Chapter 16

772 69 7
                                    

Jisoo terdiam dengan kaki dan tangan terikat. Ia tak banyak berkomentar akibat tenaganya sudah terkuras abis karena terus meronta diawal. Keringat yang bercucuran di dahinya menunjukan bagaimana letih dan lemahnya Jisoo saat ini.

Ia juga tidak tahu sudah berapa lama ia berada di tempat ini. Karena siang dan malam ia pun tidak bisa membedakannya, tempatnya yang berdebu hanya di hiasi lampu temaram kuning yang berada di atasnya beberapa meter. Tak ada lubang ventilasi untuk masuknya cahaya yang bisa ia lihat, terlebih kaca di sini.

Obrolan tentangnya dan tatapan dingin kearahnya membuat Jisoo semakin terintimidasi. Yang ada di kepalanya saat ini. Sebenarnya apa yang membuatnya harus dibawa pergi dan disembunyikan di tempat seperti ini. Traumanya masih menjadi ketakutannya saat ini. Berhubung kedua orang itu berada di dalam, ia tak mendapatkan serangan panik atau ketakutan berlebih.

"Ahjussi," panggilnya dengan suara yang sangat lirih dan serak.

Salah satu pria itu menoleh ke arah Jisoo sambil menegak minumnya. "Ada apa?"

Jisoo tidak menjawab, tenggorokannya terlalu kering dan terasa sakit jika ia harus memaksa bersuara lagi. Hanya kedua matanyalah yang secara tidak langsung memberikan jawaban dengan menunjuk botol yang masih berisi air yang dipegang oleh pria yang menjaganya itu. Ia memohon.

Pria itu menyeringai mengetahui arah pandangnya. "Kau haus?" Ia menunjuk botol mineral yang dipegangnya.

Jisoo mengangguk dan membasahi bibirnya yang mengering. Dengan suara serak setelah membasahi tenggorokan dengan air ludah, ia memelas. "Kumohon."

Pria itu mendekat kearah Jisoo dan membuka botol minumnya yang masih bersisa. Ia sengaja bermain-main dengan menjauhkan ujungnya agar Jisoo meminumnya dengan air yang mengalir keluar. Ia tertawa karena menurutnya, apa yang dilakukannya itu menyenangkan.

Bersusah payah Jisoo minum sekedar untuk membahsahi tenggorokannya. Lidahnya mencoba menggapai sisa sedikit air yang berada di botol hingga tubuhnya ikut condong kedepan. Tapi, pria itu tak hentinya bermain-main pada Jisoo, dia membuang begitu saja botol yang menurutnya kosong. Tapi menurut Jisoo, botol itu masih berisi beberapa tetes air.

"Sudah." Ia tersenyum diselingi tawa mengejek pada Jisoo lalu pergi menemui rekannya. Ia juga langsung meminta satu batang rokok dan menyalakannya di dalam gudang yang penuh dengan papan, balok kayu, dan barang-barang rusak yang tertutup debu dan sarang laba-laba, hingga asapnya memenuhi ruangan yang membuat Jisoo terbatuk-batuk.

"HEY, GADIS TENGIK! DIAMLAH!" salah satu dari mereka membentak Jisoo dengan kasar. Karena Jisoo yang tidak bisa berhenti batuk.

Jisoo menutup rapat mulutnya dan menahan batuknya sekuat yang ia bisa. Kedua matanya memerah, menahan tangis. Jujur, ini sangat menyiksa si malang, Kim Jisoo.

Lama kelamaan matanya terpejam karena rasa letih yang sangat. Obrolan kedua pria itu semakin tak jelas hanya seperti nyanyian dan dongeng pengantar tidur karena mereka yang melangkah menjauh meninggalkan Jisoo sendiri.

~~~

Bisikan mengusik tidur nyenyak gadis yang masih belum sehat sepenuhnya itu. Seorang pria seumuran orang tuanya, tertangkap oleh pandangannya yang mengabur. Jisoo mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memulihkan penglihatannya yang kabur sembari mengumpulkan kesadarannya.

"Hai cantik, kau puas dengan tidurmu malam ini?"

Sapaan atau pertanyaan yang ditunjukan untuknya, ditanggapi dengan diam oleh Jisoo yang masih belum mengerti.

"Kau pasti menikmati tidur malammu dengan nyenyak."

Jisoo menegakan wajahnya. Bibirnya pucat, kering dan pecah-pecah, kedua matanya menatap sayu tanpa semangat pada orang di depannya.

Omoide [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang