13 - Tigabelas

185K 9.9K 177
                                    

Ketika berani jatuh cinta, maka harus siap pula untuk terluka. Karena cinta dan luka ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisah.

இஇஇஇ

Bu Diah berkacak pinggang sambil menatap tajam empat cowok yang ada di depannya. Wanita itu sedari tadi mondar-mandir seperti sebuah seterika, sedang memikirkan sesuatu. Jelasnya memikirkan hukuman apa yang akan mampu menimbulkan efek jera pada gank pembuat onar itu.

Kemarin, gank MOST kabur dari sekolah lewat pagar belakang, sialnya Bu Diah memergoki mereka, meskipun kemarin tidak berhasil menangkap Milan CS, Bu Diah tetap tidak mau melepaskan mereka begitu saja, sekarang saat keempat cowok badung yang suka membolos itu masuk, Bu Diah langsung memanggil mereka untuk segera dijatuhi hukuman.

Suasana ruang BK yang pasti sangat mencekam untuk murid yang normal, kelihatannya tidak membawa pengaruh apapun pada empat murid jadi-jadian yang tengah di tatap tajam oleh Bu Diah saat ini. Milan seperti biasa hanya berdiri malas dengan ekspresi datar nya. Tristan sesekali terkekeh kecil karena melihat Ozy dan Sean yang masih sempat-sempatnya saling mengusili satu sama lain dengan saling cubit pinggang.

Karena merasa mulai pegal, Sean angkat bicara, “Udah belom Bu? Lama banget mikirnya?”

“Kalo bisa hukumannya jangan lari lah Bu, sesekali ganti dong... masa tiap bikin onar kita disuruh lari mulu? Ibu ngasih hukuman biar kita kapok kan? Bukan biar kita bisa ngewakilin Indonesia ke lomba lari internasional?” Ozy menambahi, dan langsung disambut oleh ekspresi menahan tawa oleh Tristan.

Bu Diah yang merasa diajak berbicara, langsung berhenti menjadi seterika dan menatap intens pada Sean, dan Ozy secara bergantian, mengisyaratkan agar mereka segera menutup mulutnya. Setelah itu, Bu Diah meneruskan acara mondar-mandirnya.

Lima menit kemudian, Bu Diah tiba-tiba berhenti dari aktivitas mondar-mandirnya, “Baiklah, kali ini kalian tidak akan saya suruh lari seperti biasanya. Tapi...” Bu Diah mengeluarkan senyum penuh arti, “Kalian ke gudang, ambil peralatan untuk mengepel dan langsung pel seluruh koridor sekolah.”

Ozy, Tristan, dan Sean langsung melongo, “Kok ngepel sih Bu? Itu kan kerjaan cewek, masa cowok-cowok ganteng kaya kita disuruh ngepel?!” protes Ozy yang tentu sangat tidak terima dengan hukuman yang baru ditetapkan oleh sang guru ketertiban.

“Lagian hukuman ngepel kan biasanya cuma buat yang atributnya ga lengkap pas upacara, nah kasus kita kali ini kan bolos sekolah? Kok hukumannya jadi disamain?” mendukung aksi protes sahabatnya, Sean pun mengeluarkan ocehannya.

Tentu saja mereka kesal dan tidak terima. Selama menjadi biang onar di sekolah, satu-satunya hukuman yang sangat di hindari oleh keempat cowok itu adalah mengepel koridor. Karena itulah mereka selalu merampas atribut kelengkapan seragam milik adik kelasnya saat upacara akan dimulai agar terhindar dari hukuman mengepel. Menurut mereka, mengepel koridor sekolah adalah jenis hukuman yang akan menjatuhkan harga diri mereka sebagai empat bad boy paling disegani di sekolah.

Sialan! Meskipun terlihat paling cuek dan biasa saja, ternyata di dalam hatinya, Milan pun kesal.

“Nah, kan tadi kalian sendiri yang minta, katanya kalo disuruh lari terus bisa-bisa kalian malah jadi perwakilan indonesia ke lomba lari internasional?” sekarang satu sama. Bu Diah berhasil membalas ejekan dari Ozy tadi.

MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang