatkan imbalan sepeser pun.

Walau pada akhirnya aku rela tidak dibayarkan olehnya. Kau tahu, menjadi seorang---katakanlah asisten---idol adalah impian semua orang. Benar kata Younghee, aku orang beruntung. Bahkan sangat beruntung. Dipertemukan tanpa sengaja disebuah cafe membawa keberuntungan sampai saat ini.

Namun seperti yang sudah diketahui, tidak semua berdampak positif perihal pekerjaan anehku ini. Banyak dari mereka (fans Yoongi) yang tak menyukai aku. Oke! Bisa kau bayangkan sendiri bagaimana perasaan seorang fangirl yang tahu idola kesayangannya berdekatan dengan wanita yang tidak jelas asal usulnya sepertiku.

Air mataku kembali deras ketika pemikiran tadi memenuhi kepala. Aku bingung kenapa bisa seperti ini. Dulu sebelum mengenal Yoongi lebih dalam, justru aku dengan mudahnya mengatakan bahwa pekerjaan terkutuk ini membuatku semakin menjadi wanita gila. Tapi sekarang... Hhh..

"Hei, Choi Jiyoung! Kau kenapa??"

Jantungku berdegup kencang. Mataku membulat ketika Yoongi memegangi bahuku serta berteriak begitu keras. Biar kuberi tahu sedikit posisi kami. Jadi, aku sedang tertidur di sofa dan tubuh Yoongi setengah membungkuk.

"Ya!!! Sedang apa kau?!"

Yoongi menjauh ketika hendak kudorong tubuhnya itu. Dia menatapku datar. Sungguh amat sangat datar. Persis seperti lantai dorm yang dingin dan datar. "Dasar aneh. Kau menangis sambil setengah berteriak tadi."

Aku mengaitkan alis. Jadi yang tadi itu mimpi???! Pelukan yang diberikan Yoongi juga sekedar mimpi belaka??

Yoongi meletakkan bokongnya tepat disamping kananku. Bibir tipisnya mengunyah makanan ringan yang ia bawa sebelum membangunkan mimpi burukku. "Apa yang kau mimpikan? Sampai menangis seperti itu."

"Tidak ada."

"Jangan berbohong. Hidungmu akan bertambah panjang nantinya," katanya. "Kau memimpikanku ya?"

"Kau terlalu percaya diri."

"Karena aku adalah seorang artis," katanya lagi. "Biar kutebak, pasti kau memimpikan perihal dirimu yang kupecat secara tiba-tiba."

"Eh???"

"Nah kan! Berarti benar!"

"Astaga! Kau membuat kepalaku berdenyut tahu! Sudahlah, kerjaanku banyak!" Aku beranjak menjauhinya. Daripada mendengar pertanyaan yang menyudutkan itu lebih baik aku pergi menjauhinya.

Dengan cepat, Yoongi menarik lenganku. Lalu katanya, "Mungkin kau akan menceritakan masalahmu nanti. Kau sudah bekerja denganku selama berbulan-bulan, jadi jangan pernah menganggap aku orang lain Jiyoung."

**

Hari berlalu begitu cepat sampai akhirnya aku mulai melupakan tentang pembicaraan Namjoon dan Hosoek pekan lalu. Belum lagi percakapan aku dengan Yoongi beberapa hari yang lalu. Sepotong kalimatnya cukup membuat hatiku menjadi lega sedikit.

Sabtu pagi kali ini benar-benar sangat memusingkan kepala. Bagaimana tidak, Yoongi merepotkanku dengan permintaan anehnya. Aku sudah pernah mengatakan padanya kalau aku tidak bisa memasak makanan Indonesia kecuali nasi goreng. Tapi ini? Ohh ayolah! Dia seperti bocah 10 tahun yang merajuk meminta bubur ayam.

Never Mind [Suga BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang