"Kamu boleh patah hati tapi tidak boleh menutup hati untuk orang lain yang mau mencoba membuat keadaanmu menjadi lebih baik dari sebelumnya."
Langit sudah berkali-kali mengajak kedua temannya untuk pergi ke café yang setengah bulan lalu baru buka. Namun kedua temannya tidak ingin, alasannya bermacam-macam. Yoga yang katanya harus mengantarkan adik nya latihan bulu tangkis sedangkan Aji sudah berjanji pada adik perempuannya yang bernama Caca untuk menonton drama korea.
Akhirnya Langit memutuskan untuk pergi kesana sendiri, ia tak mungkin mengajak Arkan karena pasti Arkan sedang berkumpul bersama geng bluesboy.
Langit menstarter motornya lalu pergi menuju café kenangan.
Setelah sampai, Langit langsung membuka pintu menimbulkan suara kecil tapi tak banyak yang menoleh padanya hanya beberapa saja. Lalu ia mencari kursi kosong namun nihil tak ada. Tapi setelah mengecek kembali ada satu kursi kosong dekat dengan mural bergambar kartun doraemon. Lalu ia berjalan kearah sana.
Tak sengaja matanya bertatapan dengan mata hitam milik seorang cewek yang sedang duduk berdua bersama dengan cowok persis disamping mural doraemon. Tapi hanya sebentar, cewek itu membuang tatapannya kembali. Ia menghela napas panjang lalu duduk dikursi yang agak berjauhan dari kedua orang itu.
Pelangi membuang tatapannya kedapan, ia tak menyangka bisa bertemu cowok itu. Cowok yang telah mengantarkannya kemarin malam. Pian menggoncangkan bahu Pelangi membuat ia terpekik kaget.
"Lo dengerin gue gak sih Git?"
"Hah? Iya gue dengerin lo." Pelangi berbohong pada Pian, sedari tadi Pelangi tidak mendengar ocehan Pian. Ia masih fokus pada cowok yang sedang memesan minuman.
"Apa coba? Gue tadi ngomong apa?" tanya Pian. Pian kesal sedari tadi ia bercerita tentang kakaknya, tentang kemarin ia sudah capek-capek membeli 2 box martabak manis tapi akhirnya terbuang sia-sia.
"Lo ngomong mau beli sepatu baru yang di mall."
Pian berdecak sebal, ternyata benar Pelangi sedari tadi tidak mendengarkan omongan Pian padahal ia sudah bercerita panjang lebar, mencurahkan segala kekesalannya. Tapi orang yang diajak curhat malah tak mendengarkan.
"Ckck."
Suara hentakan kaki membuat Pelangi berhenti meminum sesaat, saat melihat siapa yang datang ia tersedak. Tak menyangka.
"Boleh gabung?" katanya.
"Boleh." kata Pian. Disebelah Pelangi memang masih ada satu kursi kosong. Awalnya Langit ingin duduk ditempat semula tapi saat ia pergi dari kasir tempat duduk itu telah ditempati orang lain dan akhirnya ia memutuskan untuk gabung bersama Pian juga Pelangi.
"Lo yang nolong kita waktu itu pas diikutin kak Arkan kan?"
Langit mengangguk. "Gue Langit Riski Pratana panggil aja Langit kelas sebelas IPA 5."
Langit Riski Pratana.
"Nama gue Alpian panggil aja Pian temen gue yang disamping lo itu namanya Pelangi kita sekelas, kelas sebelas IPS 4." sambil menjulurkan tangan sebagai salam perkenalan.
Pelangi hanya bisa fake smile kepada Langit yang sedang mengulurkan tangannya, Pelangi tak berniat membalas uluran tangan itu ia malah ingin ijin ketoilet.
"Yan, gue ke toilet dulu."
Pian pun mengangguk pasrah. Lalu ia mulai kembali berbincang-bincang dengan Langit.
***
Pelangi mengusap wajahnya dengan air di wastafel, ia muak dengan suara cowok itu. Sebenarnya ia tak punya alasan kenapa bisa muak dengan suara cowok itu. Setelah menenangkan diri, ia berjalan kembali ke meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Pelangi Mencintai Langit
Roman pour AdolescentsPelangi sangat membenci hujan, hujan membawa dirinya kembali mengenang masa lalu. Masa lalu yang membuat ia terpuruk. Masa lalu yang membuat ia menjadi perempuan introvert, jarang bergaul. Bahkan Pelangi hanya memiliki satu teman yaitu Pian. Walaupu...