Part 13. Please listen to me!!!

887 10 1
                                    

Kirana sedang gelisah, ponsel yang sedari tadi di gengamannya hanya mampu dia lihat, tak mampu dia menghubungi seseorang yang sangat ingin dia hubungi. Sebelah hatinya menyuruhnya untuk menuruti kata hatonya namun sebelah hati yang lainnya telah mengutuk perbuatannya.

Dari jauh Emi mengamati Kirana yang tengah gelisah. Emi berjalan mendekatinya dan berdiri di depannya, namun Kirana tidak menyadari kehadiran temannya itu.

"Ada masalah?" Tanya Emi singkat, padat dan jelas

Kirana refleks mendongak, menatap Emi yang telah berdiri di depannya.

"Em..., enggak kok" Kirana berbohong

"Apa karena Jefrey?" tebak Emi

Kirana menatap Emi dengan tatapan sinis.

"Oh ayolah, aku tau kamu mulai dari ujung kaki sampe kepala ran," Emi duduk di sebelah Kirana, "kamu yang sekarang, ngingetin aku sama kamu 9 tahun silam, saat kita baru kenal. Kamu yang hancur, gara-gara lelaki yang bernama Jefrey, dan sekarang, kamu seperti itu lagi, ran" ucap Emi jujur

Kirana menghela nafas dengan berat kemudian menatap Emi dengan wajah sendunya.

"Aku bingung, mi" ucap Kirana lemah

"Apa yang kamu bingungin, hidup kamu sudah sempurna ran, kamu sudah bahagia bersama Dewa, jangan dengan kehadiran Jefrey kembali dalam kehidupanmu merusak segalanya yang sudah kamu punya"

"Tapi aku sendiri masih tidak yakin, mi" jawab Kirana sambil menatap lekat wajah Emi, "apa benar aku bahagia sekarang" sambungnya yang membuat Emi terbelalak

"Ran..., listen to me oke, diluar sana banyak wanita yang bermimpi menjadi kamu, memiliki suami yang tampan, kaya dan setia, Dewa itu lelaki sempurna ran, jangan pernah kamu berfikiran untuk meninggalkannya karena lelaki yang nggak pernah memperjuangkanmu, dan ingat, ada Abree buah cinta kalian, remember it ran."

Emi memegang ke dua pundak Kirana dan menatap lekat pada ke dua mata wanita itu. Kirana menundukkan wajahnya.

"Aku rasa kamu sudah dewasa, kamu bisa memilih mana yang benar dan mana yang salah. Tapi satu, aku mohin jangan pernah memilih pilihan yang salah ran"

Emi menepuk lembut pundak Kirana kemudian berlalu dari hadapan wanita itu.

"Sedang aku sendiri nggak tau mana yang benar, mana yang salah sekarang ini mi" ucap Kirana lirih.

Kirana menghela nafas panjang kemudian merwbahkan kepalanya di atas meja kerjanya. Ketika sesuatu melintas di kepala cantiknya Kirana segera bangkit dan melangkah menjauh dari meja kerjanya.

Kirana ke ruangan Dewa dan di sambut senyuman dari Pak Aldi.

"Selamat siang Pak Aldi, Mas Dewa ada?"

"Ada, silahkan langsung masuk saja,"

"Terima kasih pak"

Kirana segera meraih knop pintu dan membukanya, Kirana melihat suaminya tengah sibuk dengan map-map yang tertumpuk rapi di meja kerjanya.
Dewa mendongak menatap pintu yang tengah terbuka dan tersenyum manis begitu melihat Kirana yang masuk ke ruangannya.

"Ada apa sayang?" tanya Dewa

Kirana membalas senyuman Dewa dan melangkah mendekati suaminya, kemudian duduk di depan Dewa.

"Mas, ada yang mau aku omongin,"

"Apa sayang?" tanya Dewa sambil menaruh map yang tengah di bacanya.

"Aku barusan dapet telepon dari Mbok Kasih, yang biasa bantu-bantu ibu di rumah, katanya ibu sedang nggak enak badan jadi boleh nggak aku cuti beberapa hari buat nemenin ibu di Bandung mas?"

"Ya boleh dong sayang, mau aku anter ke Bandung?"

"Nggak usah mas, aku bisa minta antar sama Pak Surya"

Dewa menimbang-nimbang permintaan Kirana kemudian mengangguk.

"Ya sudah, mau berangkat kapan?"

"Sekarang,"

Dewa kaget dan menatap Kirana

"Sekarang?"

Kirana mengangguk lemah tak berani menatap wajah suaminya.

"Abree tidak di ajak?"

"Enggak mas, paling di sana cuman dua hari saja mas, kasian Abree kan baru kemarin dari Bandung, dia pasti capek kalau harus perjalanan jauh lagi,"

"Ya sudah tidak apa-apa, aku telepon Surya dulu ya"

Kirana mengangguk dan Dewa segera menelpon sopir pribadinya.

"Halo pak, iya pak..., saya minta tolong buat pak buat anterin Bu Kirana ke Bandung..., iya pak sekarang, iya..., ya sudah pak terima kasih."

Dewa menatap Kirana yang tengah melamun.

"Sayang,"

Kirana menatap Suaminya.

"Ayo, saya anterin ke depan"

Dewa berdiri dari kursinya dan melangkah mendekati istrinya. Kirana berdiri dan Dewa memeluk pinggang istrinya dan berjalan beriringan.

Dewa depan kantor. Dewa membuka pintu mobil untuk istrinya, Kirana tersenyum tulus menatap Dewa.

"Hati-hati ya sayang, besok kalau jam kosong mas lumayan panjang, akan mas jemput,"

"Nggak usah repot-repot mas, nanti kalau aku mau pulang, aku hubungi Pak Surya saja"

Dewa menatap wajah istrinya yang sedang murung. Dewa menghela napasnya kemudian mengecup lembut kening Kirana.

"Ya sudah, hati-hati di jalan,"

"Aku berangkat dulu mas"

Dewa mengangguk, Kirana segera masuk ke dalam mobil dan Dewa menutup pintunya. Kemudian berbicara dengan sopirnya.

"Hati-hati ya pak"

"Baik pak, kami berangkat dulu"

Dewa mengangguk dan kemudian mobil itu beranjak meninggalkan Dewa. Dewa menatap kepergian Kirana dengan sendu, kemudian dia melangkah masuk ke kantornya.

Di dalam mobil Kirana menangis, menyesali perbuatannya sendiri.

Flashback

From Jefrey: Aku tunggu di sekolah lama kita. Aku akan menunggumu sampai kamu datang.

Kirana menatap layar ponsel yang menunjukkan pesan dari Jefrey. Kemudian jarinya mengetik sesuatu.

From Kirana: Aku Nggak akan datang, kumohon jangan menungguku lagi.

From Jefrey: Aku akan tetap menunggumu ran.

Kirana menghela nafas panjang kemudian menatap nanar layar ponselnya.

_________

TO BE CONTINUED

BWI, 10 JUNI 2017

Forbidden LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang