Part 4

1.2K 118 45
                                    



Sahabat itu adalah orang yang mau menerima kamu apa adanya, bukan ada apanya.


Andra pun menatap kepergian Meisya dengan tatapan tak menyangka, ia pun segera menghampiri Asri yang sudah berderai air mata.

"Maaf yah sri" lirih Andra dan mulai pergi meninggalkan kantin yang berdesas-desus melihat kejadian di hadapan mereka, yang sepertinya akan menjadi topik utama di sekolah.

"Ga, gue anterin Asri ke UKS yah sama Dita" pamit Oliv dan Dita

"Yah Dit, gue kan masih mau sama lo " keluh Elga sambil menahan tangan Dita untuk pergi

Bel selesai Istirahat pun berbunyi.

"Udah ah gue mau ke kelas, lo cepetan masuk gih. Ntar di marahin sama guru"

"Gue mah udah biasa kali di marahin sama guru Dit" seru Elga berbangga diri

"Cih, gitu aja bangga" cibir Dita sambil menggiring Asri menuju UKS.

"Dita!" panggil Farida sambil terengah-engah, Dita pun menghentikan langkahnya dan langsung berbalik. Di sana Farida nampak cemas seperti telah terjadi sesuatu.

"Ada apa?" Dita pun menyerahkan Asri pada Oliv, karena sepertinya itu berita yang sangat penting. Oliv pun mengangguk paham sambil menggiring Asri.

"Lo sama Meisya di panggil Pak Gunawan di suruh ke ruangannya" ucap Farida dan langsung terduduk di bangku kantin yang sempat di duduki oleh Oliv.

"Ada apa?" tanya Dita, setahunya ia tidak pernah bermasalah dengan guru-guru SMA Nusantara mengingat ia adalah salah satu keanggotaan OSIS. "Ya udah gue panggilin si Meisya deh".

"Gak usah, Meisya udah ada di ruangan Pak Gunawan. sekarang lo aja yang ke sana, cepetan!" Dita pun mengangguk paham dan langsung menuju ke ruangan Pak Gunawan sedangkan Farida masih tergolek lemas sambil meminta air putih pada ibu kantin.

Dalam perjalanannya menuju ruang guru segala pikirannya berkecamuk dalam dirinya, entahlah Dita memiliki firasat buruk akan hal ini.

"Assalamualaikum Pak" ucap Dita sambil mengetok pintu

"Waalaikumsalam Anindita, silahkan masuk" balas Pak Gunawan pada Dita. Di dalam ruangan tersebut aura mencekam kian meremangkan bulu kuduk Dita dan di sana terdapat 2 kursi dimana salah satunya telah terisi oleh Meisya.

"Duduk" perintah Pak Gunawan sambil menatap tajam ke arah keduanya.

Dita menenggak salivanya dan kakinya bergetar hebat, belum pernah ia melihat pak Gunawan semenyeramkan ini. sedangkan Meisya, ia masih bisa berselanjar di kursi dengan sebelah kaki terangkat. tak lupa dengan permen lolipop yang setia di mulutnya.

Pak Gunawan menatap mereka satu-persatu dan memperlihatkan hasil ulangan mereka hari ini, Meisya mendapat nilai 90 dan Dita mendapat nilai 95. bukankah ini suatu yang ganjal? "Jawab Bapak, bagaimana ulangan kamu bisa segini Meisya?"

"Yah saya belajar dong pak" jawab Meisya masih menggulum permennya

"Tidak biasanya kamu mendapat nilai segini di pelajaran bapak, mentok-mentok juga kamu cuman dapet telinga monyet!" Pak Gunawan berseru tak percaya

"Ya ampun, bapak ini nggak percayaan sama saya. saya itu belajar pak, tiap hari saya buka buku tentang tajdwid dan huruf nya, cuman bapaknya aja yang nggak tau. Makanya Pak jangan souzdon!"

"Diam kamu! saya tidak sedang berbicara dengan kamu" Pak Gunawan menaikan nada bicaranya pada Meisya.

"Anindita, mengapa jawaban kamu hampir mirip dengan Meisya?"

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang