Selama ini Baekhyun ingin sekali menemui Kara dan minta maaf untuk sikap emosional yang dia tunjukkan paska terkuaknya fakta amnesia. Sungguh Baekhyun tidak bermaksud seperti itu, dia hanya tidak tahu cara normal manusia, mengungkapkan rasa sayang pada orang lain. Terlebih pada adiknya sendiri. Jadi setelah Sehun mengatakan kalau Kara baik-baik saja—tidak terpuruk seperti Suho—Baekhyun memutuskan untuk datang ke panti.
Dalam balutan sweater yang dilapis mantel panjang merah terang, Baekhyun duduk santai di ruang utama panti yang riuh rendah. Para penghuni panti—terkhusus anak laki-laki—yang pernah membaca profil Baekhyun di TV, Koran, Majalah, atau pun Berita Online, mendadak menjadi autis menanyakan bahan-bahan apa saja yang diperlukan untuk membuat pesawat. Mereka menganga mendengarkan penjelasan Baekhyun dan sontak bercita-cita ingin menjadi sehebat pria kurus bermata madu itu.
"Hyung, apa mungkin kami bisa menjadi sehebat dirimu?"
"Tentu, semua juga bisa asal rajin belajar," jawab Baekhyun. "Selalu dengarkan gurumu, jangan membantah orangtuamu, hormati kakakmu dan selalu menyayangi keluargamu. Tuhan pasti mengabulkan keinginan manusia yang bisa melakukan semua itu."
Semua anak kompak mengangguk. Mereka semakin kagum, duduk berdesakan di lantai, dekat kaki Baekhyun yang terjulur.
"Tapi Bibi Minryung cerewet sekali, dia selalu minta ini, minta itu." Kata salah satu anak yang bersandar di kaki Baekhyun, pipinya gembil dan merah jambu.
"Ibuku juga begitu, tapi apa kau tahu," Baekhyun sedikit membungkuk, "Tuhan akan menyayangimu, sebanyak kau menyayangi ibumu," tukasnya, lalu kembali duduk tegap. Semua anak manggut-manggut, berbinar-binar, memandangi Baekhyun yang tersenyum ramah.
"Aku punya tiga ibu, semuanya cerewet dan punya aturan yang banyak sekali. Aku juga pernah kesal." Semua anak menyetujui pernyataan Baekhyun, mereka nyaris berseru.
"Kemudian aku berpikir, bagaimana kalau hari itu adalah hari terakhir aku bisa melakukan apa yang mereka mau? Tapi karena kesal, aku jadi membantah mereka. Oh, aku pasti sangat menyesal. Jadi berpikirlah kalau hari itu adalah hari terakhir bersama ibu kalian, kalau tidak mau menyesal, kalian harus melakukan sebanyak apapun yang dia inginkan. Percayalah, tidak ada yang lebih mengerti tentang dirimu, selain wanita cerewet yang sering ngomel-ngomel itu."
Baekhyun tertawa, semua anak juga ikut tertawa. Sementara Kara yang berdiri di ujung ruangan, memandangi Baekhyun. Pantas saja dulu dia sangat dekat dengan Baekhyun dan selalu menangis tiap kali Baekhyun harus kembali ke Amerika.
"Ternyata kau bahagia sekali ya tinggal di panti," kata Baekhyun, setelah terbebas dari anak-anak. Dia dan Kara duduk di beranda depan.
"Tentu saja, karena aku tidak perlu berdebat dengan orang menyebalkan sepertimu." Kara memasang wajah kesal yang kentara dibuat-buat, sementara Baekhyun tergelak sambil mendorong lengan Kara dengan jari telunjuk.
"Aku pikir orang amnesia itu sifatnya berubah, tapi ternyata aku salah. Dari dulu kau selalu menjadi orang yang paling pandai berbohong kalau di depanku." Baekhyun tertawa lagi, Kara memandanginya sambil berpikir; alangkah bahagia dirinya yang dulu, karena punya Byun Baekhyun.
"Malam ini aku dan Kyungsoo akan kembali ke Amerika."
"A-apa?" Mendadak senyum Kara hilang. Baekhyun berdiri, melempar pandangan pada pohon sanyusu di halaman depan.
"Misi kami gagal, sudah tidak ada alasan bagiku untuk tetap tinggal di Seoul. Lagi pula ayah membutuhkanku," Baekhyun berpaling pada Kara yang memaku. "Jangan rindu padaku."
"Aku tidak akan merindukanmu." Kara berdiri dari sofa, pandangannya mulai kabur. "Lalu... bagaimana dengan yang lain?"
"Aku tidak tahu, kau bisa tanya sendiri kalau kau mau." Baekhyun memutar badan, menghadap Kara, kedua tangannya kini membingkai bahu Kara yang kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/106764494-288-k257846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of The Swain
Fiksi PenggemarJi Kara, gadis 25 tahun yang baru saja dipecat dari pekerjaannya, tiba-tiba mendapat tawaran pekerjaan dari pria konglomerat untuk menjaga keempat adiknya. Gajinya menggiurkan, tapi syaratnya sangatlah tidak masuk akal. Kara harus tinggal di rumah p...