15. Flirt?

134 11 0
                                    

Aku kembali melakukan aktivitasku sebagai pesuruh di sebuah tempat bernama dorm. Sampai sekarang bayang-bayang tentang seorang sasaeng masih menghantuiku. Ternyata semenakutkan itu untuk bisa menjadi seorang idol. Aku sempat berfikir untuk menyudahi perjanjian bodoh ini, namun tidak jadi kuniatkan karena kutahu Yoongi akan menolaknya mentah-mentah.

Bukan karena apa aku ingin menyudahi, untuk persoalan yang kemarin saja hampir membuatku kehilangan nyawa yang paling berharga. Bagaimana dengan kejaran seorang sasaeng dikemudian hari? Kalian harus ingat perihal bangku perkuliahan yang belum kududuki sampai sekarang.

Hari ini masih pagi tapi dorm sudah sepi ditinggal para penghuninya. Entah apa yang mereka bertujuh lakukan, intinya mereka pergi dari pagi-pagi buta berpakaian santai. Mungkin liburan sebentar. Aku hanya menebak.

Itu tandanya aku akan bebas untuk melakukan apa saja dihari ini. Asal kau tahu, sesisi dorm benar-benar terlihat sangat sepi. Nyaris tak ada kehidupan. Aku pun mulai melancarkan kegiatanku dipagi hari biasanya yaitu memasak.

Mungkin, aku juga harus berterimakasih pada Yoongi karenanya aku mulai bersikap lebih dewasa dibanding yang kemarin---walau sebenarnya hanya sedikit. Nasi goreng dengan telur mata sapi diatasnya menjadi alternatif terbaik ketika merindukan orang-orang rumah.

Padahal baru lusa lalu aku pulang, tapi rasanya seperti sudah bertahun-tahun. Sabar adalah kunci utama ketika jenuh menjalani rutinitas ditempat asing seperti dorm Bangtan. Tahan... tidak akan lama lagi ini semua berakhir. Benar-benar berakhir.

Semua yang kualami selama berada disini memang banyak menelan kejadian pahit. Kembali lagi pada kata 'sabar adalah kunci utama'. Oke, semoga hati tak mengkhianati keadaan.

"Jiyoung-ah?"

Demi apa pun! Aku sangat terkejut dengan suara itu! Aku hanya sendirian disini, tapi kenapa ada suara lelaki? Memanggil namaku pula.

Aku tak berani menoleh. Serius. Aku yakin ada sesuatu yang berada tepat di belakangku sekarang. "Hei, sepertinya kau harus membersihkan telingamu itu."

"YA!"

Aku berhasil mengeluarkan suaraku dengan kencang tadi. Bagaimana tidak terkejut kalau dia menepuk bahuku. Hampir saja menumpahkan sarapan pagiku. "Astaga Min Yoongi! Kau ingin membuat jantungku lompat ya?!"

Serius, aku sangat terkejut dengan datangnya pria ini beserta wajah khas bangun tidurnya. Polos seperti pantat bayi. Hanya saja bayi lebih lucu dibanding dia.

Yoongi menguap sembari mengacak rambutnya. "Hei... kenapa kau diam?"

"Diamlah!" Aku berjalan melewati dirinya yang sedang mematung. Dia pikir jantungku ada banyak? Sampai-sampai mengejutkan dengan cara tak etis seperti itu.

"Jiyoung, itu untukku kan?"

Aku menghembuskan napas panjang. Pagiku terasa sangat buruk. Yang pertama karena tingkahnya yang hampir membuat sarapanku jatuh beserta jantungku juga. Yang kedua, dengan seenaknya saja dia berkata kalau makanan ini adalah untuknya. Rasanya ingin kulempar saja dia ke Gurun Sahara.

Tanpa permisi, Yoongi menarik kursi yang berada dihadapanku. "Kenapa kau makan makananku?"

Astaga, kepalanya ingin kupecahi sekarang juga. "Siapa bilang ini makananmu? Ini makananku. Aku yang memasaknya. Kalau kau mau masak saja sendiri."

Yoongi tak berkutik. Tidak seperti biasanya. Oh, haruskah permasalahkan itu sekarang? Berkah untukku karena dia diam membisu. Aku jadi bisa makan tanpa ocehan menyakitkan darinya.

Beberapa menit berlalu, aku sudah selesai dengan urusan perut. Tapi Yoongi, astaga, dia sedang memperhatikan setiap inci wajahku. Seakan-akan ingin menerkamku sekarang juga karena tidak kuberi jatah sarapan pagi.

Never Mind [Suga BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang