21 - Duapuluh satu

157K 8.2K 124
                                    

Saat kamu membutuhkanku, aku akan selalu berusaha ada untukmu. Tidak peduli selemah apapun diriku.

இஇஇஇ


Milan memarkirkan motor sport-nya di depan sebuah studio foto yang cukup besar.

Setelah melepas helm, cowok itu sempat menyisir jambulnya yang sedikit berantakan menggunakan jari-jari tangan. Lalu melangkah gontai memasuki studio foto yang akan menjadi tempat untuk melakukan sesi photoshoot kali ini.

Males banget anjir! gerutu Milan dalam hati ketika melihat beberapa orang tengah sibuk melakukan persiapan.

Memperjelas, sebenarnya Milan Arega adalah seorang model dari salah satu brand pakaian yang lumayan besar.

Tadi saat di sekolah, Milan mendapat telepon kalau di sore hari cowok itu harus melakukan photoshoot untuk mempromosikan beberapa model pakaian terbaru yang akan diluncurkan oleh brand pakaian tersebut.

Malas? Pasti. Tapi mau bagaimana, Milan sudah terikat kontrak. Sebenarnya berpose dan memamerkan ketampanan bukanlah hobi Milan, tapi sejak kenal dengan dunia malam, sejak Milan kecanduan clubbing, cowok itu terpaksa menerima berbagai macam endors dan tawaran menjadi model agar bisa memperoleh penghasilan yang setidaknya dapat membiayai hobi kelamnya itu.

Yah, Milan memang masih punya rasa tau diri untuk tidak memakai uang saku dari Milda-Mamanya, untuk membeli minuman setan yang harganya tidak bisa dibilang murah itu. Meskipun uang saku dari Mamanya tidak bisa dikategorikan kecil, tapi Milan lebih memilih untuk memanfaatkan anugerah ketampanan yang overdosis dari Tuhan untuk menghasilkan pundi-pundi rupiahnya sendiri.

Milan langsung duduk di depan cermin rias, menunggu salah satu make up artis.

“Aduuh lama ga ketemu, Milan makin ganteng aja Cyiiinn!” Wendi sang make up artis tiba-tiba muncul dan memekik lebay sambil meletakkan beberapa pakaian di depan Milan.

Sementara Milan hanya memutar bola matanya, sial sekali karena harus mendapatkan Wendy sebagai make up artisnya kali ini. Bukan apa-apa, Milan suka geli dengan gaya melambai Wendy yang sebenarnya adalah seorang cowok. Memikirkan bahwa pesona Milan terlalu kuat, terkadang cowok itu suka khawatir kalau Wendy juga akan terjerat dalam pesonanya.

Dikejar-kejar cewek saja sudah membuat Milan risih, apalagi kalau sampai ada cowok yang agak-agak menyimpang ikut mengejar dirinya, geli banget!

“Aihh masih tetep cuek-cuek gemesin gitu ih,” Wendy mencolek bahu Milan dengan gemas.

Seketika Milan berdiri dan menghadiahi Wendy dengan tatapan tajamnya, “Shut up your fucking mouth!” setelah itu Milan langsung beranjak menuju ruang ganti sambil membawa baju pertama yang akan dikenakannya.

Wendy langsung kicep. Niat ingin bercanda malah di bentak seperti itu, “Iihh Milan BiKes! Bikin Kesel!!!” cowok feminim itu memanyunkan bibirnya.

Tak lama Milan kembali lagi duduk di tempatnya semula, di depan cermin rias, sudah selesai berganti pakaian. Dengan masih bersungut-sungut Wendy mulai memoles wajah tampan Milan dengan make up tipis agar membuat wajahnya nampak semakin sempurna.

“Udah belom Wen?” teriak sang fotografer yang terlihat sibuk mengatur lensa kameranya.

“Hiiih sabar ngapa! Gue baru mulai woiii!!” karena kesal, suara maco khas laki-laki sejati milik Wendy keluar begitu saja.

Sang fotografer terbahak-bahak, sedangkan Milan mati-matian menahan tawa. Lucu juga karena Wendy yang biasanya selalu berbicara dengan suara yang dibuat manja, saat sedang emosi bisa keceplosan menjadi lelaki sejati.

MilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang