Perempuan akan lebih cantik seratus kali lipat saat tersenyum. Dan perempuan akan lebih jelek seratus kali lipat saat menangis.
Suasana kelas tiba-tiba mencekam setelah hadir murid baru yang bernama Panji. Apalagi Panji duduk samping Pelangi membuat Pelangi risih tak betah. Ingin rasanya pindah duduk ke bangku lain tapi semua bangku sudah terisi penuh.
"Minta no hape lo dong."
Pelangi yang sedang berkutat dengan pikirannya menjadi diam, ia mencari tahu siapa yang meminta no hape nya dan ia menemukan Panji sedang menatapnya.
"Gak usah sok asik deh lo."
Panji yang mendengar ucapan Pelangi menjadi tertawa.
"Lo tuh ya dari kemarin galak mulu sama gue, kali-kali baik napa sama gue."
"Atas dasar apa gue harus baikin elo, emang lo siapa?" Tanya Pelangi.
Panji menaikkan sebelah alisnya, bingung dengan perempuan disebelahnya ini. Biasanya kalo ada perempuan yang di mintai no hape oleh Panji pasti dikasih soalnya Panji itu muka nya gak pasaran, ya sejenis ganteng gitu.
Yang Panji heran kenapa perempuan disampingnya ini galak dan tidak mau memberikan no hape nya.
"Gue kan temen lo."
Pelangi memandang Panji dengan tatapan sinis, "Mimpi lo!"
***
Pernahkah kamu merasakan kesepian seperti tidak punya teman? Kemana-mana sendiri tidak ada yang menemani, ke kantin sendiri, ke perpustakaan juga sendiri rasanya sepi seperti dunia hanya isinya kamu sendiri.
Itu yang dirasakan Pelangi saat ini, semenjak Pian sakit ia selalu sendiri. Walaupun berangkat dan pulang sekolah ia bersama Langit. Ngomong-ngomong tentang Langit, Pelangi jadi heran kenapa Langit jadi baik padahal mereka belum lama kenal.
Sebenarnya juga Pelangi tidak suka dengan kehadiran Langit apalagi dari dulu dia benci banget sama nama Langit.
Tapi, ada gunanya juga Langit. Setiap berangkat dan pulang sekolah Pelangi jadi gak bingung lagi harus naik kendaraan apa. Kalo minta dijemput supir Pelangi tidak suka mendingan naik angkutan umum.
Saat ini Pelangi sedang berada di perpustakaan sendiri. Sebenarnya sih perpustakaan ini penuh, tapi Pelangi seperti merasa sendiri.
Pelangi sedang membaca buku biologi mengenai anatomi hewan, tiba-tiba ada seseorang duduk dihadapan Pelangi.
Pelangi duduk lesehan dengan sebuah meja yang memungkinkan duduk berhadapan.
Pelangi mendongak melihat siapa yang ada dihadapannya, ternyata ada Langit di depannya.
"Kenapa sih lo selalu ganggu gue, gue lagi butuh ketenangan!" Ucap Pelangi sebal.
Langit tertawa saat Pelangi mengomel karena ulahnya.
"Git jangan marah-marah mulu napa. Lo tau kan kalo perempuan itu 100 kali lipat lebih cantik saat tersenyum, ayo senyum Git."
"Gue lagi gak mau diganggu."
"Apa perlu gue ajarin senyum, mau senyum apa? Senyum pepsodent, senyum selebar bahu, senyuman saat bertemu mantan, atau senyum fake smile? Gue semua senyum bisa. Tinggal lo bilang aja mau dicontohin yang mana."
Pelangi rasa Langit salah minum obat pagi-pagi, kenapa sekarang Langit jadi semakin aneh?
"Tanpa lo ajarin juga, gue udah bisa senyum!"
"Ya udah kalo lo bisa senyum, coba perlihatkan sama gue." Tantang Langit. Pelangi mencoba tersenyum yang ia yakini ini senyum terpaksa.
"Nah gitu dong, lo kan jadi lebih cantik kalo lagi senyum."
Pelangi jadi makin waspada dengan keadaan Langit saat ini.
"Lo udah makan belum?" Tanya Langit.
Pelangi menggeleng.
"Dua puluh menit lagi udah bel masuk, mendingan lo balik ke kelas terus makan."
"Lo tuh berisik banget sih kayak ibu-ibu yang lagi nawarin barang branded!"
"Gak papa gue berisik yang penting buat kebaikan lo ini. Ayo gue temenin ke kelas."
Dari pada nanti Langit semakin ngoceh gak jelas Pelangi menuruti apa kata Langit. Saat sampai didepan kantin, mereka berdua bertemu dengan Panji.
"Pantesan dimintain no hape gak mau, ternyata lo udah punya cowok ya." Ucap Panji ke arah Pelangi.
Pelangi menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. Sangat tidak mengerti maksud perkataan Panji.
"Lo siapa sih? Gak usah ngomong yang macem-macem!" ucap Langit kesal.
"Kenalin gue Panji, temen sebangkunya Pelangi. Kalo gak percaya coba tanya sama cewek lo."
Panji lalu pergi naik ke atas tangga, karena diatas tangga sana kelasnya berada.
"Dia temen lo?" Tanya Langit.
"Iya dia sebangku sama gue, tapi gue gak nganggep dia temen sama kayak lo. Gue juga gak nganggep lo sebagai temen gue."
Pelangi juga pergi menaiki tangga, meninggalkan Langit yang terpaku mendengar omongan Pelangi yang menurutnya sangat tajam.
_o_
Alhamdulillah bisa update juga 😁
Dikarenakan tugas menumpuk membuat pikiran semakin memburuk
Jadi sulit mencari ide yang terbaik
Insyallah cerita ini membuat kalian senang.Terima kasih yang sudah menunggu cerita ini.
Jangan lupa vote dan comment ya.Menurut kalian cerita ini gimana?
Butuh komentar nya dong buat semakin aku jadi semangat nulis.Komentar disini ya 👇👇👇👇
Terima kasih 💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Pelangi Mencintai Langit
Genç KurguPelangi sangat membenci hujan, hujan membawa dirinya kembali mengenang masa lalu. Masa lalu yang membuat ia terpuruk. Masa lalu yang membuat ia menjadi perempuan introvert, jarang bergaul. Bahkan Pelangi hanya memiliki satu teman yaitu Pian. Walaupu...