•••Chapter 8•••

31 5 0
                                    

"Devon memang tidak akan
pernah berdamai dengan Arneta.
Baginya, bertengkar dengannya adalah salah satu kesenangan tersendiri "

~°•°~

"Sial emang tuh guru" ucap Naya sambil menyantap makanannya.

"Napa loh?" tanya Gladis anak XIPS-I yang kebetulan teman mereka dari SMP.

"Tadi guru ngadain ulangan dadakan, mana ada lagi kita pada belum belajar, kesal gue ama tuh guru" jawab Arneta yang juga ikut kesal.

"Kasian" ucap Gladis sambil tersenyum.

Hening....

Semua penghuni kantin diam saat cogan-cogan itu memasuki kantin. Kecuali meja Arneta, Naya dan Gladis, mereka tidak menyadari kalau cogan itu datang. Siapa lagi kalau bukan and the gank Devon dan di susul dibelakang and the gank cabe-cabean.

Semua penghuni kantin apalagi dari kaum hawa berteriak histeris saat melihat Devon dan kawan-kawannya.

"Kak Devon"

"Cakep banget sih kak"

"Kak minta foto dong kak"

"Jodoh gue itu"

"Bagi kontaknya dong kak"

Dan masih banyak lagi bisikan tentang seorang Devon si pangeran es. Arneta dan teman-temannya yang menyadari langsung menatap kearah belakang.

"Cowok sok cool" ucap Arneta lalu membalikkan badannya membelakangi Devon yang sedang menatapnya dengan tatapan datar dan dingin.

"Net, dia liat loh" senggol Naya.

"Bodoh amat" ucap Arneta cuek.

"Udah gue mau ke kelas" ucap Arneta melenggang pergi.

Brakkkkkk.....

"Aww" ringis Arneta.

"Loh apa-apaan sih!" ucap Arneta yang sudah berdiri sambil menatap and gank cabe-cabean itu dengan tajam.

"Sakit?" tanya Valen dengan senyum jahatnya.

Lagi-lagi Arneta jadi pusat perhatian, namun ia tidak menghiraukannya. Amarahnya sudah diatas puncak, ia berjalan kearah meja siswa laki-laki yang berkaca mata lalu mengambil minumannya dan melemparkan kearah seragam Valen.

"Wow"

"Basah ya!" ucap Arneta dengan penuh kemenangan lalu pergi meninggalkan kantin yang masih hening.

Devon hanya menatap Arneta dengan tatapannya yang datar dan dingin lalu tersenyum kecut.

"Dasar cewek centil, liat aja loh gue bakal balas" teriak Valen lalu berjalan kearah toilet dan di ikuti cabe-cabenya dari belakang.

Cklekkkk....

"Rooftop, I'm coming" teriak Arneta yang sudah sampai di rooftop.

Ternyata berada di atap sekolah ini rasanya lebih menyenangkan. Arneta menghirup segar udara diatap rooftop yang sungguh sangat indah ibu kota jakarta telihat semuanya dari sini.

Ponselnya berdering, ia lalu mengambil ponselnya yang berada di sakunya untuk melihat notif yang masuk. Ternyata itu grup cecant.

Naya : Net, loh dimana?

Febi : Arneta

Arneta : ??

Naya : kampret cuman itu aja!!

Arneta : paan?

Naya : loh dimana! Katanya ke kelas, kita cari loh gak ada.

Arneta : gak penting, bye sayang-sayangku😘

Naya : Net, woy

Gladis : Selingkuh kali dia, gak usah diganggu.

Arneta hanya tersenyum melihat notif yang terus menerus masuk ke ponselnya dan itu grup cecant yang dibuat semenjak masuk SMA.

Saat tengah asyik melihat pemandangan ibu kota jakarta dari atas. Pintu terbuka dan menampakkan sosok lelaki yang sangat tidak disuka Arneta.

"Ngapain loh disini?" tanya Arneta judes.

Devon berjalan kearah bangku panjang yang berada di ujung dengan tangan yang dimasukan kedalam saku abu-abunya.

"Budek benaran loh, gue sumpahin" ucap Arneta dan kembali menghirup udara yang segar.

"Turun" ucap Devon datar dan dingin.

"Whatt! Gue gak salah dengar" kata Arneta.

"Budek"

"Loh ngatain gue budek, lohnya tuh yang budek. Dasar kutil" ucap Arneta dengan berkacak pinggang.

Devon hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Arneta.

"Mending loh turun" ulang lagi Devon dengan menatap ibu kota jakarta.

Arneta yang mendengarnya langsung berjalan kearah Devon dengan langakh yang cepat. Kini ia sudah di depan Devon. Devon mengangkat satu alasinya,

"Sekolah ini punya loh?" tanya Arneta judes.

"Entah"

"Ishh, dasar..." belum sempat Arneta melangkah untuk menjambak rambut Devon kakinya tergelincir. Namun sebuah tangan bergerak cepat mrnopang tubuhnya. Mereka bertatapan,

Arneta tidak tahu ini kebetulan atau apa, tapi jantungnya berdetak melebihi ritme.

Devon langsung melepaskan tangannya dan Arneta terjatuh dilantai sehingga pantatnya menyentuh lantai, lamunanya buyar.

"Sakit" ringis Arneta yang pantatnya sudah sakit.

"Loh, dasar cowok sok cool" ucap Arneta sambil berdiri.

Devon hanya senyam-senyum, sedangkan Arneta amarahnya sudah diatas ubun-ubun.

"Liat aja gue bakal bales" ucap Arneta lalu melenggang pergi.

Sedangkan Devon tak henti-hentinya tertawa sendiri saat melihat musuhnya terjatuh.



-Denar-#Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang