03 - Tiga

225K 13.2K 686
                                    

Namanya juga berekspektasi, resiko terbesarnya yah, kecewa.

இஇஇஇ

Damara mengecek jam tangannya sekali lagi, "Ah udah deh, buat Abang aja kembaliannya!" gadis itu langsung beranjak meninggalkan angkot yang baru saja menurunkannya di halte dekat sekolah.

Jika Damara tidak sedang buru-buru, dia pasti akan tetap menagih uang kembaliannya, meskipun hanya goceng, itu masih bisa dipakai untuk membeli segelas es teh manis di kantin, tapi untuk kali ini, biarlah uang goceng itu masuk ke kantong supir angkot.

Gadis itu mempercepat langkahnya, masih sekitar seratus meter lagi dirinya baru bisa mencapai gerbang sekolah, "Gara-gara si Dava nih! Kenapa nggak bilang dari kemaren kalo hari ini mau nggak masuk?! Tau gitu gue nggak nungguin dia jemput, nyesel gue nggak bareng Papa aja tadi!" gerutunya kesal.

Yah, Dava adalah satu-satunya alasan mengapa Damara berangkat ke sekolah dengan naik angkot pagi ini. Sebenarnya setiap hari, Dava selalu setia memberikan tebengan untuk Damara. Hanya saja hari ini Dava tidak masuk sekolah, dan entah bagaimana cowok itu lupa memberitahu pada Damara tentang hal itu. Lihat saja, Damara pasti akan mengomeli Dava habis-habisan saat dia muncul nanti.

Tersisa sekitar empat menit lagi bagi Damara agar dia tidak telat masuk ke sekolah, dan satu-satunya yang bisa Damara lakukan adalah terus mempercepat langkah. Saat sedang terburu-buru seperti ini, trotoar yang sedang Damara lewati jadi terasa sangat panjang.

இஇஇஇ

Sial! Milan langsung melompat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi setelah mematikan jam wekernya yang sebenarnya sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu.

Pukul setengah tujuh pagi, dan Milan baru saja bangun dari tidur singkatnya. Singkat, karena Milan memang baru tidur sekitar jam empat pagi. Jarak dari hari Minggu dengan hari Senin yang begitu dekat memang sangat menyialkan bagi jenis-jenis pelajar abal-abal seperti Milan.

Lima menit kemudian Milan sudah selesai mandi, entah bagaimana dia bisa melakukan mandi secepat itu. Seragamnya sudah terpakai, meskipun asal-asalan dan jauh dari kata rapi. Menyisir rambut atau memakai gel rambut? Oh ayolah, Milan sudah tidak punya waktu. Lagipula untuk apa? He's always looks perfect.

Setelah memakai sepatu Adidas kesukaannya, Milan langsung menyampirkan tas yang entah apa isinya ke bahu kanan. Setelah itu, Milan langsung mengambil kunci motor yang tergeletak di atas meja dan segera keluar dari kamarnya.

Setelah mengeluarkan motor dari garasi, Milan buru-buru menancap gas penuh. Hanya ada sekitar lima belas menit yang Milan miliki untuk bisa sampai di sekolah tepat sebelum satpam menggembok gerbang. Dan sialnya, jarak rumah Milan dan sekolah lumayan jauh. Ngebut, hanya itu yang bisa Milan lakukan. Cowok itu sedang tidak ingin mendapat hukuman berat bila sampai telat di hari Senin ini.

இஇஇஇ

Weeengg...

"Woi kalo bawa motor tuh yang bener!" teriak Damara penuh kekesalan. Sungguh hari yang menyialkan bagi Damara. Hampir telat karena harus naik angkot, dan sekarang seragamnya kotor karena ulah sebuah motor sport merah yang baru saja melintas dengan kesetanan, telah mencipratkan air kotor bercampur lumpur ke seragam putih Damara.

Dengan tanduk di kepalanya, Damara langsung berlari mengejar motor itu, mungkin sang pengendara motor yang memakai jaket berbahan jeans mendengar teriakan kesal Damara sehingga dia menghentikan motornya di depan gerbang sekolah.

MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang