Chapter 15

588 30 0
                                    

Sungguh, aku sangat-sangat berharap yang ku alami bukanlah kenyataan. Melainkan mimpi buruk semata, bahkan lebih mengerikan daripada dikejar hantu tujuh hari tujuh malam.
Aku berjalan memasuki ruang kelas dengan tampang bagai pakaian yang tidak pernah disetrika, tapi dipakai terus.Kusut.

"Selamat pagi anak-anak.. " Bu ica si guru bahasa indonesia yang cantik nan jelita masuk dengan semangat empat lima. Dan senyum yang tak pudar, hingga warna pipinya berubah menjadi warna tomat.
"Pagi bu.."jawab kami serentak.
" kita lanjutkan pelajaran bahasa indonesia materi Debat. Seperti yang kalian tau.. debat adalah materi kelas sepuluh. Ibu ingin kalian mengingat kembali materi tersebut. Sekarang beri ibu Contoh debat"

"Saya bu"

"Silahkan wildan." Suruh bu ica dengan sopan.

"Pro : ibu saya paling cantik sedunia
Kontra: saya tidak setuju, menu'ut saya ibu sayalah yang paling cantik sedunia..
Opsi: cantik itu 'elatif.. dan ibu-ibu didunia adalah wanita paling cantik." Jawab wildab PD dan menaik turunkan alisnya

"Wedjaaan..." sorak semua murid.

"Saya..saya!!" Paksa vino.

"Silahkan.."

"Mosi: saya ganteng..
Pro: saya setuju kalau vino ganteng.
Kontra : saya tidak setuju! Vino gak ganteng... tapi manis
Opsi: vino itu ganteng dan manis" ucapnya dengan ke PD'an tingkat dewa, sambi berdiri lalu menyisir sambutnya ke belakang.
"WUUUUUUU!!!!" Sorak semua dan tambah membahana.
Semua tertawa, dan bu ica juga tidak bisa menahan tawanya.
"Ckck.. ada yg lain??" Tanya bu ica lagi.
"Saya bu"

"Silahkan mario.."
" mosi: And darling I will be loving you 'till were 70.
Pro: seventy.
Kontra:-teen!!
Opsi : seventy mas,Oke geogle.. lirik thinking out loud." Dengan penuh kepercayaan diri melebihi si gila vino, mario lah yang menduduki tinggkat teratas, dan ia menjawabnya dengan bernyanyi melirik dan memegang punggung tangan erika.
"Huuuuu"
"Tambah parah"
"KACAUU~~"
"STRESS"
kicauan yang tak henti-hentinya dilemparkan untuk ke tiga temanku yang ku rasa benar-benar tidak waras.
Erika membalikkan tubuhnya menghadapku,"Gue malu..,by.." erika menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. Aku hanya membalasnya dengan cengiran, karena aku lagi gak mood tertawa.

"Kalian ini bener-bener... ya sudah, kalian pejari lagi di buku paket." Bu ica memaklumi tingkah konyol wildan,vino dan mario.
***
Bel jam terakhir berbunyi, khusus hari ini aku benar-benar menyendiri, tidak kekantin bersama para sahabat, dan memilih untuk keperpus. Dan kini, tanpa banyak bicara aku langsung pulang.

Sesampainya dirumah, tanpa melihat situsi dan keadaan aku langsung membuang tas ku asal,
"WADOOH!!" Teriak seseorang yang membuatku menghentikan gerakanku.
"NYING!, LIAT-LIAT DONG KALO MAU BUANG TAS!.. ADA ORANG DISINI!!"
"Apaan si kak leo.." aku menghampiri kak leo yang sedang tiduran di sofa menghadap televisi. Aku menghempaskan tubuhku di sofa sebelah kak leo.
"Huuft.." aku menghembuskan penat.
"Agh elo, liat ni.. kegantengan gue berkurang!" Maki kak leo sambil melemparkan tasku arahku.
"Najis." Gumamku.
"O'ya kak.. masakan.. waktu itu aku lagi makan dicafe.. terus ada cewek yang bahas-bahas kakak.." tambahku sambil menatapnya serius.
"Heh, emang yang namanya leo gue doang apa?seantero jagat raya banyak keles!" Jawabnya datar.
"Heloo...yang namanya leontino adael sapa lagi ,ha??" Tuntutku meminta kejelasan.
"Terus?" Jawabnya santai.
"Ya.. masa lo jahat banget sih.. lo nolaknya bilang mau fokus belajar, ehh ternyata dia mergoki lo lagi nembak cewek lain. Parah lo.."
"Sukur-sukur gue bilang gitu.., dari pada gue bilang..'sory ya.. gak lepel..'hayoo??" Jawabnya heboh, dan kini kak leo merubah posisinya menjadi duduk.
"Njir,sok ganteng bet."
"Eh.. ngomong-ngomong kok lo denger ampe segitunya??" Tanyanya padaku sambil menaikkan alis kanannya. Curiga.
"Gue punya kuping" aku mencoba meraih remote yang sedari tadi kak eo genggam.
"Eleh.., eh.. ngomong-ngomong.. emm.. denger-de--
"NGOMONG-NGOMONG APA DENGER-DENGER??" tanyaku mencekam.
"Elah.. galak banget si!, yaudah.. denger-denger lo mau tunangan ya??, sama sapa??" Tanyanya dengan wajah jail.
"MONYET" jawabku acuh.
Tanpa ku sadari kak leo langsung beranjak pergi.
"bibi.." panggilnya, ternyata dia berlari ke arah dapur dimana bunda sedang memasak.
"Iya" jawab bunda singkat.
"Bibi..bibi... jahat banget si, sama anak satu-satunya.. cewek lagi." Protes kak leo.
DEG 'kesurupan setan apa dia? Belain aku??' Pikirku tak berkutip.
"Ngomong apa si?" Terlihat bunda sedang menaruh sesutu diatas piring lalu menatap kak leo intens.
"Bibi.. jahat.. masa, wilby..ditunangin sama monyet??" Jawabnya sok polos.
JLEB
"njeer.. kak leo gila ya (?) Tanya kek gitu ke bunda...?" Gumamku sambil melotot kearahnya tak percaya.
"ngomong apa si kamu leo??" Tanya bunda balik
"Kata wilby.. dia mau tunangan sama 'monyet' " jelasnya terang-terangan.
Kadang aku mikir, dia itu satu tahun lebih tua daripada aku. Tapi kelakuannya dua belas tahun lebih muda dari aku.
"APA?? WILBY°°!" Seru bunda menggelegar, lalu memberiku tatapan horor.
"Wilby itu mau tunangan sama arga,leo. Kamu ngejek arga monyet?" Tanya bunda ke kak leo tapi menatap ke arahku.
Aku hanya menunduk dan memberi sumpah parapah untuk kak leo.
"Wilby, kam--
"Tu-tunggu..tunggu.." sela kak leo.
"Sebelum kalian bertengkar.. aku pamit dulu.. Assalamu'alaikum.. bibi.." tambahnya sambil mencium tangan bunda dan langsung berlari keluar rumah.
"Anjing" gumamku.
"Ngomong apa kamu??" Tanya bunda cepat.
"Gak..gak ada..." aku menggeleng-geleng.
"Aku mau kekamar.." ucapku sambil beranjak untuk berdiri.
"Duduk!, bunda mau ngomong sama kamu." Cegah bunda.
Dan akupun duduk kembali.
"Sebenarnya apa yang mendasari kamu bisa begitu bencinya sama arga?" Tanya bunda dan berjalan kearahku.
Aku tidak berani menjawab,dan hanya menunduk.
"By?" Tanya bunda sambil mengelus bahuku.
"Gak papa.."
"Gak papa apanya? Gak akan ada sebab kalo tidak ada akibat " ucap bunda lagi.
"Bun, aku tau bunda itu ibuku.. dan seharunya aku cerita. Tapi, untuk masalah ini.. cerita hanyalah akan mengantarkanku ke beberapa tahun lalu.. dan aku gak mau bun..itu hanya--
"By.. seenggaknya ceritakan.. bunda penasaran.." ujar bunda lagi
"Bunda..," aku sengaja menggantungkan kalimatku. "KEPO..." tambahku sambil terkekeh langsung berlari meninggalkan bunda.
"DASAR!"

*FLASHBACK*
"Arga... temenin beli komik yuk.." rengekku.
" gak bisa by.., aku mau lansunh pulang. Terus main ps,aku baru beli PS lho"jawab arga si tukang pamer.
"Ahh kamu!, yaudah deh.. aku mau beli sendiri aja" ucapku melas. Lalu hendak meninggalkan arga sendiri di kelas.
"By!"
"Pa?" Tanyaku malas.
"Mm... kamu punya uang 25.000 gak?" Tanyanya dengan wajah sok manis.
"Gak," jawabku lalu melenggang pergi.
"Ayolah.., sepuluh ribu deh.. penting nih.." rengeknya sambil mengejarku.
"Gak punya arga" jawabku lagi
"Bohong!, kalo gak punya kok mau beli komik??," tanyanya lagi.
"Ya kalo uang itu di pinjem kamu lagi.. aku gak jadi-jadi beli komik arga..udah empat kali aku nabung, empat kali kamu pinjem dan empat kali pula aku gagal beli komik" jelasku.
"Pelit" gumamnya ketus sambil melirikku tajam, lalu berjalan meninggalkanku.
"Emang buat apa?" Tanyaku asal ceplos.
"Adalah.." jawabnya singkat.
"Ya udah deh... tapi sepuluh ribu aja ya?"
Arga menghentikkan langkahnya,lalu berbalik menghadapku.
Dengan wajah yang berbinar-binar,"kamu beneran?" Tanyanya.
"Hm..ya" jawabku ragu.
"Kalo tambah lima ribu lag boleh gak?" Tayanya.
" gak,"
"Sepuluh ribu dapet apa wilby??" Tanyanya gemas.
"Kalo gak mau ya udah." Jawabku datar.
"Ya-yadeh. Okey. Fine. Makasih.. wilbyku yang paling cantiiik... kamu sahabat yang paliiin imut. Baik lagi.. CAYANGNYA AKOH Bengeet deh.. kamu bagai bintang kejora yang selalu menerangiku ketika aku dalam kegelapan..." ucapnya mendramatisir.
"Receh" gumamku, tanpa kusadari wajahku telah berubah. Aku langsung menutupi wajahku yang terasa panas.
"Aku balik dulu deh.." ucapku sambil berlari.
"Yaa~~".
.
.
.
"Na...nana..nana..na Oy.."
Aku bejalan menuju kamar mandi sekolah dengan PDnya sambil bernyanti, dan aku melewati koridor yang terlihat sepi. Jelaslah, lagi jam pelajaran. Cuma dikelasku sedang jamkos, karena guruku sedang ijin.
"Kamu bagai bintang kejora siska.. kau selalu terangi hampa lara... . dalam kegelapan aku kesepian..terlelap dalam kehanyutan. Maukah kau jadi bintang kejoraku siska??"
'SUARA ITU?,KATA-KATA ITU....?' Aku melangkah mendekat ke sumber suara
DEG "arga?" Tanyaku pelan
Aku melihat arga yang sedang memberi boneka dan sebatang coklat untuk siska.
"Maaf, ga... aku gak bisa.. kita kan masih SD, kelas empat lagi kamu selalu ngasih barang-barang ke aku.. alasan pertama, kamu kira aku mata duitan? Atau apalah orang dewasa itu katakan. Dan yang kedua aku masih pengen fokus sekolah aja, masih kecil juga..." tolak siska.
"Jangan-jangan.. itu uang... uang itu... itu... dipake untum..AR~
*suara bel istirahat*
Aku langsung lari menjauh dari tempat kejadian. "Selama ini.. uangku... tabunganku...,Jahat.. arga jahat... selama ini, dia.. aku benci dia!, aku rela mati-matian nabung, terus gak jadi beli komik.. gara-gara uangnya dipinjem arga.. cuma untuk ngasih sesuatu ke cewek buat ditembak????" Gerutuku tak habis-habis.
*NOW*
Mataku mengerjap. Sontak aku langsung duduk dari posisi tidurku.
"Agh.. gara-gara bunda... gue jadi inget lagi dah..."
Aku menggaruk tengkuk, lalu mengacak-acak rambutku.
*dering handphone*
Aku menatap layar teleponku, lalu memencet tombol hijau.
"Apa?" Tanyaku malas.
"Gue ke rumah lo ya???"
"Jangan sekarang ah."
"Ayolah.."
"Gak boleh sya.."
"Ahh lo ma.."
"Mau ngapain ke rumah gue coba?, gue sibuk!"
"Sok sibuk lo.."
"Emang"
"Terus,ngapain lo mau kerumah gue??" Tambahku.
" mau......-
"Curhat?" Selaku cepat.
"Wuaah.... se-du-TIGA RATUUS UNTUK KAMU!!!" Heboh tasya.
"Gila lo"
"Gue gak gila,ogeb!"
"Au'ahh"
"BLA BLA BLA BLA"
"Ngomong apa si lo? Gaje bet, gange gua" aku mulai sewot.
" au'ahh..rempong bet lo jadi cewek.., maka dari itu.. gue mau kerumah lo.. biar jelas..yah yah... (?)" Dan aku tau ekspresi tasya saat ini seperti apa, mesti wajahnya lagi merah semu,dan matanya dipaksa untuk berair.
"Yadeh.. kunyuk lo"
"Gue gak kunyuk... tapi ... unyuk..."
Aku langsung mematikan sambungannya. Sebenarnya aku lagi pengen menyendiri, dibanding harus mendengar curhatan alay tasya yang pasti akan memakan banyak waktu dan tenaga.
.
.
Tak butuh waktu lama tasya sampai di rumahku, dan nyatanya sekarang dia lagi asik curhat sambil meremas-remas bantalku.
Sebenarnya cuma enam puluh dua koma delapan persen aku menangkap curhatan alay tasya, dan sisanya aku sibuk berkutat dengan pemikiranku sendiri.
"Wanjaaay yaa... pokoknya gue harus ngalahin rachel by... harus!!" Seputar itu-itu terus yang sedari satu jam yang lalu dibahas oleh tasya.
"Hmm.." tanggapan yang seharusnya tasya sadari kalau aku bosan mendengarnya, namun itulah tasya. Si gadis dengan kepekaan nol koma dua persen.
*Dering handphone*
"Hai".
"Ngapain,lo telpon gue??"
*Bersambung*
BERSAMBUNG

ARTI CINTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang