2008th
Seorang gadis kecil yang berusia 10 tahun terlihat menangis. Gadis kecil tersebut menangis dengan kerasnya karena suatu hal. Mengabaikan seorang laki-laki kecil yang mencoba menenangkan dirinya.
"Oh ayo.. berhentilah menangis. Aku sungguh tak apa." Ujar bocah laki-laki tersebut berkali-kali. Bahkan, ia tak tahu sudah keberapa kalinya ia berucap seperti itu.
"Apanya yang tak apa? Kau babak belur karena aku. Dan mana mungkin kau menyebutnya bahwa kau baik-baik saja?" Timpal gadis itu semakin menangis.
"Tapi, aku yang merasakannya. Sungguh! Aku baik-baik saja." Namun, kali ini ucapan laki-laki itu berhasil menghentikan tangisan gadis tersebut. Alih-alih tersenyum, gadis itu masih menatapnya khawatir. "Aku tahu apa arti dari tatapanmu itu, tapi aku benar-benar baik-baik saja."
Jika kita harus kembali ke masa sebelumnya, maka adegan beberapa waktu lalu memperlihatkan beberapa anak laki-laki yang memiliki usia sama tengah mengganggu seorang gadis kecil tadi. Mereka mengganggu tanpa ada rasa kasihan.
Sampai pada akhirnya, ada laki-laki kecil mencoba untuk melindungi gadis tadi. Ia tak peduli saat mereka memukulnya tanpa ampun, yang terpenting mereka merasa puas dan kemudian pergi.
Tapi, laki-laki itu terlalu dangkal untuk berpikir karena membuat sang korban aksi penyelamatannya menangis. Menangis setelah melihat ia babak belur seperti saat ini. Dan tentu, ada rasa sedikit merasa bersalah karena membuat seorang perempuan menangis. Mengingat janji pada ayahnya bahwa ia tak boleh menyakiti dan menangisi seorang perempuan.
*** ***
Adegan berganti dengan adegan lain. Masih dengan orang yang sama, keduanya terlihat berjalan menuju ke rumah mereka yang kebetulan searah. Ini baik untuk gadis itu.
"Jadi, kau yang pindah ke rumah sebelahku?" Tanya gadis kecil yang mencairkan suasana.
"Iya.. dan lebih tepatnya, aku dan orang tuaku yang pindah. Bukan hanya aku saja." Gadis itu terkekeh kecil akibat guyonan si laki-laki yang memiliki tinggi yang sama dengan si gadis.
"Terima Kasih, ya.. kau telah menyelamatkan aku." Ujar si gadis. "Lain kali, aku akan meminta Ibuku untuk membuat kue spesial untukmu. Kue buatan Ibuku sangat enak."
"Itu merepotkan.. "
"Tidak, ini tak masalah jika aku yang memintanya. Lagipula, ini sebagai permintaan maafku juga karena membuat wajahmu menjadi jelek seperti itu."
"Oh.. apa wajahku sejelek itu?" Gadis itu hanya mengangguk pelan. "Mm.. sepertinya, memang sudah takdir sementara jika wajah tampanku harus berubah."
"Takdir sementara apanya.. " dan keduanya kembali tertawa pelan.
Tak dirasa, mereka telah sampai di depan rumah mereka. Atau, lebih tepatnya di depan rumah si gadis kecil.
"Sekali lagi, terima Kasih. Dan katakan jika Ibumu marah setelah melihat keadaanmu saat ini."
"Bukan apa-apa.. "
"Hey~ " si laki-laki hanya tersenyum. "Mm.. siapa namamu?"
"Nama? Mm.. tebaklah."
"Yang benar saja."
Laki-laki kembali tersenyum geli melihat gadis itu kesal padanya. "Baiklah,, namaku.. Park."
"Apa? Park?" Ya ampun.. ada-ada saja, pikir gadis itu. "Yang benar.. "
"Maksudku, itu adalah margaku."
"Lalu?"
"Naeil.. (*besok)"
"Naeil? Namamu Park Nae Il?"
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Love You | ChanJi Fanfiction
أدب الهواةMengisahkan tentang suka-duka sebuah persahabatan yang terjalin di antara pria dan wanita. Mereka kembali dipertemukan setelah 9 tahun berpisah. Mereka berada di satu sekolah yang sama dan sebuah Cinta mulai terlihat. Park Chan Yeol mulai menyukai s...