"Aku sekarang tau bagaimana perasaan ku padamu, dan saat ini aku tegaskan 'aku menyukai dirimu' apapun yang ada dirimu, aku suka."
Suasana perpustakaan hari ini memang sangat sepi, bahkan diruangan ini hanya ada tiga orang. Pertama Pelangi, kedua Bimo dan yang ketiga seorang cowok sedang tidur pulas dipojokan rak buku.
Bukannya perpustakaan digunakan untuk membaca bukan untuk istirahat tidur siang?
Pelangi dan Bimo janjian di perpustakaan untuk membicarakan lomba di SMA Airlangga yang akan diadakan dalam waktu dekat. Bimo sudah mendaftarkan, tinggal siapa yang ingin berpartisipasi dalam lomba ini. Sayangnya, Pelangi dan Bimo belum menemukan orang itu.
"Gue kemarin udah daftar, sekarang tinggal orangnya aja siapa yang mau ikut." Bimo mengawali pembicaraan, yang membuat Pelangi bingung adalah kemana ia cari orang yang ingin ikut? Dari tahun ke tahun sangat sulit mencari orang yang secara sukarela mengorbankan tenaganya untuk ikut lomba.
Siapa sih yang mau ikut berpartisipasi ikut lomba dari ekskul freak, pasti tidak ada orang yang mau.
Dari hasil pembagian pamflet kemarin, anggota ekskul seni bertambah 7 orang. Cuma 7 orang!
Tapi lumayan kan nambah dikit dari pada tidak sama sekali. Sekarang anggota ekskul seni menjadi 30 orang.
"Gue gak tau." Akhirnya Pelangi hanya bisa mengucapkan 3 kata tersebut.
Bimo pun menggeleng. "Gue juga gak tau. Jenis-jenis lombanya ada 4. Pertama, seni mural. Kedua, seni gambar tiga dimensi. Ketiga, seni gambar imajinasi dan yang terakhir seni melukis."
Jikalau Pelangi ikut berpatisipasi pun ia tak tau harus ikut apa. Tak punya bakat dalam hal seni. Pelangi memang sangat payah jika berhubungan dengan seni.
"Apa kita keliling tiap kelas buat nanyain siapa yang mau ikut?"
"Jangan, bakal ribet."
"Terus mau gimana? Susah Pel, waktunya udah mepet. Cuma dengan cara ini kita bisa bikin ekskul seni dipandang berharga sama sekolah." Bimo menghembuskan nafas kasarnya, selaku pemimpin ekskul seni Bimo pasti sangat bingung menyikapi hal ini.
Ekskul seni itu terbelakang, tak pernah dianggap berharga. Walau kadang dianggap berharga jika memenangkan suatu event yang mendapatkan uang pembinaan. Uang itu bukan digunakan untuk kemajuan ekskul malahan digunakan untuk membangun taman belakang sekolah. Walaupun itu masih berhubungan dengan sekolah, seharusnya ekskul seni harus lebih dipandang, bukan sebelah mata namun dengan kedua mata.
"Entar gue pikirin lagi deh caranya besok, kita ketemu disini lagi jam yang sama ya." Bimo pergi keluar perpustakaan meninggalkan Pelangi sendirian. Ralat, Pelangi bersama seorang cowok yang tadi tidur dan sekarang sedang memandangi Pelangi dengan sorotan penuh tanda tanya.
Pelangi yang ditatap seperti itu pun jadi ngeri takut diapa-apain, bisa jadi cowok itu jahat. Baru saja Pelangi ingin pergi karena ketakutan, tangan cowok itu menahan lengan Pelangi supaya tidak pergi.
"Bisa kita bicara?" Nada suaranya tegas dan dingin.
Pelangi bingung, ia takut orang yang didepannya ini jahat tapi ia juga penasaran. Pelangi mengangguk dan kembali duduk ditempat semula. Cowok itu duduk disamping Pelangi.
"Kenapa?" Tanya Pelangi.
Cowok itu mengambil sebuah kertas dari tumpukan buku disampingnya.
"Gue denger lo lagi kesulitan buat cari orang yang mau ikut lomba seni?" Katanya sambil menuliskan sesuatu diketas kosong yang tadi ia ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Pelangi Mencintai Langit
Teen FictionPelangi sangat membenci hujan, hujan membawa dirinya kembali mengenang masa lalu. Masa lalu yang membuat ia terpuruk. Masa lalu yang membuat ia menjadi perempuan introvert, jarang bergaul. Bahkan Pelangi hanya memiliki satu teman yaitu Pian. Walaupu...