"Tidak apa anak muda."
"Maafkan saya Ahjumma." Seok Jin menggigit lidahnya. Terkutuk ia memanggil ibunya sendiri dengan panggilan bibi. Dirinya berusaha mengenyahkan pikiran jelek itu, suatu saat nanti ada waktunya ia memanggilnya ibu dengan penuh rindu dan ketulusan.
Berdiri berlama-lama di depannya membuatnya dapat menghirup wangi bunga tidak terlalu menyengat, mengesankan si pemakai yang begitu elegan dan terhormat. Beginikah harum ibunya yang sudah 20 tahun terlupakan olehnya, orang yang diceritakan ayah ketika ia kecil selalu menemaninya tidur sambil menyanyikan lagu pengantar tidur yang indah. Ingin sekali ia mendengar ibunya menyanyikan lagu itu lagi dan dengan nyaman ia tidur di atas pangkuannya yang hangat. Berharap kejadian itu sekali lagi terulang. Hanya sekali...
"Nak." Yoo Jin tersenyum hangat pada pemuda di depannya. Ia tak tahu bahwa di depanya ini adalah putra yang banyak orang yakini sudah mati tapi tak pernah sekalipun ada yang melihat mayatnya terkapar disekitar tempat kecelakaan atau bahkan terbaring di kamar mayat. Karena anak itu masih hidup, tumbuh dengan sehat, dan menjadi pria dengan penuh karisma.
"Tolong maafkan saya, Nyonya." Seok Jin membalas senyumnya juga.
"Tidak perlu ada yang di salahkan. Aku baik-baik saja." Yoo Jin kembali tersenyum dan berpamitan untuk pergi lebih dulu.
Ingin sekali ia mengatakan tidak dan berkata jujur bahwa ia sengaja melakukannya karena ingin bertemu dan berbicara, tetapi nuraninya berkata, ini belum saatnya. "Permisi. Maaf... saya merasa tidak enak. Apa Anda akan ke basement? Jika iya bisa saya bantu membawa barang belanjaannya."
"Hm.. apa tidak merepotkan?"
"Tentu saja tidak." Seok Jin menjawabnya terlalu cepat. Ia menyadari dan segera memperbaikinya. "Karena tempat yang kita tuju sama. Ini sekedar ucapan terimakasih."
"Nyonya Kim." Yoo Jin menoleh ke samping dan mendapati ibu-ibu seusianya berdiri berasama sambil membawa beberapa jinjingan.
"Ah, Madam Kang. Lama tak berjumpa." Yoo Jin menghampiri Madam Kang, mereka saling menyapa dan memberikan salam dengan berpelukan hangat.
"Apa dia putramu?"
"Bukan."
"Aku tidak bermaksud. Tapi,sepintas kalian terlihat mirip, benarkan?" Madam Kang menanyakan pendapat teman-temanya. Yoo Jin hanya tersenyum, ternyata tak hanya dirinya yang merasakan hal yang sama dengan hanya melihat sepintas wajah Seok Jin.
Madam Kang menghembuskan nafas. "Kau harus percaya jika sampai sekarang dia masih hidup dan sehat."
"Permisi nona-nona cantik. Ada yang ingin minum kopi bersamaku?"
Yoo Jin kembali mengamati Seok Jin sekali lagi. Kali ini ia mengamati pemuda itu dengan teliti. Caranya bercanda, tingkahnya, dalam waktu beberapa menit sudah mampu memikat. Sangat mirip dengan Min Jong. Mirip sekali. Semakin diamati dan dilihat dari sisi samping bahkan kemiripan wajahnya dengan Jisoo bisa dibilang sangat mirip. Seolah mereka adalah kakak beradik.
Yoo Jin mengangguk. Secara diam-diam ia akan melakukan penyelidikan sendiri tanpa sepengetahuan suaminya. Ia benar-benar penasaran dengan pemuda ini.
Apa ini maksud Tuhan, mempertemukan seorang pemuda yang berwajah mirip putranya yang hilang tanpa kabar. Bahkan detektif swasta tidak bisa menemukannya. Apa maksudnya ini? Yoo Jin bertanya-tanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omoide [END]
Fanfiction[COMPLATED] [15+] Suga, Ji Soo, Jung Kook, Eunha, Chanyeol, So Hyun, Seok Jin, ect. // Family, Drama Kejadian dua tahun lalu sebagai awal Ji Soo memahami keluarganya sekalipun ia belum mengetahui alasan pasti mengapa orang tuanya menitipkan di...