Bab 18

2.6K 185 69
                                    

Hari ini kelas XI-IPS 2 jam pertama pelajaran Ekonomi. Dan itu tandanya akan bertemu dengan Bu Denny. Siswa banyak yang tidak suka dengan Bu Denny karena bawel. Memang tidak killer, tapi bawelnya melebihi bawelnya ibu kandung masing-masing.

"Bu Denny lagi, elah," keluh Anis menenggelamkan wajahnya di lekukkan tangannya.

"Dinikmati aja, Nis. Mumpung masih sekolah. Kalau udah lulus nanti bakalan kangen deh," ucap Kayla.

"Idih, amit-amit deh kangen sama Bu guru bawel kayak gitu," balas Anis.

"Ada orangnya, Nis."

Anis sontak mengangkat kepalanya. Benar saja, Bu Denny sudah duduk di meja guru. Anis mendengus kesal. Padahal belum ada suara bel masuk, tapi sudah masuk kelas duluan.

Bu Denny menerangkan materi tentang Indeks Harga dan Inflasi. Kelas yang semula tenang menjadi sedikit riuh. Banyak yang tidak fokus mengikuti pelajaran. Mungkin bisa dihitung jari siapa yang memperhatikan Bu Denny.

Brak. Bu Denny memukulkan penggaris kayu pada meja. Seketika kelas hening. Bu Denny sebenarnya sangat sabar menghadapi muridnya. Tapi, semua manusia jelas memiliki batas kesabaran masing-masing.

"Kalian ini diterangkan malah bicara sendiri," suara Bu Denny meninggi. "Kalian nggak apa-apa ramai di kelas saya, karena saya wali kelas kalian. Bagaimana jika dengan Bapak atau Ibu guru yang lain? Kalau nilai kalian di bawah KKM pada mata pelajaran saya, saya masih bisa menaikkan nilai kalian. Kalau mata pelajaran lain bagaimana?" Suara Bu Denny kembali menurun.

Semua siswa menundukkan kepalanya. Menerima ceramah yang diberikan Bu Denny. Bu Denny mengelinting beberapa potongan kertas seperti kertas arisan. Bedanya kertas yang ini lebih besar. Tidak mengerti akan digunakan untuk apa oleh Bu Denny.

"Semua berdiri ke depan!" seru Bu Denny. Semua patuh dan berdiri ke depan.

"Ambil satu-satu sini. Saya mau mengacak tempat duduk kalian." Sontak semua siswa menolak apa yang di perintahkan Bu Denny. Tapi, Bu Denny tidak menerima penolakan.

Semua siswa mendengus kesal mendapati teman duduk yang berbeda. Walaupun masih sama teman sekelas tapi itu tidak seperti pertama kali masuk ke kelas.

Kayla mendengus kesal. Bisa-bisanya dia harus satu bangku dengan Vanka. Cobaan macam apa yang Kayla hadapi.

"Bu, saya nggak mau duduk sama dia. Saya sama siapa aja boleh, tapi jangan sama dia," mohon Kayla.

"Gue juga ogah kali!" seru Vanka tak mau kalah.

"Udah-udah," lerai Bu Denny. "Nggak apa-apa, Kayla. Siapa tahu dengan Vanka duduk sama kamu, dia bisa lebih sopan sedikit," tambahnya.

Kayla menghela napas panjang, langsung berjalan ke tempat duduknya yang baru. Anis duduk dengan Karina. Mereka berdua bersyukur. Padahal itu tidak sengaja.

"Jangan ada yang kembali duduk seperti sebelumnya di pelajaran lain," peringat Bu Denny. "Ayo lanjut ke materi. Karina, baca buku materi tentang Tujuan Penghitungan Indeks Harga," lanjut Bu Denny.

Bu Denny menerangkan apa yang dibaca Karina barusan.

"Vanka, baca selanjutnya." Vanka tidak mengikuti apa yang diperintahkan Bu Denny. Pasalnya dia tidak membawa buku pelajaran sama sekali.

Kayla masa bodoh. Tidak mau membagi bukunya dengan Vanka.

"Saya nggak bawa buku, Bu," ucap Vanka datar.

"Kayla, pinjamkan buku kamu sebentar," pinta Bu Denny.

"Nggak mau, Bu," tolak Kayla.

"Siapa juga yang mau dipinjemin buku sama lo," sahut Vanka.

Inside of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang