Chapter 17

9.3K 905 10
                                    


Happy Reading 😘😘

------------------------------------------------------

"Yang mulia.., dayang Erki ingin bertemu" teriak seorang kasim di luar pavilium Qi

"Suruh ia masuk" jawab permaisuri Xiu.

Dayang Erki memasuki pavilium lalu memberi hormat kepada permaisuri Xiu, putra mahkota, pangeran dan putri Yue. Setelah mendapat perintah untuk bangun iapun mengatakan maksud kedatangannya.

"Yang mulia permaisuri, apakah anda lupa dengan perjamuan teh krisan dengan istri para mentri?" Tanya dayang Erki yang merupakan bawahan permaisuri Xiu, usianya hampir sama dengan dayang Lingling.

"Astaga, aku hampir saja melupakannya jika saja kau tak datang mengingatkanku" balas permaisuri Xiu.

Permaisuri bangun dari duduknya lalu menatap kedua putra dan putrinya, Ia terseyum simpul seraya berkata

"Ibu akan segera kembali" katanya

Permaisuri Xiu berbalik dan pergi menuju istana bagian utara dimana pavilium Lihua berada, pavilium Lihua merupakan pavilium khusus untuknya. Pavilium Lihua di lengkapi dengan taman di belakang serta gasebo kecil khusus perjamuan minum teh yang selalu di adakan permaisuri setiap 2 bulan sekali dengan istri para mentri, permaisuri Xiu melangkah dengan enggan. Sangat berat ia rasakan untuk meninggalkan putra dan putrinya yang tengah terluka.

Tak berselang berapa lama, dayang Lingling memasuki ruangan dan beberapa dayang muda di belakangnya. Mereka membawa apa yang di minta putri Yue, mereka menaruhnya di meja kecil dekat peraduan putri Yue setelah itu para dayang muda pamit undur diri.

"Jika ada yang anda inginkan, saya ada diluar" kata dayang Lingling pamit keluar menyusul para dayang asuhannya.

Putri Yue kini menatap pangeran Deming yang masih meringis kesakitan, putri Yue meminta pangeran Deming merentangkan kedua kaki. Putri Yue menaruh kedua kaki kakak keduanya itu di atas pahanya dan mulai membersihkan lukanya dengan air hangat.

Putri Yue membersihkannya perlahan, terkadang pangeran Deming meronta karna sakit.

"Ah! Pelan-pelan ini sakit" teriak pangeran Deming

Putri Yue telah membersihkan luka kakak keduanya, kini ia mengompres lukanya dengan air es agar luka di telapak kaki pangeran Deming tidak terlalu membengkak. Sedangkan putra mahkota menumbuk beberapa tanaman obat sesuai dengan arahan adik kesayangannya.

"Kakak pertama, apakah sudah selesai?" Tanya putri Yue

"Sebentar lagi" balasnya.

"Baiklah"

Tidak berselam berapa lama putra mahkota Cheng memberikan racikan obatnya yang telah halus pada Yue, putri Yue menerimanya lalu menempelkannya pada luka pangeran Deming.

"Kakak kedua ini mungkin akan sedikit perih, namun lama kelamaan rasanya akan sangat dingin. Aku jamin itu, jadi tahan sedikit lebih lama" kata putri Yue mengingatkan.

Putri Yue menaruh racikan obat itu di atas luka pangeran Deming, suara teriakan melengking terdengar nyaring di segala penjuru pavilium Qi. Putra mahkota yang melihat hal itu bergidik ngeri serta heran secara bersamaan, ia tahu? Adik pertamanya adalah orang yang tahan terhadap luka! adik pertamanya itu pernah mendapatkan luka yang cukup fatal dan menganga lebar, memperlihatkan daging serta tulangnya saat itu namun ia masih selamat padahal itu adalah luka yang cukup serius. Pangeran Deming tidak berteriak atau meringis saat di obati, wajahnya datar walaupun saat itu ia keringat dingin. Tapi entah mengapa putra mahkota Cheng merasa aneh serta heran, bagaimana bisa? Luka kecil seperti itu membuatnya meringis bahkan berteriak kesakitan, padahal luka yang di dapatkannya dulu tidak sebanding dengan sekarang! Putra mahkota Cheng menyipitkan matanya yang memang sudah sipit dari asalnya, ia menatap curiga pangeran Deming.

'Kecuali.. pangeran Deming ingin mencari perhatian adik keduanya dan bermanja-manja padanya, dilihat dari adanya peluang untuk memanfaatkan sakitnya tersebut' batin putra mahkota Cheng.

Putra mahkota Cheng mengendus, betapa liciknya adik pertamanya yang ingin mencuri hati dan perhatian adik keduanya. Ini tidak bisa di biarkan! Seharusnya mereka bermain adil, tidak bermain dengan curang seperti ini. walaupun putra mahkota Cheng kesal untuk mengakuinya, ia mengaku bahwa adik pertamanya itu sungguh sesuatu. Ia menggunakan kesempatan ini itu mendekati adik kedua perlahan, terlebih saingan terberatnya saat ini tengah tidak ada di istana. Ia memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya untuk pendekatan pada Yue'er.

'Aku tidak boleh kalah!!' Batin putra mahkota Cheng

*****

Hari mulai gelap, langit yang memang di selimuti awan gelap semakin kelap. Suara langkah di lorong pavilium Qi menjadi latar, suara derit pintu yang terbuka menampakkan Permaisuri Xiu yang datang dengan beberapa dayang dibelakangnya membawa nampan penuh makan, mereka menaruhnya di atas meja bundar yang ada di dalam kediaman putri Yue.

Senyum permaisuri Xiu mereka, sungguh pemandangan langkah yang kini ia lihat. Bagaimana tidak? Kedua putranya tidur di pangkuan putri Yue, di paha kanan putra mahkota Cheng dan dipaha kiri pangeran Deming.

"Apa kedua kakakmu tidur?" Tanpa permaisuri Xiu melangkah mendekat.

Putri Yue mengangguk mengiyakan "mungkin mereka lelah" jawab Yue sambil tersenyum

"Tidakah nanti paha dan kakimu akan kebas?" Tanya permaisuri khawatir.

"Yue bisa apa Ibunda? Kakak pertama dan kakak kedua tidak ingin pindah ke peraduan yang lebih luas dengan bantal yang empuk, mereka lebih memilih tidur dipaha Yue" balas putri Yue dengan wajah cemberut.

Permaisuri Xiu menahan tawanya agar tidak pecah dan menggema di seluruh penjuru ruangan, betapa lucu wajah putrinya jika cemberut seperti itu. Wajah permaisuri Xiu memerah karna menahan tawa, ia menarik nafas dalam lalu menghembuskannya kasar berharap gejolak tawanya mereda.

"Ibunda, Yue lapar.." rengeknya manja.

"Ayo makan bersama, Ibunda membawa banyak makanan enak" ajak permaisuri Xiu.

"Bagaimana bisa Yue kemeja untuk makan? sedangkan kakak pertama dan kakak kedua tak kunjung bangun! Padahal cacing di perut Yue sudah memborontak ingin di isi" rajuknya lagi

Permaisuri Xiu tersenyum lembut, betapa menggemaskan putrinya saat sedang merajuk. Sayang, kaisar Rensuh tidak ada di istana dan melihat ini semua. Pasti ia akan merasa kecewa karna meninggalkan istana dan tidak bisa melihat moment langkah seperti ini.

"Perlu bantuan sayang?" Tanya permaisuri Xiu.

Putri Yue mengangguk cepat untuk menjawab pertanyaan Ibundanya, permaisuri Xiu tersenyum lalu melangkah mendekati putrinya yang duduk di tepi peraduannya. Permaisuri Xiu membungku lalu kedua tangannya menjewer telingan kedua putranya yang terkejut dan membelalakkan matanya, mereka meringis lalu berteriak kompak.

"IBUNDAAAA...~~~"

.
.
.
.
.

♡ Xian Ai Yue ♡

Tbc

Abaikan Typonya :V
Intinya see you next chapter 😘😘

Princess Yue and Her Destiny (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang