1- His Feeling

521 22 0
                                    


    Sudah hampir dua bulan Ariana meninggalkan Los Angeles. Mereka sudah pindah rumah. Hidupnya berlangsung sama. Biasa saja. Sama seperti sebelum ia bertemu Justin. Yang berbeda hanyalah hatinya. Her heart still loved Justin. Still. Never change. Sampai saat ini,berita mengenai perceraian mereka tidak ada. Bahkan Ariana pernah mencoba mencarinya di internet,namun tidak ada apa-apa.

    Setelah satu bulan lamanya berlalu tanpa paparazzi, berita atau sejenisnya, Ariana baru mulai berani keluar rumah dan bekerja. Tapi dia masih menggunakan topi untuk menutupi wajahnya. Tidak mau seorang pun menyadari siapa dia. Mantan istri....... pengusaha nomor satu di LA. Dia tidak mau melibatkan nenek dan kakeknya karena masalah ini. Ariana teringat apa yang dilakukan ibunya dulu. Melarang Ariana mengakui dia sebagai ibunya. Sekarang ia tahu bagaimana perasaan Joan. Dia melakukan hal yang sama. It's hurt but this is for the best she can do.

    Ariana sering bertanya,apa yang sedang dilakukan Justin sekarang? Apakah Justin merindukannya seperti dia merindukan Justin? Ariana tersenyum pahit. Tidak mungkin Justin merindukannya. Jika iya, kenapa Justin sama sekali tidak menelefonnya? Kata cinta yang diucapkan Justin malam itu,hanya kebohongan belaka. Mungkin sekarang Justin sedang merayakan kepergiannya bersama Kendall.

"What do you expect,Ariana? He loves her,there's nothing to do to change that" bisiknya sambil memeluk kedua lututnya semakin erat. Dia benar tidak tahu harus berbuat apa. Ketika itulah dia merasa pusing dan mual.

    Ariana bangkit dari kasurnya dan bergegas ke kamar mandi. Di sana dia muntah-muntah. Ariana menarik nafas panjang. Dia sering mual akhir-akhir ini. Mungkin dia terkena maag karena stress? Lalu Ariana mencuci mulutnya di wastafel. Kemudian menatap bayangannya di kaca. Ia harus kerumah sakit besok. Dia tidak ingin jatuh sakit   dan membuat nenek kakeknya khawatir. Mereka sudah terlalu banyak mengkhawatirkannya.

^*^*^

"Anda ingin bertemu denganku?" tanya Thomas di depan pintu ruangan dokter.

"Masuklah. Duduk" katanya sambil menunjuk kursi yang ada di seberang meja.

"Terima kasih" Thomas duduk,menunggu. Dokter menghela nafas dan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Ia menatap Thomas.

"Kita berbicara tentang Luke" katanya

"Kenapa memangnya putraku?"

"Maafkan aku. Tapi....keadaan Luke semakin parah"

"Tapi dia sudah menjalani semua pengobatan yang harus dilaksanakan,Dok. Anda bilang......ada kesempatan" bisiknya tak percaya. Dokter menggeleng.

"Aku hanya bilang,dia punya kesempatan hidup lebih lama. Aku tidak pernah bilang dia akan sembuh" dokter menghela nafas panjang "I'm not God. Tapi melihat kondisinya,Luke mungkin bisa bertahan selama 1 atau 2 tahun lagi. Maaf" Thomas menahan nafas.

"Selama Luke tidak berhenti menjalani pengobatannya dan punya semangat hidup serta semangat untuk sembuh,harapan hidupnya mungkin bisa bertambah. Hanya itu yang bisa kita lakukan" kata Dokter lagi.

"Putraku....putraku tak boleh mati. Apa...apa tidak ada cara lain? Operasi atau yang lainnya? Apa perlu...apa perlu aku membawanya keluar negeri? Kemana aku bisa membawanya pergi berobat?" tanyanya takut

"Aku mempersilahkanmu membawa Luke berobat kemana saja dengan teknologi secanggih apapun. Tapi,kesimpulannya kurasa semuanya sama. Pengobatan itu hanya membuat ia bertahan lebih lama,tapi tidak bisa menyembuhkannya. Kondisinya semakin lama semakin buruk. Benar-benar buruk" dokter menghela nafas berat.

Their Secrets | jariana (sequel) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang