•••Chapter 3•••

36 5 0
                                    

"Nyata yang menyakitkan jauh lebih baik daripada  fiksi yang menyenangkan."

~°•°~

MOS hari terakhir di SMA Merah Putih. Kelas 10 bernafas lega, bagaiman tidak penderitanya telah usai. Mereka sedang berkumpul dilapangan. Karena sedang diadakan demo ekskul.

Banyak macam ekskul di SMA Merah Putih. Sehingga membuat Arneta dan Naya kebingungan harus mengambil ekskul apa!!

"Net, loh mau masuk dimana?" tanya Naya.

"Gak tau" jawab Arneta.

"Gue kayaknya mau masuk ekskul Marching Band dee," ucap Naya sambil menatap Arneta.

"Yaudah, gue juga ambil ekskul Marching Band" ucap Arneta sambil tersenyum.

"Yuk daftar" ucap Naya lalu berjalan kearah ketua Marching Band.

Sampainya disana, Arneta benar-benar kaget karena ketemu lagi dengan cowok yang bersikap cool tingkat dewa. Siapa lagi kalau bukan Devon.

"Gue mau daftar ekskul Marching Band" ucap Arneta sedikit judes, Naya yang melihat sikap Arneta langsung menyenggol lengan Arneta.

"Siapa nama loh?" tanya Devon yang selalu terkesan dingin dan datar.

Baru saja ingin berbicara, Devon langsung berbicara deluan.

"Arnoda Vampire"

"Apa loh bilang" ucap Arneta sambil berjalan kearah Devon.

"Arnoda Vampire" ulang Devon santai.

"Kenalin gue Arneta Vanatasya, kalo perlu dicatatat sekalian" ucap Arneta yang sudah naik darah.

"Gak penting" ucap Devon sedikit pelan.

"Loh?" tunjuk Devon dengan santai.

"Naya Febrianto" jawab Naya sedikit kegirangan, dasar....

Sedangkan Arneta terus menatap Devon dengan tatapan tak suka. Devon yang menayadari seseorang menatapnya. Ia mendongak dan tatapan mereka bertemu dengan tatapan yang tajam.

"Gue tau kalau gue ganteng, gak usah liat-liat" sindir Devon dengan nada yang datar.

"Whattt!! Ganteng dari mananya" ucap Arneta tak mau kalah lalu melenggang pergi.

"Net, loh kenapa sih ama tuh cowok. Setiap ketemu loh sensi mulu?" tanya Naya yang sudah duduk di bangku kantin dengan baksonya.

"Malas aja gue liat dia" jawab Arneta.

"Loh jatuh cinta ama dia baru tau rasa loh," ucap Naya sambil tertawa.

"Amit-amit dah" ucap Arneta sambil menghirup minumanya.

Kringggg....

Bel berbunyi menandakan waktunya pulang. Arneta dan Naya langsung berjalan kearah parkiran.

"Arneta loh dipanggil Nando diruang Osis" ucap Fatir teman kelompok gue semasa MOS.

"Oke, makasih yaa"

"Nay, loh deluan aja" ucap Arneta sambil menatap Naya.

Arneta langsung berjalan kearah ruang osis. Baru saja ingin membuka pintu, seseorang dari dalam membukanya deluan. Dan orang itu lagi-lagi Devon.

"Minggir" ucap Arneta lagi-lagi judes.

Arneta sudah masuk, dan melihat Nando sedang duduk dibangku.

"Ada apa?" tanya Arneta sambil menatap Nando.

"Loh deluan aja pulang, gue kayaknya agak lambat balik" ucap Nando.

"Napa loh gak telpon gue aja sih, capek gue kesini?" ucap Arneta.

"Loh mau jalan balik!! Bentar gue ambilin kunci mobil" ucap Nando lalu berjalan kearah meja Osis.

Sampainya dirumah, Arneta langsung masuk kedalam rumah dan berjalan kearah dapur. Apalagi kalau bukan makan.

"Sayang, kamu sudah pulang" ucap Mama menyambut kedatanganku.

"Iya Ma," jawab Arneta dengan mulut yang penuh makanan.

"Kamu itu kebiasaan banget yaa," ucap Mama dengan menarik kuping Arneta

"Aduh Ma sakit" ringis Arneta minta ampun.

"Kamu itu cewek" ucap Mama lalu berjalan kearah dapur.

"Mana kakak kamu?" lanjut Mama.

"Katanya ada kelas tambahan" kata Arneta lalu berjalan kearah sofa untuk mengambil tasnya.

"Sayang, kamu nanti ke minimarket yaa" terika Mama dari atas.

"Ngapain Ma?" tanya Arneta yang sudah berada di atas tangga.

"Beli bahan rumah" kata Mama dengan santai.

"Whatt!! Kenapa bukan Mama sendiri sih, Arneta gak tau yang harus dibeli" ucap Arneta sedikit kesel.

"Jangan membantah, nanti Mama tulis apa saja yang perlu kamu beli" jawab Mama.

"Oke bos" ucap Arneta lalu melanjutkan langkahnya kearah kamar untuk bersiap-siap.

-Denar-#Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang