"Hidupku tak seindah yang orang lihat. Mereka hanya tau diriku diluar saja, mereka tak tahu apa ada sisi gelap dihidupku. Tolong, buat hidupku Indah sama seperti namaku. Bukankah setelah hujan akan ada pelangi?"
Pelangi mendapat ceramah panjang lebar dari wali kelasnya yaitu bu Sisril. Pelangi terus mendengarkan apa yang bu Sisril ucapkan walaupun ia sangat malas mendengar ocehan yang sangat tidak berguna menurutnya. Menurutnya bu Sisril sangat berlebihan menasehatinya, walaupun ia tahu itu artinya bu Sisril peduli dengannya karena bu Sisril adalah budehnya.
"Kamu mendengar nasihat bude kan Git?" Tanyanya.
Pelangi mengangguk sambil tersenyum.
"Ya sudah. Kamu kembali kekelas, sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi."
"Terima kasih bude." Pelangi pamit dan berjalan menuju kelasnya. Ternyata kelasnya sedang jam kosong, lima menit lagi bel pulang berbunyi jadi kebanyakan teman-temannya sedang membereskan alat tulisnya.
Sebuah pesan LINE masuk di ponsel Pelangi, ia mendengus tidak suka saat membaca nama pengirimnya.
Langit gila : gue otw ke kelas lo.
Pelangi berdecak kesal, jikalau nenek lampir itu tidak menghukum Pian pasti ia bisa pulang bareng temannya yang sangat ia sayangi. Bisa saja Pelangi membantah tidak ingin pulang bareng Langit tapi ia tidak enak dengan Pian karena temannya itu sudah mengamanatkan dirinya pada Langit.
Pelangi buru-buru membereskan alat tulisnya, buku paket dan Lembar kerja siswa. Tak lama Pian masuk kekelas dan langsung mengagetkannya.
"Git, udah mendingan?" Tanya Pian dengan nada khawatir.
Pelangi mengangguk. "Gue males pulang sama Langit Yan." Mengalihkan pembicaraan.
Raut kecewa jelas terpancar di wajah tampan Pian. "Kenapa?"
"Pokoknya males."
"Kalo gue gak dihukum mak lampir juga bakal nganter lo pulang."
"Tapi-"
"Git, gue percaya sama Langit. Lo pulang sama dia ya. Gue mau keruang guru dulu. Kalo udah sampai rumah kirim pesan ke gue. Dadahh." Ucap Pian sambil berlari meninggalkan kelas.
Pelangi menghembuskan nafas kasarnya, mau tak mau ya harus mau. Ia tak mau mengecewakan Pian.
"Ayo dah sore." Kata Langit yang tiba-tiba udah ada disamping Pelangi.
Pelangi tidak membalas perkataan Langit, ia langsung menyampirkan tas peachnya dibahu kanan. Lalu berjalan menuju parkiran meninggalkan Langit.
"Tunggu gue." Katanya sambil teriak.
***
Pelangi menatap buku paket biologi-nya. Ia tak tau harus apa. Sebenernya niatnya mengambil buku biologi adalah untuk belajar karena esok ada ulangan. Tapi konsentrasinya buyar seketika saat ia mengingat omongan Langit saat perjalanan menuju rumahnya.
"Git, gue bingung sebenarnya sama lo. Kenapa lo benci banget sama gue." Katanya.
Pelangi bingung harus menjawab apa, "Ya benci aja gitu."
Jawaban itu yang akhirnya terlontar dari mulutnya."Pasti ada alasan lo benci gue Git."
"Kenapa lo kepo banget sih kayak cewek?"
"Bukannya gitu, tap-"
"Lo diem apa gue turun disini?"
"Iya gue diem." Akhirnya Langit yang mengalah. Sebenernya ia kasihan juga dengan Langit. Tapi hatinya tidak bisa bohong kalau ia benar-benar belum bisa menerima kenyataan yang menurutnya sangat pahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Pelangi Mencintai Langit
Teen FictionPelangi sangat membenci hujan, hujan membawa dirinya kembali mengenang masa lalu. Masa lalu yang membuat ia terpuruk. Masa lalu yang membuat ia menjadi perempuan introvert, jarang bergaul. Bahkan Pelangi hanya memiliki satu teman yaitu Pian. Walaupu...