14. Rindu

1.6K 269 20
                                    

Rengekan Jongin yang mogok sarapan terdengar dari meja makan, Kara hampir putus asa membujuk Jongin yang menolak semua menu sarapan pagi ini. Di depan Jongin, Sehun menikmati bubble tea-nya dengan tenang, sesekali dia bersenandung, mengikuti lirik lagu Shape of you-Ed Sheeran yang terdengar dari headset di kedua telinganya. Di sebelah Sehun, Baekhyun tak kalah tenang. Dia membentang JoongAng Daily di antara kedua tangannya, menyesap cappuccino hangat seraya melirik Jongin dari balik koran bisnisya.

"Sarapan atau kupatahkan lenganmu di kelas taekwondo nanti sore?!" Kara mulai naik pitam, Baekhyun menahan tawa, lalu pura-pura melihat Kyungsoo—duduk di depannya bersama segelas jus seledri—waktu Kara meliriknya.

"Noona, kau tidak boleh sekejam itu pada makhluk Tuhan paling tampan, kalau aku sampai...."

Kalimat Jongin terputus, Kara memukul kepalanya. Kara diam sejenak, dia mencoba menetralkan emosi yang kian merangkak ke ubun-ubun. Berdebat dengan Jongin bukanlah pilihan yang tepat. Kara menghembuskan napas panjang nan berat, lalu memasang senyum manis yang dibuat-buat.

"Baiklah. Jongin kesayanganku, paling tampan tanpa tandingan. Sarapan dulu ya, okay?" Kara mengusap pipi Jongin, senyumnya kian lebar. Ajaib, Jongin langsung mengangguk lalu mulai sarapan.

Sementara itu dari arah depan meja makan, Suho menuruni anak tangga, dia sibuk membenarkan dasi biru muda yang belum tersemat rapi di kerah kemejanya. Suho melirik Kara sepintas, lalu berkata:

"Kara, bisa bantu aku?" Kini Suho benar-benar melihat penuh pada Kara. Tak sempat untuk berpikir Kara sudah mengangguk, dia berdiri di depan Suho lalu membenarkan simpul dasi Suho yang masih melilit longgar.

"Terima kasih," kata Suho setelah Kara menyelesaikan pekerjaannya.

Kara mendongak, lalu memaku, tiba-tiba dunianya serasa bergerak lebih lambat. Puluhan kupu-kupu cantik muncul dari balik punggungnya, terbang rendah di sekitarnya, lalu menaburkan bubuk semerah pome di kedua pipinya. Jantung Kara memompa cepat, biji matanya nyaris lupa untuk sekedar mengerjab. Suho baru saja mengecup keningnya, lembut, hangat, agak lama, mengantarkan sejuta rasa yang terlalu panjang kalau Kara harus menjabarkannya. Suho juga mengusap pipinya sebelum duduk di depan meja makan, menikmati sarapan bersama yang lain.

"Noona!" Teriakkan Jongin yang terlalu lantang, membuat Kara berkedip dan kembali ke alam sadar. Jongin memamerkan piringnya yang kosong, dia baru saja menghabiskan sarapannya.

Kara tersenyum lalu bergabung di meja makan, menikmati sarapan bersama riuh rendah yang sialnya masih setia menaungi hati, meski Kara sudah berusaha mengusirnya. Kara menghembuskan napas panjang-panjang, kali ini untuk mengusir gamang, bukan emosi yang kembali mengambang. Diam-diam dia meneliti air muka Suho yang terlalu datar, tenang seperti biasa, sama sekali tidak terbaca.

Ah, ini hanya bagian dari pekerjaan, Kara mengingatkan diri sendiri.

Kara tidak boleh galau, dia tidak boleh berpikir yang macam-macam. Suho membayarnya untuk menjadi tunangan palsu tanpa masa depan, kontraknya dengan Suho tidak akan pernah berujung cinta seperti Han Jieun dan Lee Yeongjae di drama favoritnya, Full House. Memang sikap Suho di London terkesan berlebihan. Kara pun menanggapinya terlalu senang. Bahkan Kara sempat berpikir, mungkinkah dia punya perasaan lebih pada Suho? Atau Suho yang diam-diam punya rasa berbeda pada dirinya?

Tidak mungkin, Kara menepis perasangka itu jauh-jauh, berusaha meyakinkan diri sendiri.

Kalau Kara pikir-pikir lagi, mungkin waktu itu Suho hanya takut dapat masalah, kalau dia benar-benar hilang di London. Lagi pula bukan Suho yang Kara suka, tapi Chanyeol. Ya Chanyeol Oppa, Kara kembali berusaha meyakinkan perasaannya.

Secret of The SwainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang