Part 6. Meet you againt

648 12 0
                                    

Sudah tak terhitung berapa kali Jefrey mendongak menatap pintu masuk namun, lagi-lagi hanya pandangan kecewa yang dia dapatkan. Kirana belum juga datang atau mungkin dia tidak akan pernah datang. Jefrey melihat jam tangannya dan lagi-lagi menghela napas panjang.

Rossa dengan perut buncitnya menghampiri Jefrey,

"Jef, mau sampai kapan kamu nungguin dia?" tanya Rossa sambil menepuk bahu lelaki itu

"Please sepuluh menit lagi oke!" tawar Jefrey dengan tatapan memohon

Rossa hanya mengangguk lemah menatapnya

"Oke, begitu sudah sepuluh menit kamu masuk ya, acara kita mulai." ucap Rossa

"Oke" jawab Jefrey dengan senyuman manisnya

Rossa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli menatap sahabatnya itu, kemudian berlalu dari hadapan Jefrey.

Jefrey terus memandang kearah pintu keluar, kali ini harapannya lebih besar lagi. Semoga saja dia datang, kalimat itu berulang-ulang diucapkan dalam batinnya seperti sebuah mantra. Jefrey mengambil Ponsel nya di saku Jas dan memencet nomor Kirana namun, dia urungkan niatnya untuk menghubungi wanita itu. Tanggannya mengepal kuat, dia marah akan dirinya sendiri yang tidak pernah mampu mengungkapkan apa yang dia mau pada Kirana.

Sepuluh menit telah berlalu namun tidak ada tanda-tanda Kirana akan datang, dengan perasaan kecewa Jefrey segera beranjak dari kursinya dan melangkah menuju ke tempat Cooking Competetion diadakan.

Didalam beberapa teman-teman alumni sudah berkumpul dengan mengenakan celemek mereka masing-masing. Kebanyakan mereka datang dengan pasangan mereka, termasuk Rossa. Jefrey melihat Rossa tengah memakaikan celemek pada Justin suaminya. Jefrey hanya tersenyum sinis, menatap dirinya sendiri. Diantara beberapa orang itu hanya dirinya sendiri yang tidak memiliki pasangan. Dari jauh Rossa menatap Jefrey dengan heran kemudian menghampirinya.

"Dia tidak datang?" tanya Rossa

Jefrey hanya menggeleng lemah, Rossa tersenyum lembut kemudian menyerahkan celemek pada Jefrey sambil menepuk lembut bahu lelaki itu. Jefrey tersenyum lemah sambil menerima celemeknya.

"Aku belum terlambat kan?" tanya kirana

Refleks Jefrey dan Rossa memandangnya. Kirana tersenyum manis sambil berdiri di pintu. Senyum manis Jefrey terkembang menatap wanita itu.

"Maaf, tadi macet dijalan." ucap Kirana sambil mendekati Jefrey dan Rossa

"Gak papa kok, acaranya belum dimulai ini," Ucap Rossa sambil memberikan celemek pada Kirana, " cuman ada yang galau aja dari tadi nungguin kamu." Lanjutnya sambil menatap Jefrey yang tertegun menatap Kirana

Rossa menggelengkan kepalanya dan memberi kode Kirana untuk menoleh Jefrey.

Kirana menoleh Jefrey yang menatapnya lekat.

"Eheemm... Jef, sini aku pakein celemeknya" tawar Kirana yang membuat Jefrey tersadar dari lamunannya.

Jefrey salah tingkah menatap Kirana kemudian bergantian menatap Rossa. Rossa hanya tersenyum geli melihatnya.

"Ya sudah, acaranya bisa dimulai sekarang kan?" tanya Rossa pada Jefrey.

Jefrey hanya mengangguk lemah. Kirana tersenyum kemudian mengambil celemek ditangan Jefrey, dan memekaikannya ketubuh lelaki itu. Jefrey menahan nafasnya ketika tangan lembut itu menyentuh tubuhnya. Jefrey mengalihkan pandanganna kesamping, tak mampu menatap wajah Kirana yang begitu dekat dengannya.

"Sudah... yuk" ajak Kirana sambil melangkah mendahului Jefrey sambil mengenakan celemek nya.

Para peserta sudah pada meja mereka masing-masing. Mereka telah diberi tugas oleh Chef yang menjadi juri lomba memasak ini. Merekapun memulai acara memasak.

Jefrey tengah membantu Kirana mengocok telur, sedang Kirana tengah mengaduk Cream dengan pewarna makanan. Jefrey selalu memandang lekat wajah cantik itu, kecantikan yang tidak pernah berubah sejak dulu.

Hatinyapun tak pernah berhenti menyebutkan nama nya.

Kirana melanjutkan pekerjaan Jefrey dengan me-mix telur dan bahan lainnya kemudian memasukkan adonan itu ke loyang berbentuk hati dan memasukkannya ke dalam oven. Kirana tersenyum menatap Jefrey yang tengah mengupas buah-buahan.

"Kamu mau bikin kue yang sama seperti ulang tahunku dulu ya?" tanya Jefrey sambil mengupas jeruk.

Kirana mengangguk kemudian membantu Jefrey dengan mengupas buah kiwi.

"Cuman kue ini aja yang bisa aku buat jef" jawab nya membuat Jefrey tersenyum.

Beberapa menit kemudian Kue sudah matang dan setelah dingin Kirana mengeluarkan nya dari cetakan. Kirana dan Jefrey saling tersenyum menatap kue mereka yang cantik dengan bentuk sempurna dan aroma wangi langsung menguar dan mendarat di hidung mereka masing-masing.

"Huummm... wangi ran" celetuk Jefrey sambil menghirup aroma kue

Kirana tersenyum sambil menghias kuenya dengan cream berwarna tosca dipinggiran kue dan ditengahnya dia masukkan aneka ragam buah buahan dari jeruk, strawberry dan kiwi. Jefrey dan Kirana saling pandang dan tersenyum bangga menatap kue mereka telah siap dan begitu cantik.

Kue dikumpulkan dan siap dinilai oleh Dewan Juri. Jefrey menunggu diruang tunggu dapur sambil menerima telpon, sedang Kirana menunggu diruang penilaian sambil berharap kuenya bisa menang.

***
Jefrey POV

"Nanti malam aku ada meeting ran maaf ya," Ucapku membohonginya.

"Ini kan hari libur sayang, kenapa ada meeting?" tanya Rania

"Iya, meetingnya mendadak ran, kebetulan klien nya baru saja datang dari singapura"

Entah ini kebohonganku yang keberapa kalinya, maaf Rania

"Ya sudah kalau begitu, jangan lupa makan ya sayang." ucapnya membuat hatiku sakit karena telah membohonginya.

"Iya" ucap ku kemudian kumatikan sambunganku.

Aku hela nafas panjang mengurangi beban berat dalam hatiku. Aku memilikinya, wanita yang teramat mencintaiku. Dia cantik, manis, pintar dan periang namun kenapa hatiku tidak pernah memihak padanya. Aku bertunangan dengannya karena keinginan mama. Mama yang telah memilihkan Rania untukku dan juga aku membalas budi kebaikan papanya yang telah menolongku disaat ekonomi keluargaku hancur sepeninggalnya papa. Aku kira aku akan bahagia dengannya, namun tetap hati ini masih menyimpan nama wanita lain.
Wanita yang telah bersuami, wanita yang telah memiliki seorang anak Kirana Maharani.

Aku menatapnya dengan wajah ceria yang membaluti wajah cantiknya. Dia melangkah mendekatiku sambil membawa piring saji berisi kue yang kami buat tadi, senyum manisnya mengembang membuatku kehilangan akal.

Tuhan, kenapa dia sangat cantik? Aku ingin memilikinya Tuhan.
Katakanlah aku gila saat ini, apapun resiko nya aku tidak perduli. Aku melangkah mendekatinya dan segera kuraih tubuhnya, kuliat dia terbelalak namun ini tak bisa menghentikanku. Ku kecup bibir merahnya. Maafkan aku Tuhan.

Praaaanggggggg!!!!

Kubuka mataku, kulihat air mata diwajah nya. Piring yang dia pegang terjatuh ke lantai. Kuenya hancur. Aku tak perduli lagi, dengan cepat kupagut lagi bibirnya, kuhisap pelan dan ketika kurasakan tak ada penolakan darinya segera kulumat bibirnya. Aku telah mabuk sekarang, seolah menciuminya seperti ini adalah kebutuhan dasarku melebihi bernapas. Kulepaskan bibirnya ketika kurasakan persediaan napasku telah menipis dan kubuka mataku perlahan, kulihat wajah cantik nya terpejam, air mata itu masih mengalir. Segera kuhapus air mata itu, kemudian mengecup lembut keningnya. Dia membuka mata perlahan dan menatapku dengan sayu.

" Aku mencintaimu" akhirnya aku bisa mengucapkannya

Dadaku terasa ringan sekarang, aku tidak perduli yang terjadi nanti. Yang aku mau sekarang adalah kamu.

---------

Finally.... finally...
Maaf bagi yang suka cerita sejenis ini

Ini cuman fiksi kok ya hehe

Bwi, 30 mei 2017

Big Love

Anggie Bauti

Forbidden LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang