Jung Kook duduk di tempat tidurnya. Kepalannya tidak berani terangkat menatap kemarahan sang Ayah. Beberapa kali sudah tangan kasarnya memukul kepala Jung Kook. Hal itu wajar dilakukan olehnya jika anaknya ini melakukan tindakan bodoh.
Kyung Wan tak hentinya memarahi sang anak demi menutupi kebodohan yang dilakukannya.
Anaknya itu harus diberi pembelajaran hidup hingga ia mengerti bagaimana kejam dunia. Jungkook tidak selamanya bisa mengandalkan dirinya jika ia terus bertindak bodoh.
"Apa kau ini anakku?!" Jung Kook memejamkan mata. Begitu menusuk kata-kata itu baginya.
"Aku tidak tahu jika anak itu..."
"Dan sekarang kau sudah mengetahuinya maka pikirkan dulu sebelum bertindak."
" Appa..."
"Kalahkan dia." Kyung Wan melempar amplop besar ke tempat tidur anaknya lalu menatap tajam pada anak kebanggaannya itu. "Jangan sampai dia merebut posisimu atau bahkan merendahkanmu."
"Ne."
"Ingat! jangan melakukan kesalahan lagi." Kyung Wan keluar meninggalkan anaknya agar berfikir. Berfikir untuk masa depannya karena kesalahan sedikit saja akan merusak masa depannya dan mimpi yang sudah ia susun.
.
.
.
"Appa~." Eunha memasuki ruang kerja ayahnya tanpa mengetuk pintu. Sedikit menyeleweng dari kebiasaan baiknya di rumah."Ada apa sayang?" tanya Jong Suk pada putrinya.
"Ada apa ini? Mengapa Appa tidak membela Jung Kook?" pinta Eunha. Menuntut penjelasan ayahnya. Ini tidak sesuai rencana mereka malam sebelum rapat dimana ayahnya berjanji akan mengeluarkan Yoon Gi dari sekolah tapi apa ini. Laki-laki itu hanya diberi hukuman membersihkan gedung olahraga selama sebulan. Konyol sekali.
"Jung Kook belum memberi tahumu?" Jong Suk menatap anaknya bertanya. Putri bungsunya, selalu membela kekasihnya dan akan ikut campur tangan walau dengan cara kotor sekalipun.
"Soal kakaknya itu CEO?" ujar Eunha memastikan. Ayahnya diam berarti itu iya. "Benarkah dia pemilik sekolah? Tapi Appa...."
"Ingat, kelakuan Jung Kook bukan hanya ini. Ini bukan kejadian pertama yang kalian lakukan. Kau fokus saja pada sekolahmu. Urus saja dirimu dengan benar."
Berakhir dengan dinasehati.
Sehebat itu pengeruh Yoon Gi di sekolah? Selama dua minggu ini anak baru itu tidak menunjukan gerak-gerik yang mencurigakan bahwa ia pemilik sekolah. Jelas ayahnya pasti merasa tertekan sama halnya dengan yang ayah Jung Kook rasakan begitu bertemu dengan kakak Yoon Gi tadi. Hukum alam memang selalu lebih tinggi. Satu kata mampu menjatuhkan ayahnya.
"APPA!!"
"Kembali ke kamarmu!!" Eunha menunduk meninggalkan ruang kerja ayahnya. Pintunya dibanting cukup keras. Emosinya tidak stabil. Apa yang harus dilakukannya setelah ini? Seperti penjilat ludah tiba-tiba langsung baik dengannya. Itu bukan dirinya, ia masih normal sekalipun dirinya dicap sebagai anak nakal.
Ia bersumpah akan membuat Yoon Gi tidak betah di sekolah. Karena ia yakin kalau Yoon Gi akan membahayakan posisi Jung Kook dalam prestasi akademiknya. Menyalip Ji Soo itu sangat mustahil sekarang beban kekasihnya bertambah adanya Yoon Gi. Ia harus melakukan sesuatu.
Di dalam Jong Suk memijat kepalanya. Kaca mata plus ia letakan di atas meja. Siang tadi merupakan hal tidak terduga untuknya. Dengaan bodohnya waktu orang tua Yoon Gi ingin menemuinya ia sok sibuk dengan pergi berlibur keluar kota dan tidak mengecek kembali data yang masuk Yoon Gi sebagai siswa baru. Siapa orang tuanya? Keluarganya? Apa pekerjaan mereka? Itu semua terlewati dari pengetahuannya sampai pada akhirnya ia tahu ketika Seok Jin datang sebagai walinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omoide [END]
Fanfiction[COMPLATED] [15+] Suga, Ji Soo, Jung Kook, Eunha, Chanyeol, So Hyun, Seok Jin, ect. // Family, Drama Kejadian dua tahun lalu sebagai awal Ji Soo memahami keluarganya sekalipun ia belum mengetahui alasan pasti mengapa orang tuanya menitipkan di...