PROLOG

2K 29 0
                                    

Kirana Pov

Aku mengerjabkan mata kemudian menatap jam dinding  berwarna merah di atas pintu.  Aku segera melompat ketika menatap jarum jam yang telah menunjukkan pukul 06.45. Kulihat suamiku masih asyik dengan mimpinya kemudian segera kutarik selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Dia sedikit bergerak dan membuka mata serta menatapku dengan sayu, tatapan sayu itu berubah horor ketika menatap wajahku yang tak kalah horor. Dia langsung menatap jam dinding dan melompat dari tempat tidur, sama persis seperti yang kulakukan dan kami bersama-sama berlari ke kamar mandi.

Well, hampir setiap pagi kami terlambat bangun. Oh ya, namaku Kirana. Aku memiliki seorang putra yang sangat menggemaskan, namanya Abree usianya masih 4 Tahun dan perkenalkan lelaki yang juga telat bangun tadi adalah suamiku, namanya Dewa. Ya, dialah dewaku. Lelaki yang aku cintai selama 5 Tahun ini.

Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan real estate, dan bekerja sebagai staff pemasaran.

Setelah mandi aku segera menuju walk in closet serta mengambil setelan blaser simple berwarna peach dengan rok a line berwarna hitam. Setelah selesai memakainya seger kusiapkan baju suamiku. Kuambil sebuah kemeja Putih beserta jas biru dan celana kain yang berwarna senada dengan jasnya. Aku menaruhnya di tempat tidur dan segera merias wajah sesimple mungkin karena sudah tak ada waktu lagi. Kupoleskan bedak tipis di wajah  dan memoleskan lipstik pink serta mengikat rambutku dengan asal. Kulirik Mas Dewa yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggang, menunjukkan otot bisep dan dada bidangnya, tempatku menyandarkan kepala. Aku tersenyum menatapnya dan berjalan mendekatinya dan mengambil sebuah handuk yang tergeletak diatas tempat tidur, dengan segera aku pasangkan handuk itu di kepala suamiku, aku tekan-tekan perlahan untuk mengeringkan rambutnya, dia sendiri sedang mengenakan pakaian. Aku tersenyum geli menatap tubuh telanjang itu dan segera kulanjutkan pekerjaanku, setelah kurasa rambutnya kering, aku melempar lagi handuk itu ke tempat tidur.

"Aku bagunin Abree dulu ya, Mas," ucapku sambil berjalan ke arah pintu.

"Sayang," ucapnya menghentikan langkahku.

"Apa, Mas?" tanyaku sambil melihat ke arahnya.

"Hari ini aku antar aja, ya?" ucapnya sambil mengenakan kemeja putih.

Aku berpikir sejenak, biasanya kami berjalan dengan mobil kami masing-masing. Hanya terkadang saja aku minta diantar olehnya, kemudian kuanggukkan kepala sambil tersenyum manis. Duapun tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata yang membuatku melongo dengan aksinya barusan.

"Udah sana, katanya mau bangunin Abree," ucapnya sambil mengancing kemeja.

Aku menggelengkan kepalaku dengan geli sambil berlalu darinya dan melangkah menuju kamar mungil bayiku yang terletak di sebelah kamar kami. Pintu berwarna putih itu segera kubuka dan kulihat bayi mungil itu sudah siap dengan seragam paudnya dan sedang dipakaikan sepatu oleh Saskia, nanny-nya Abree. Dia langsung menatapku begitu pintu terbuka.
Aku mendekatinya yang berbinar menatapku, langsung kugendong tubuh mungil itu dan kukecup lembut pipi montoknya yang selalu segar dari aroma bedak.

"Abriee mau sekolah ya, Sayang?" Kucium tiap jengkal tubuhnya yang memabukkan.

"Iya, nanti Abee mo gambal dinocaulus, Ma," ucapnya dengan suara cadelnya, aku tersenyum geli mendengar suara lucunya.

"Nanti tunjukin mama, ya gambar dinosaurusnya," ucapku sambil menurunkan Abriee dari gendonganku.

"Siipp." Abree menunjukkan ibu jempolnya kepadaku, aku tersenyum dan kemudian Mas Dewa masuk juga ke kamar Abree.

"Pagi, Jagoan papa," ucap Mas Dewa sambil menggendong Abree.

"Sas, hari ini taruh bekal Abree di mobil Pak Dewa. Hari ini kita berangkat dianterin Pak Dewa," suruhku pada Saskia.

"Baik, Buk," ucap Saskia sambil membawa keluar tas ransel bergambar dinosaurus milik Abree.

"Berangkat sama papa mau nggak?" tanya Mas Dewa sambil mengecup pipi Abree.

"Yeee, asyik."  Abree kegirangan.

Aku tersenyum dan keluar dari kamar Abree dan kembali ke kamarku mengambil tas dan ransel hitam milik Mas Dewa.

Mas dewa adalah owner di perusahaan real estate tempatku bekerja. Aku mengenalnya saat menjadi sekertarisnya. Dia menyukaiku dan kami menikah setahun setelah masa pacaran. Aku tidak mau berhenti bekerja karena aku tidak mau berdiam diri di rumah, jadi Mas Dewa memposisiskanku sebagai staff pemasaran, biar aku kapok dan resign, nyatanya aku malah tambah senang di bidangku sekarang. Aku segera keluar dan turun kebawah kulihat Mas Dewa sudah menggendong Abree masuk ke dalam mobil dan menyerahkannya pada Saskia.

Aku berjalan mendekati mereka dan saat akan masuk kulihat Mbok Aisah berlari ke arah kami sambil membawa tas kecil bergambar dinosaurus. Tas bekal Abree, segera kuhampiri wanita setengah baya itu.

"Bekalnya abree ya, Mbok?"

"Iya, Non. Saskia lupa mungkin," ucapnya sambil menyerahkan tas itu padaku.

"Makasih ya, Mbok," jawabku sambil mengambil tas bekal Abree dan berjalan masuk ke mobil, duduk di samping suamiku. Kuserahkan tas bekal Abree ke Saskia dan kuraih Abree agar duduk di pangkuanku. Mas dewa menyalakan mesin mobil dan menoleh Abree.

"Abree, lets go?"

"Lets Go," teriak Abree.

Aku dan Mas Dewa saling tersenyum, Mas Dewa langsung menjalankan mobilnya. Di perjalanan kami tertawa mendengar celotehan Abree hingga kami sampai di sekolahnya. Kugendong Abree keluar dari mobil dan menciumnya.

"Nggak boleh nakal ya, Sayang!" perintahku sambil membenahi seragamnya.

"Sip, Ma!" ucapnya.

Aku melihat ke arah saskia. "Nitip Abree ya, Sas," ucapku.

"Iya, Buk." Saskia segera menggendong Abree.

"Papa jalan dulu ya, Sayang," pamit Mas Dewa. Aku segera masuk ke dalam mobil dan tersenyum sambil melambaikan tangan pada Abree.

Mas dewa langsung menjalankan mobilnya menuju kantor.

"Hari ini aku ada meeting, Sayang, kamu mau ikut?" tanya Mas Dewa.

"Aku ada rapat sama staff pemasaran, emang jam berapa meetingnya?" Aku balik tanya.

"Jam 10 di Sunflower resto," jawabnya.

"Nggak bisa klo gitu, Mas. Jam kita sama," ucapku sambil menatapnya.

Dia tersenyum menatapku sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yaudah, nanti jangan pulang dulu klo aku belum datang ya."

"Siaap bos!" kutunjukkan jempolku kepadanya meniru kelakuan putra kami Abree. Mas Dewa tersenyum sambil mengelus lembut rambutku.

Akhirnya kami sampai di kantor, Mas Dewa menurunkanku di pintu masuk basement sedang dia sendiri memarkirkan mobil. Aku menunggunya, dia berjalan mendekatiku dengan senyum manis.

Lelaki sempurna yang telah menjadi milikku. Tampan, sabar, pengertian dan kaya tentunya sebagai bonus. Tuhan telah menghadiahkannya untukku. Aku membalas Senyum itu dan berlari kecil mendekatinya kemudian menggandeng tangannya. Dia mengecup lembut puncak kepalaku dan tersenyum.

---------

TO BE CONTINUED

Maaf mungkin prolognya ngebosenin.
Mohon kritik dan sarannya yaa

This is my new story, semoga berkenan

Bwi.15 mei 2017

Anggie bauti

Forbidden LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang