Part 4. Dream House

725 10 3
                                    

Hariku semakin disibukkan dengan rutinitas dikantor apalagi tahun ini perusahaan mas dewa bekerjasama dengan yayasan amal Winner Foundation untuk membuat sebuah perkampungan bagi orang-orang tuna wisma khususnya orang-orang tua yang tidak memiliki tempat tinggal. Mas dewa menyerahkan proyek itu kepadaku.

Hari ini aku dan mas dewa mendatangi kawasan perkampungan yang sudah selesai dibangun hanya tinggal menentukan hari untuk mengadakan pembukaan, Winner foundation selaku founder yang berhak merekrut para tuna wisma yang akan kami bagi satu unit rumah tiap satu keluarga.

Aku turun dari mobil dan tersenyum menatap unit-unit rumah yang kelak akan diisi tawa dan rasa syukur oleh penghuninya. Aku memasuki satu unit rumah dan melihat-lihat isi rumah dan tersenyum haru, dari belakang mas dewa memelukku dan mencium puncak kepalaku dengan lembut

"Dari sini mereka akan memulai hidup mereka dengan lebih baik lagi.. dari sini akan muncul senyum-senyum tulus dan impian yang akan terwujud dari anak cucu mereka kelak" ucap suamiku, aku tersenyum menanggapinya "terimakasih sayang, karna telah mewujudkan impian almarhum papaku, untuk membangun sebuah rumah impian bagi orang-orang yang tidak mampu" lanjut mas dewa sambil membalik tubuhku dan menatapku dengan mata yang berkaca-kaca.

Aku mengangguk dan memeluknya

"Semua ini tidak akan berhasil tanpamu mas... aku hanya menjalankan dan semua ini hasil jerih payahmu" ucapku tulus

Mas dewa mengusap lembut punggungku dengan lembut.

***

Author POV

Disebuah ruangan yang lumayan luas dengan ornamen kayu disetiap sudutnya membuat ruangan itu terkesan hangat. Jefrey duduk disana, dikursi kebesarannya sambil melamun dengan tangan kanan yang menopang dagunya. Pikirannya melayang membayangkan pertemuan singkatnya beberapa hari yang lalu dengan wanita dimasa lalunya. Sebuah senyuman manis terukir diwajah tampannya.

Kemudian seorang perempuan setengah baya masuk keruangannya, membuyarkan semua kenangannya. Jefrey menatap perempuan itu

"Ada apa miss elisa?" Tanya jefrey pada perempuan yang baru saja masuk keruangannya itu.

Yang disebut miss elisa segera mendekat ke meja jefrey dan memberikan sebuah amplop berwarna putih.

"Dari resepsionist, katanya anda harus segera membacanya" jawab elisa sopan

"Baiklah terima kasih" ucap jefrey

Elisa segera berlalu dari ruangan jefrey. Jefrey segera membuka amplop itu dan membacanya

Cooking Competition
Alumni Sma Negri Tunas Bangsa
Angkatan 2006-2007

Jefrey tersenyum dan dengan segera mengambil ponsel didepannya. Dia menelpon rossa

"Halo..." sapa rossa disebrang sana

"Ya rose, aku cuman mau tanya tentang lomba memasak" jawab jefrey to the point

"Oh.. kenapa jef?" Tanya rossa

"Emb.... apa rana ikut?" Tanya jefrey hati-hati

"Emang kenapa nanyain rana ikut apa enggak?" Tanya rossa lagi

"Yaa... cuman tanya aja, emang gak boleh ya... aku juga temannya rana bukan kamu aja" jawab jefrey sok sebal

"Yakiin gak ada niat lain dalam pertanyaan kamu itu?"

"Maksud kamu?"

"Yaa cuman ngingetin aja, kalian itu udah sama-sama punya kehidupan masing-masing yang kalian jalani, jangan sampe perasaan masa lalu mengganggu hidup kalian" ucap rossa to the point

Jefrey terdiam tenggorokannya tercekat mendengar ucapan rossa. Jefrey langsung mengalihkan pandangannya pada frame kecil dimeja kerjanya. Fotonya dengan Rania disaat pertunangan mereka. Senyum bahagia tergambar diwajahnya dan juga wajah rania. Jefrey tersenyum kecut kemudian ingat pada panggilan yang sedang berlangsung

"Eehhmm..aku ikutan rose, daftarin aku" ucap jefrey mantap

"Okey, acaranya minggu depan di green tea cafe and resto jam 10 pagi"

"Okey" jefrey langsung mematikan ponselnya.

Dia tau yang dia lakukan adalah kesalahan. Dia harus menghindari Kirana namun hatinya tak mampu melakukan hal itu, jefrey yakin keputusannya ini adalah yang terbaik bagi dirinya, dan entahlah bagi rania jefrey tak peduli lagi. Selama beberapa hari ini jefrey selalu menunggu telpon kirana, dia sangat berharap wanita itu menghubunginya namun semakin dia berharap semakin kenyataan pahitlah dia terima. Wanita itu sekalipun tidak pernah menghubunginya. Jefrey pernah sekali meminta nomor kirana pada rossa namun rossa tidak mau memberikan nomor kirana dengan alasan bahwa kirana sudah bahagia sekarang, jefrey tidak peduli. Bukan itu yang dia ingin dengar sekarang.

**

Acara pembukaan rumah impian. Dewa didampingi istrinya-kirana tengah tersenyum bahagia melihat para tuna wisma mendapat satu persatu kunci rumah yang akan mereka huni. Acara berlangsung dengan meriah dihadiri oleh petinggi dari kalangan pejabat dan petinggi Winner foundation.

Dewa menghampiri sepasang kakek dan nenek yang tengah menangis haru karna bisa memiliki sebuah hunian dimasa tua mereka. Dewa duduk disebelah si kakek

"Ehm.... apakah anda senang dengan rumah ini kek?" Tanya dewa sambil menatap si kakek

Kakek memandang Dewa sambil mengusap air mata harunya kemudian tersenyum tulus

"Kamu tau nak, sejak 54 tahun pernikahan kami, rumah adalah impian terbesar kami, karna dengan memiliki rumah kami memiliki sebuah tempat untuk berlindung, bermimpi dan tertawa bersama dengan orang yang dicintai" ucap si kakek, Dewa mendengarkan dengan seksama "dan selama ini kami hanya mampu menyewa rumah idaman itu, demi membesarkan dan menyekolahkan anak-anak kami, kami menunda impian terbesar itu... dan sekarang berkat kalian... kami bisa memilikinya, terimakasih karna telah mewujudkan impian terbesar kakek tua ini..." ucap si kakek dengan mata berkaca kaca sambil menggenggam tangan dewa

Dewa terharu dan segera merangkul si kakek,dari jauh kirana tersenyum haru melihatnya. Dewa menatap si nenek yang duduk disebelah kakek

"Ini adalah kado untuk kalian berdua, kado dari Tuhan untuk cinta kalian selama 54 tahun ini..." ucap dewa sambil tersenyum tulus

Kakek dan nenek hanya mengangguk bijak. Dewa kemudian pamit untuk kembali kesamping istri cantiknya. Dewa langsung menjatuhkan pantatnya di bangku sebelah kirana, kirana langsung menggenggam tangan suaminya.

"Kalau almarhum papa masih ada, beliau pasti akan tersenyum bangga melihat impiannya bisa membuat orang lain bahagia, bahwa impiannya bisa membuat impian orang lain terkabul...." ucap dewa

Kirana tersenyum dan memeluk tangan dewa dengan tersenyum lega

Sebuah mimpi hanya akan menjadi mimpi jika kita tidak segera bangun dan menjadikannya kenyataan
Mimpi adalah hal terindah, karna dalam mimpi kita bisa menjadi apa saja yang kita inginkan, kita bisa terbang tinggi melintasi gunung, menyebrangi lautan dan menyentuh awan
Namun kita harus tau bahwa hidup ini sebuah realita, dimana mimpi adalah sebuah harapan yang harus kita pegang teguh dan mewujudkannya.

-------------
To be Continued

Thanks buat yang udah sempetin baca this story
Thank buat yang udah mau komen
Thank buat yang udah mau ngevote
Thaksfull all

Big love

Anggie Bauti

Bwi,23 mei 2017

Forbidden LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang