Chapter 23

9K 795 13
                                    

Sebelum membaca, saya mau nanya 😊
Cerita ini bagusan yang mana yah? Yang sekarang apa yang dulu? Secara cerita ini betul-betul di rombak 80% dari cerita sebelumnya. Pliss komen yah 😄😄
Dan

Selamat membaca 😘😘

____________________________________

Rombongan kaisar Rensuh menembus dinginnya udara pagi hari, ini terlalu pagi untuk mereka berangkat. Dilihat langit masing gelap dan udara sangat dingin sampai menusuk tulang, embun pagi masih cukup tebal sehingga sulit untuk melihat terlebih cahaya yang sangat minim tersebut membuat mereka harus hati-hati karna daerah yang akan mereka lewati memiliki banyak perangkap.

Rombongan kaisar Rensuh kini bisa bernafas lega setelah melewati hutan yang penuh perangkap tersebut, namun kelegaan mereka tidaklah bertahan lama saat para bandit mulai menghadang perjalanan mereka. Hal itu membuat kaisar Rensuh mengeram marah, Ia langsung turun tangan melenyapkan para bandit secepat kilat dengan satu gerakan. Para bantit tidak percaya mereka mati dengan waktu 5 detik saking cepatnya gerakan kaisar Rensuh, bahkan luka yang berikan kaisar Rensuh bukanlah luka kecil melaikan luka besar yang menganga.

Bau anyir darah mulai menguar dan bercampur dengan udara, baunya sangat tajam hingga membuat mereka merasa mual terlebih saat ini perut mereka sedang kosong.

Setelah melenyapkan penghalang, kaisar Rensuh berbalik dan kembali naik kekudanya. Ia mengibaskan ekor bajunya yang ternodai darah sebelum menaiki kuda kesayangannya, kaisar Rensuh memerintahkan rombongannya untuk melanjutkan perjalanannya yang di pimpin langsung olehnya.

*****

Rombongan kaisar Rensuh baru saja memasuki perbatasan saat hari mulai menjelang sore, mereka terus melakukan perjalanan. Mereka terkadang berhenti hanya untuk istirahat sebentar, baik itu hanya sekedar minum ataupun makan di kedai-kedai di pinggir jalan.

Dari perbatasan kaisar Rensuh dan rombongan mulai merasakan hawa dingin yang tidak bersahabat, langit masih saja di selimuti kegelapan dan aura kekuatan gelap yang besar.

Menurut para rakyat yang tinggal di perbatasan, sudah lebih dari 5 hari termasuk hari ini awan mendung namun tak turun hujan. Hal itu membuat para rakyat bingun dengan situasi seperti ini.

Rombongan kaisar Rensuh kini telah memasuki desa Lao yang merupakan desa terakhir sebelum memasuki ibukota, mereka baru sampai saat hari mulai malam. Rombongan kaisar berhenti di sebuah kedai makanan dekat perbatasan ibukota untuk makan malam, setelah mereka makan dan setelah istirahat sejenak mereka akan melanjutkan perjalanan kembali. Mereka telah mengisi perut mereka, kini mereka akan kembali melanjutkan perjalan.

"Kibarkan bendera kerajaan saat memasuki ibukota, bunyikan gading gajah tersebut untuk memberitahukan perjalanan kita yang sangat mendesak. Sehingga para rakyat di ibukota memberi jalan, saat malam seperti ini ibukota tidak kalah ramai dengan pagi hari" perintah kaisar Rensuh.

"Titah di terima, yang mulia" jawab mereka.

*****

Rombongan kaisar Rensuh memasuki ibukota, panji-panji kerajaan mulai di kibarkan. Suara tiupan gading gajah terdengar nyaring disegala penjuru mata angin, para rakyat yang berlalu lalang segerang menyingkir ke tepi sambil bersuju kepada sang kaisar agung. Takhayal tubuh mereka bergetar hebat di tengah sujudnya.

Kaisar Rensuh memacukan kudanya sangat cepat, rombongan kaisar Rensuh pun mau tidak mau harus bergerak cepat untuk menyeimbangkan dengan pacuan kuda kaisar Rensuh yang kini meninggalkan keramaian ibu kota.

Hiyahh

Hiyahh

Kaisar Rensuh terus memacukan kudanya semakin cepat, kini kaisar Rensuh tidak peduli lagi dengan rombongannya yang tertinggal di belakang saat ini prioritas utamanya segera sampai di istana.

Gerbang pertama mulai tertangkap netranya, kaisar Rensuh semakin memacukan kudanya agar segera sampai. Aura kegelapan dari sini mulai terasa sangat kuat, bulu kuduk kaisar Rensuh meremang. Ada sedikit kegelisahan yang mengusik dirinya namun segera ia tepis jauh-jauh, saat ini ia ingin melindungi putrinya sebelum terlambat. Ia tak ingin lagi kehilangan orang-orang yang di sayangnya, sudah cukup dengan kehilangan putra, ibunda dan selirnya! Ia berharap tidak ada lagi yang akan menyusul mereka, kaisar Rensuh tidak akan memaafkan selir Yeng dan keluarganya. Ia bersumpah tidak akan memberinya mereka kematian yang cepat.

*****

Di sisi lain di istana bagian barat, selir Yeng merasakan rasa sakit yang teramat. Jiwa dan raganya seakan terbakar oleh api yang tak kasat mata, padahal pengisapan jiwanya seharusnya sudah berlalu di saat bulan purnama sempurah. Ini bukan lagi bulan purnama sempuna tetapi mengapa ia kembali merasaka bagaikan di ambang kematian? Apakah apa yang ia tumbalkan belumlah cukup? Atau ilmu hitam ini mulai memberontak dan tidak ingin di atur olehnya.

Daya hidup selir Yeng semakin menipis karna di hisap oleh ilmu sihir hitamnya sendiri, tubuhnya yang berisi kini menjadi kurus kering bagaikan mayat hidup. Hanya ada kulit yang melapisi tulangnya, ia jelas seperti sebuah mumi yang ada di Mesir.

Ilmu sihir hitamnya semakin besar, tumbuhnya tak mampu lagi menampung ilmu sihir hitamnya tersebut. Seteguk darah selir Yeng muntahkan, apabila ia tak mampu menampung kekuatannya makan bukti-bukti yang selama ini ia kubur akan menguap dan muncul.

"Ini tidak boleh terjadi, Tidak boleh terjadi!!" Gumam selir Yeng.

Selir Yeng berusaha menampung ilmu sihir hitamnya, namun lagi-lagi hanya sia-sia. Ia kembali memuntahkan banyak darah segar, energi kehidupannya mulai terkuras habis. Selir Yeng sudah mencapai batasannya, suara ledakan kecil mengagetkan penghuni kerajaan. Asap mengepul keudara dari istana bagian barat tepatnya di pavilium Rong, ilmu sihir hitam selir Yeng meledak dikarnakan tidak sanggup untuk di tampung olehnya. Ilmu sihir itu memberontak dan menghasilkan sebuah ledakan, selir Yeng menyeret dirinya keluar dari paviliumnya saat di rasa kekuatannya ilmu sihir hitamnya akan kembali meledak. Saat ia keluar banyak mayat yang berserakan di lantai, bau anyir darah mulai menusuk indra penciuma selir Yeng yang membuatnya mual. Biasanya ia akan menyukai hal itu, namun sisi jahatnya telah memberontak dan tak ingin kembali menyatu dengan tubuhnya.

BUMMMMM

suara ledakan cukup keras dan besar menggertakan hati para rakyat, mereka mulai berlari tak tentu arah karna terkejut dengan ledakan itu.

Asap mengepul lebih besar dari sebelumnya, ilmu sihir hitam selir Yeng terlepas sepenuhnya. Bahkan sihir hitam yang menyegel dan mengubur semua bukti kejahatannya mulai lepas, bau bangkai keluar dari istana bagian selatan dan menguar di udara. Bau tajam menusuk itu membuat para penghuni kerajaan merasa mual karna bau tak tertahankan tersebut, sebuah cahaya putih juga ikut keluar dari pavilium mendian selir Ai Ling. Cahaya itu terbangan tinggi lalu terpecah menjadi beberapa bagian, cahaya-cahaya itu menjadi cahaya-cahaya kecil yang melesat kesegala memasuki tubuh penghuni kerajaan Langit sehingga mereka tidak sadarkan diri.

.
.
.
.
.

♡ Xian Ai Yue ♡

Princess Yue and Her Destiny (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang