•••Chapter 6•••

30 5 0
                                    

"Bagi Devon Fernande, Arneta
akan tetap dan selalu menjadi
musuh terbesarnya"

~°•°~

Kringggggggg.....

Akhirnya suara itu bunyi juga, bel berbunyi menandakan pulang. Arneta cepat-cepat membereskan buku-bukunya.

"Net, gue ama Febi deluan yaa" ucap Naya sambil tersenyum manis.

"Oke,"

"Bye, Net" ucap Febi dan Naya lalu menghilang diambang pintu.

Arneta berjalan dikoridor sekolah dengan langkah yang santai. Hpnya berdering menandakan ada pesan masuk, Ia langsung merongoh saku bajunya dan tertera nama Tante yang diberikan untuk kakaknya Nando

Nando : Net, loh naik angkot aja, soalnya gue diluar ;<,>

"Sibuk mulu loh," ucap Arneta bersamaan dengan memasukkan hpnya kedalam saku. Ia tidak membalas pesan dari Nando hanya diread.

Arneta sedang berdiri di depan halte sambil menunggu angkot yang lewat. Tiba-tiba sebuah motor ninja berhenti di depan Arneta. Dan sepertinya itu Devon.

"Cepat naik gue anter" ucap Devon seperti biasanya.

"Gak usah, gue naik angkot" jawab Arneta lagi-lagi judes.

"Jangan ngeyel, mana ada angkot lewat kayak gini" ucap Devon.

"Yaelah, gue tau itu cuman taktik loh kan! Supaya gue mau naik dimotor loh, gak" ucap Arneta berkacak pinggang.

"Kege-eran banget loh jadi cewek," ucap Devon lalu melenggang pergi.

Kampret!!! Batin Arneta

Arneta masih berdiri disana menunggu angkot. Ia menyesal tidak menerima tawaran Devon. Perutnya terus berbunyi minta diisis. Motor ninja berwarna hitam berhenti di depan Arneta. Arneta melihat cowok itu dengan bingung karena ditutupi oleh kaca helm, sepertinya cowok itu mengerti ia langsung membuka helmnya dan yaps itu adalah Daffa.

"Loh nunggu Nando yaa?" tanya Daffa.

"Gak, gue lagi nunggu angkot" jawab Arneta sambil menampakkan senyumnya.

"Gue anter" ucap Daffa lalu memasang helmnya.

"Gak usah Daf, gue nunggu angkot aja" tolak Arneta.

"Mana ada angkot lewat kayak gini, udah gue anter" ucap Daffa.

Akhirnya Arneta menyerah, ia naik keatas motor Daffa. Setelah merasa nyaman, Daffa langsung menancap motornya melenggang pergi.

Sampainya dirumah, Arneta langsung turun dari motor Daffa. Sambil berkata kepada Daffa.

"Nggak mampir dulu" ajak Arneta.

"Kayaknya gak dulu, soalnya anak-anak nunggu" ucap Daffa.

"Makasih yaa Daf," ucap Arneta dengan senyum manisnya.

"Oke" kata Daffa lalu melenggang pergi.

Arneta langsung masuk kedalam rumah, dan tampaknya keadaan rumah sepi. Arneta langsung melangkah kearah kamarnya yang berada di lantai dua bersebelahan dengan kamar Shasa. Baru saja menaiki anak tangga hpnya berdering menandakan panggilan masuk. Dan tertera nama Naya.

"Halo" ucap Arneta.

"Net, loh dimana?"tanya disebrang sana.

"Dirumah" jawab Arneta sambil menaiki anak tangga satu persatu.

"Keluar yuk, Febi ama Sarah juga ikut" ucap Naya.

"Mau kemana?" tanya Arneta sambil menghempaskan badannya di kasur.

"Loh siap-siap aja, kita nanti jemput. Bye" ucap Naya lalu mematikan sambungan sepihak.

Mereka ber-4 sedang berada di starbuck. Tak sekali meja itu dipenuhi tawa dan candaan dari Naya dan Febi.

"Net, loh kenap sih sensi banget ama Devon?" tanya Naya.

"Ahh, malas gue bahas tuh bocah" elak Arneta sambil menghirup minumannya.

"Cieeeeee....." goda Febi.

"Gaje loh"

"Gue sih suka ama Daffa," ceplos Sarah. Mereka bertiga langsung menatap Sarah dengan tatapan! Entahlah tatapan apa itu.

"Dia tadi nganter gue balik" ucap Arneta yang sepertinya akan mengerjai Sarah. Memang benar kalau Daffa mengantarnya tapi yang Arneta ingnkan, ingin melihat Sarah kesal.

"Benar loh Net!!," tanya Febi.

"Iya,"

"Terus Daffanya modus banget, masa di nge-gas supaya gue meluk dia. Modus kan!!" ucap Arneta sambil menahan tawannya yang hampir pecah saat melihat wajah Sarah merah akibat menahan amarah.

"Hahahahahah" mereka ber-3 langsung tertawa terbahak-bahak. Sedangkan orang yang ditertawai hanya memamandang dengan tatapan tak suka.

"Ciee ngambek..." goda Febi sambil menyenggol lengan Sarah.

"Gak" elak Sarah.

"Yaudah, kalau ngambek gue tanya Daffa......"

"JANGAN" teriak Sarah. Semua pasang mata yang ada di restaurant menatap mereka.

"Loh jangan teriak p'a" ucap Arneta sambil tersenyum kearah orang-orang yang menatapnya.

"Loh ngancem kutil" ucap Sarah sambil membenarkan posisinya.

"Gue gak ngancem!!"

"Stop" teriak Naya dan Febi bersamaan saat mereka sedang adu mulut.

"Ahh, malas gue kek gini" ucap Sarah lalu beranjak dari kursinya dan pergi.

"Sar, woyy" teriak Febi sambil mengejar Sarah yang berjalan keluar.

"Ngambekan"

-Denar-#Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang