"Semakin kamu cuek sama aku, semakin aku penasaran sama kamu. Sikap kamu itu seperti anjing galak yang tidak terima jika ada yang menggangu majikannya. Tetapi anjing galak akan akan luluh jika diberi pengertian. Sama seperti kamu."
- Langit Riski Pratana -
Saat ini Langit tepat berada di depan pintu kelas XI IPS 4, yaitu kelasnya Pelangi. Sebenarnya Langit tidak tau tujuan lebih ia datang ke kelas Pelangi untuk apa, yang ia tahu ia hanya ingin memberikan kotak bekal untuk Pelangi.
Tapi Langit tidak berani, bukan berarti Langit pengecut. Ia hanya takut kotak bekalnya tidak diterima oleh Pelangi mangkanya ia hanya ingin menyimpan kotak bekal itu dikolong meja Pelangi.
Ruang kelas Pelangi memang selalu kosong saat pagi hari kadang hanya ada satu dua murid yang berada di kelas, saat ini memang bel belum berbunyi kebanyakan murid disini menghabiskan waktunya dikantin sebelum bergelut dengan pelajaran.
Kebetulan nih kelas sepi enggak ada orang sama sekali, batin Langit dalam hati.
Langit sebenarnya tidak tahu dimana meja Pelangi karena sebelumnya Langit belum pernah masuk ke kelas ini. Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kelas, seseorang itu terpekik kanget saat wajahnya hampir bertubrukan dengan Langit.
"Eh sorry sorry." katanya.
"Eh sorry juga ya, lo anak kelas ini bukan?" tanya Langit.
"Iya, nama gue Bila."
"Lo tau gak Pelangi duduk dimana?"
"Ooh Pelangi ya, meja dia itu ada di barisan ketiga duduk nomor 2 dari belakang." jelasnya.
"Okay thanks ya."
Setelah menanyakan tempat duduk Pelangi pada Bila, Langit menaruh kotak makan itu dikolong meja Pelangi dan segera pergi. Sebelumnya ia meminta Bila berjanji supaya tidak memberi tahu Pelangi kalau pelaku yang memberikan kotak bekal itu adalah Langit, dan Bila mengangguk setuju.
***
Di toilet wanita.
Pelangi membasuh wajahnya dengan air keran wastafel, ia sangat lelah bersandiwara. Sebenarnya ia tidak marah pada Langit, sebenarnya ia tidak benci dengan Langit. Karena memang Langit tidak berbuat salah padanya.
Yang membuat Pelangi lelah adalah ia harus menahan gejolak di dalam hatinya. Yang membuat Pelangi ingin menangis yaitu saat Langit berada disisinya, Langit membuat hidup Pelangi tidak aman dan tentram lagi. Semenjak ada Langit semua kerja keras Pelangi untuk melupakan masa lalunya sia-sia. Memang hanya nama, karena nama itu sangat berpengaruh di dalam hidup Pelangi.
Setelah selesai menenangkan diri Pelangi keluar dari toilet dan bergegas untuk masuk ke kelas. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan Bimo, dan Bimo mengajak Pelangi ke ruang seni.
"Lomba melukis di SMA Airlangga emang beneran diadain Pel?" tanya Bimo dengan nada sungguh-sungguh.
"Iya Bim, pas kemaren gue pulang sekolah liat ada poster di tempel di pos ronda deket rumah gue, dan pas gue baca SMA Airlangga lagi ngadain lomba melukis. Hadiahnya lumayan untuk ngebuat ekskul seni tambah maju." jelas Pelangi meyakinkan Bimo.
"Okey, gue akan daftar nanti pulang sekolah. Tapi permasalahannya siapa yang mau jadi perwakilan nya?"
Pelangi sejenak berfikir, tak lama ia menjentikan jarinya. "Si Siti Bim, lukisan dia bagus."
"Siti kan udah keluar 2 minggu yang lalu Pel."
"Oh iya."
"Gimana kalau kita ngadain pengunguman lewat mading siapa yang mau ikut lomba melukis, siapa tau ada yang berminat." usul Bimo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Pelangi Mencintai Langit
Novela JuvenilPelangi sangat membenci hujan, hujan membawa dirinya kembali mengenang masa lalu. Masa lalu yang membuat ia terpuruk. Masa lalu yang membuat ia menjadi perempuan introvert, jarang bergaul. Bahkan Pelangi hanya memiliki satu teman yaitu Pian. Walaupu...