08 - Delapan

195K 11.2K 531
                                    

Cinta itu perlu pengorbanan. Hanya saja, jangan sampai terlalu bodoh sehingga membuat dirimu benar-benar menjadi korban dalam percintaan.

இஇஇஇ

Drrtt... Drrtt...

Merasa terganggu dengan ponselnya yang terus bergetar, Milan langsung menerima panggilan masuk tersebut, bahkan untuk sekedar melihat nama orang yang meneleponnya saja Milan terlalu malas.

MILAN AREGA!!!!” baru saja menempelkan  ponsel ke telinga, Milan buru-buru menjauhkan lagi ponselnya, suara toak masjid milik Ozy benar-benar berbahaya bagi keselamatan gendang telinga Milan.

“Hm?” Milan hanya bergumam singkat untuk membalas pekikan Ozy.

Lo lagi dimana woy?!

“Koridor.”

Buruan ke kelas, bentar lagi bel dodol! Lo lupa? Jam pelajaran pertama kan sejarah, mau kena murkanya Bu Diah lo?!

“Berisik!” Milan langsung memutuskan sambungan teleponnya dengan Ozy, sahabat Milan yang satu itu memang cerewet sekali seperti emak-emak, lebay banget sih Si Ozy, orang biasanya gue juga sering telat!

Milan mempercepat langkahnya, kalau terlalu lama berjalan sendirian di koridor saat belum bel masuk seperti ini, kupingnya bisa ngilu mendengar teriakan histeris para gadis yang suka menyebut diri mereka sebagai Milaners, fans Milan.

“Ke loker dulu deh,” gumam Milan, teringat kalau kemarin dia membongkar semua isi tasnya hanya untuk mencari ponsel, dan cowok itu jelas terlalu malas untuk memasukkan kembali isi tasnya yang sangat banyak, yaitu satu buah buku tulis, dan satu buah buku paket sejarah yang selalu dia bawa setiap hari.

Alhasil, sekarang tas Milan kosong melompong tak berisi, dan untuk pencitraan sebagai seorang murid, Milan berinisiatif untuk mengisi tasnya dengan beberapa buku yang ada di loker. Yah, walaupun buku yang ada di lokernya pun hanya ada tiga buah komik Naruto, setidaknya, tiga buah komik itu akan membuat tas Milan sedikit berbobot.

Ketika sampai di dekat loker, Milan sempat celingak-celinguk, memastikan kalau saat ini di area sekitar loker tersebut tidak ada banyak gadis yang bisa membuatnya repot, sepi! Sedetik kemudian, Milan mengambil langkah cepat menuju lokernya.

இஇஇஇ

“Uhhh lega...” gumam Damara yang sedang mencuci tangannya, baru saja selesai buang air kecil. Entah kenapa pagi ini dia jadi tertular kebiasaan Sindy yang selalu buang air kecil sebelum pelajaran pertama dimulai.

“Sindy ga asik, masa gue ditinggalin?!” Damara menggerutu kesal saat baru saja keluar dari kamar mandi dan dirinya tidak menemukan Sindy yang tadi datang ke kamar mandi bersamanya, sekarang Sindy pasti sudah duduk manis di bangkunya.

Dengan mencebikkan bibir, Damara mulai melangkah menyusuri koridor, tentu hendak kembali ke kelasnya.

Kring... Kring...

“Nah udah bel?” mendengar bel masuk yang baru saja berbunyi, Damara mempercepat langkahnya.

Namun saat hendak melewati koridor kelas sebelas, gadis itu buru-buru mundur dan segera bersembunyi di balik tembok, itu Kak Milan? Batin Damara, gadis itu sedikit menyembulkan kepalanya agar bisa mengamati cowok yang sedang sibuk membereskan barang-barang yang tercecer di lantai, dari mulai surat, coklat, dan barang-barang lain yang sudah pasti pemberian dari para fans Milan, termasuk Damara. Mungkin loker Milan terlalu penuh dan saat dibuka semua barang itu berjatuhan.

MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang