11

21 2 0
                                    



Raejin sedang berada didalam kamar mewahnya, malam ini ia sedang membaca sebuah novel.

Prang~

Tiba-tiba raejin mendengar suara benda di banting dari lantai satu membuatnya terlonjak kaget. Lalu ia memutuskan untuk keluar kamar dan melihat apa yang terjadi, baru saja ia akan turun suara teriakan seseorang membuatnya diam terpaku.

"Apa kau sudah gila! Kenapa kau menjual villa kita yang ada di jeju!? Untuk apa hah!? Jawab aku!!"
Teriak donghae sang ayah meneriaki tiffany sang ibu. Tiffany yang mendapat bentakan kan pertanyaan itupun diam dan menggeram kesal.

"Aku menjualnya karna aku membutuhkan uang! Kau tidak pernah memberikanku uang yang cukup donghae!!"
Ucap tiffany berteriak tak mau kalah dengan sang suami.
Donghae menatap tiffany dengan mata menyalang, ia tidak habis pikir dengan istrinya ini pasalnya ia sudah memberikan cukup uang untuknya namun sang istri bicara bahwa ia tidak memberikan uang yang cukup.

"Tapi kau bisa bicara padaku dan raejin terlebih dulu tiffany! Tidak menjual semau mu dan bahkan aku sudah memberikan cukup uang untukmu selama ini..apa itu masih kurang!? Kau pakai untuk apa uang itu!!?
Teriak donghae lagi dengan menunjuk wajah sang istri.

Raejin mendengarnya lagi. Kini sang ibu sudah benar-benar keterlaluan, menjual villa keluarga mereka yang terdapat di jeju? 'Untuk apa umma menjualnya?' tanya raejin sendu dalam hati.
Ia diam mendengar teriakan sang ayah dan ibunya.

Tes

Air matapun tak bisa raejin bendung lagi, sungguh ia tidak tahan mendengar kedua orang tuanya bertengkar hanya karna masalah uang. Lagi.

"Ya..semua uang yang kau berikan padaku itu kurang donghae kurang! Kau pikir kebutuhan yeoja itu murah hah!?"
Balas tiffany kesal lalu pergi ke dalam kamarnya dengan membanting pintu.

Donghae yang melihat tiffany masuk kamarpun hanya menghela nafas lelah, selalu seperti ini. Ia baru tersadar, ia membanting fas bunga yang ada di meja hias dengan sangat keras tadi pasti putrinya itu terbangun. Donghae baru saja akan ke kamar sang putri namun ia melihat raejin turun dari tangga dengan air mata yang mengalir di kedua pipi chuby nya membuat donghae mundur dan menggelengkan kepalanya. Ia tidak bisa melihat putri kecilnya -dulu- itu menangis karna pertengkarang mereka.

Raejin sudah ada di hadapan sang ayah dengan jarak yang cukup jauh, air matanya terus saja mengalir. Donghae berjalan cepat ke arah sang putri dan mendekapnya erat penuh sayang. Raejin merasakan pelukan sang ayah yang dulu ia rindukan pasalnya karna sang ayah selalu pergi keluar kota maupun keluar negri untuk bisnis tidak ada waktu untuk raejin berbincang dengan sang ayah. Ia menangis terisak dipelukan sang ayah.

"Raejin-ah maafkan appa dan umma mu ne? Mianhae"
Ucap donghae kepada raejin dengan menahan air matanya agar tidak ikut turun juga dari kedua matanya.

"Emm gwaenchana hiks appa hiks"
Jawab raejin dengan terisak.

"Sekali lagi maafkan appa sayang maaf "
Kini donghae tidak bisa membendung air matanya lagi, ia ikut menangis diam dalam pelukan sang putri, lalu cepat cepat menghapus air matanya dan melepaskan pelukan sang putri.

"Appa harus kembali ke kantor nak"
Ujar donghae memberitahu raejin, membuat sang putri menatap sang ayah.

"Selarut ini appa?"
Tanya raejin.

"Nde.. besok appa juga ada rapat, jadi harus mempersiapkan segalanya malam ini, mungkin appa tidak akan pulang..kau tidurlah sayang maafkan appa"
Ucap donghae dengan lembut dam mengecup kening sang putri dengan sayang, lalu pergi tanpa menunggu raejin mengeluarkan suaranya.

Unmyeong -Takdir-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang