"Jangan ngerasa hidup kamu itu miris, hidup kamu gak ada yang peduliin. Pasti ada satu atau dua orang disekitarmu yang sangat peduli denganmu."
Kringgggggg
Jam beker berwarna biru muda bergambar doraemon itu berbunyi keras menyuruh pemiliknya untuk bangun. Gadis pemilik jam doraemon itu mengucek matanya, ia belum sepenuhnya sadar. Gadis itu buru-buru mematikan jam bekernya. Gadis berambut hitam itu bukan langsung bangun namun kembali tidur. Ia hanya bangun untuk mematikan jam bekernya saja, yang sudah membangunkan ia dari tidur cantiknya.
Sinar matahari memaksa untuk masuk melalui celah gorden yang agak terbuka, diikuti suara burung gereja yang membuat suasana saat ini benar-benar menunjukan sudah pagi. Sang pemilik kamar belum juga bangun dari tidur nyenyaknya, beberapa menit yang lalu sang pemilik hanya mematikan jam beker doraemonnya dan lanjut tidur lagi.
"Sayang bangun, mau sekolah enggak."
Suara bariton lelaki dari luar membuat seorang gadis yang sedari tadi terlelap menjadi terbangun.
Bola matanya mengerjap, gadis itu mengucek matanya dan merapihkan anak rambutnya yang berantakan. Bola matanya melirik sekitar ruangan, yang sudah terang. Gadis itu bangkit dari tempat tidurnya dan membalas perkataan laki-laki yang menyuruhnya bangun.
"Iya, sebentar lagi Gita turun."
Gadis itu bernama Pelangi Anggita Pradana. Kalo dirumah sering dipanggil Gita. Gadis berambut panjang berwarna hitam, mempunyai irish mata berwarna hitam gelap. Berkulit kuning langsat dan juga bertubuh tinggi. Gadis ini nyaris sempurna, karena memang semua manusia didunia ini tidak ada yang sempurna sama seperti Pelangi.
Pelangi turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Sebenarnya Pelangi masih mengantuk tapi mau bagaimana lagi papahnya sudah memanggilnya untuk bangun.
Aroma stroberi yang berasal dari rambut Pelangi membuat dirinya menjadi lebih segar. Setelah mengeringkan rambutnya menggunakan hairdrayer dan sudah memakai seragam SMA lengkap, Pelangi turun kebawah untuk makan bersama papahnya.
"Git, ayo makan nanti keburu Pian datang." ujar Papah Pelangi sambil menyendokkan nasi ke piring yang ada didepan Pelangi.
"Pah, aku maunya dianter Papah. Aku bosen ama Pian mulu." balas Pelangi dengan nada memohon.
"Papah gak bisa."
Pasti selalu gak bisa.
"Kamu bukan anak kecil lagi Git, Papah juga banyak kerjaan. Tolong ngertiin Papah, lain kali mungkin Papah akan mengantar kamu kesekolah." Gito -ayah Pelangi- melanjutkan perkataannya, sebenarnya ia sangat ingin mengantarkan putri satu-satunya ini ke sekolah namun apa boleh buat ia tidak bisa.
Lain kali.. Selalu lain kali.
"Oh ya udah Pah gak papa, Pelangi nanti bareng Pian aja." Pelangi rasanya ingin menangis saja, berkali-kali ia sudah meminta papahnya untuk berangkat bareng kesekolah tapi apa daya papahnya selalu tidak bisa. Lagi-lagi dengan alasan kerjaan.
"Maafin Papah ya Git, Papah gak bisa antar kamu."
Pelangi mengulum senyum "Gak papa Pah."
Pelangi mengambil ponselnya dinakas dekat tempat tidur, kejadian dimeja makan tadi membuatnya malas untuk makan. Ia bosan dengan alasan papahnya. Lain kali iya mungkin lain kali. Mungkin kalau Pelangi sudah lulus Papahnya baru akan ingin mengantarkannya.
Tadi karena bujukan Papahnya untuk makan, mau tidak mau Pelangi menyendokkan nasi bersama fried chicken buatan si mbok ke mulutnya. Ia sangat tak berselera makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Pelangi Mencintai Langit
Teen FictionPelangi sangat membenci hujan, hujan membawa dirinya kembali mengenang masa lalu. Masa lalu yang membuat ia terpuruk. Masa lalu yang membuat ia menjadi perempuan introvert, jarang bergaul. Bahkan Pelangi hanya memiliki satu teman yaitu Pian. Walaupu...