Part 15

896 57 8
                                    



Karena luka tersakit itu kadang di ciptain oleh orang yang paling di anggap istimewa

-A?


Meisya buru-buru pulang ke rumahnya setelah ia merasakan pusing yang begitu hebat melandanya, di rumahnya nihil, kosong, sepi. Tak ada canda tawa yang terlontar dari mulut alm papahnya dan kehangatan yang Meisya rasakan dahulu.

Meisya tidur terlentang sambil menatap langit-langit, memikirkan apa yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini. Ia sering sekali merasa mual dan pusing pada pagi hari.

jangan-jangan...

Meisya menepiskan segala firasat buruk itu, sampai akhirnya ia terlelap dengan pikiran yang semakin berkemelut.

BRAK!!

Suara pintu yang di buka secara paksa mengagetkannya, Meisya yang setengah sadar itu pun langsung terbangun.

"Mamiii, Sabrina mau tidur di sini!!" rengek Sabrina manja pada Vania, Meisya hanya mendelik sebal ke arah Sabrina mengingat Sabrina adalah anak kecil yang bermetamorfosa menjadi iblis.

"Anjing!! gue gak mau bangsat!!" balas Meisya kasar, langsung mengusir Sabrina keluar sampai akhirnya Sabrina terjatuh di hadapan Vania.

"Meisya! sopan santun kamu harap di jaga!!!" bentak Vania, sembari membantu Sabrina berdiri Meisya menangkap seulas senyum sangat tipis sehingga Meisya yakin Vania tak dapat melihat senyum licik yang Sabrina perlihatkan, namun Meisya dapat melihatnya dengan sangat jelas. "Sebentar lagi juga mas Guntur bakal jadi papah kamu dan Sabrina bakal jadi saudara tiri kamu, dan mamah harap kamu anggap mereka sebagai keluarga"

"Nggak! Meisya nggak akan pernah restuin mamah nikah sama om-om sialan itu!!!" bentak Meisya

"Meisya, jaga bicara kamu! lagipula mamah nggak perlu restu kamu Meisya!, lain kali kamu kayak Sabrina dong, dia baik, ramah dan pinter masak juga. Gak kayak kamu cuman bisa ngebentak-bentak mamah doang mending Sabrina jadi anak mamah daripada kamu!!" telak Vania

Meisya terdiam, jauh di lubuk hatinya ia merasakan pedih yang sangat teramat dalam. Ketika mamahnya secara tak langsung lebih menginginkan Sabrina menjadi anaknya, daripada dirinya?

"Oke, kalo gitu" Meisya mengeluarkan semua barang-barangnya, di mulai dari gitar, baju dan akuarium kesayangannya yang airnya ia langsung cipratkan langsung pada wajah Sabrina "Semuanya buat lo!" balas Meisya, ia akan mengikuti permainan mamahnya sampai kesabarannya habis, dan setelah itu, Meisya akan pergi. Jauh.

Sabrina pun tersenyum senang, mamah barunya sungguh memuja dan membelanya dari anaknya sendiri

"Ini, kamar kamu sayang" Vania langsung mengajak Sabrina masuk ke dalam kamar barunya, memang kamar Meisya lebih bau rokok dan penuh dengan warna-warna monokrom seperti hitam dan abu namun Sabrina tersenyum puas karena ini yang diinginkannya.

"Mamih turun ke bawah dulu yah sayang" ujar Vania sambil mengecup kening Sabrina, dan Sabrina mengangguk setuju.

Namun ada satu yang menari perhatian Sabrina, balkon rumah Meisya. Di sana terdapat pojok yang di tempel banyak sekali foto, dengan warna-warna yang lebih colourfull. Sepertinya Meisya lupa mencabut fotonya bersama kedua sahabatnya, di sana tertulis dengan spidol warna merah di sertai tulisan yang acak-acakan.

BEST PLEN POREPER

Sabrina mencabut salah satu foto dengan seulas senyum tercetak di bibirnya, di sana terdapat foto dengan wajah jelek mereka bertiga, Sabrina membalikan foto itu

Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang