•••Chapter 12•••

24 4 0
                                    

"Loh gak kekantin?" tanya Naya.

Arneta hanya menggelengkan kepalanya, hari ini ia tidak akan makan walaupun itu mungkin bisa berefek buruk terhadap maagnya.

"Loh gak makan?" tanya Naya yang khawatir karena sedari tadi Arneta datang hanya diam.

"Entar maag loh kambuh" lanjut Naya.

"Gak" ucap Arneta dingin.

"Oke, gue kekantin" ucap Arneta lalu berjalan keluar kelas dimana teman-temannya sudah menunggu.

Sudah sejam Arneta berdiam dibangkunya, menghiraukan maagnya yang sudah kambuh sedari tadi setelah kepergian Naya.

Dan tiba-tiba saja pengklihatan gelap. Apakah ini yang dinamakan pingsan atau meninggal??

Sadarnya, Arneta bingung. Mengapa ia sudah berada di kamarnya, pintu terbuka dan menampakkan wanita paruh baya dengan membaya susu putih dan makanan. Pokoknya Arneta tetap ngeyel gak akan makan walaupun itu satu sendok.

"Non Arneta harus makan" ucap Mbak Mina dengan memberikan makanan tersebut kearah Arneta yang sudah sadarkan diri.

"Gak" tolak Arneta sambil memengangi maagnya yang terasa perih.

"Non harus makan, kalau non sakit nanti nyonya khawatir disana" nasehat Mbak Mina.

"Baguslah kalau Mama khawatir, itu yang Arneta mau" ucap Arneta dingin dan datar.

"Kalau non gak mau makan, minum susu ini aja" ucap Mbak Mina dengan memberikan segelas susu putih. Namun nihil Arneta tetap saja ngeyel.

"Kenapa Arneta bisa dirumah?" tanya Arneta.

"Tadi aden Nando sama Naya yang antar non Arneta pulang" ucap Mbak Mina.

"Terus mereka dimana?" tanya Arneta.

"Udah balik kesekolah, kata aden Nando kalau non Arneta udah sadar. Segera kasih kabar" ucap Mbak Mina sambil menaruh suss dan makanan diatas meja.

"Aden Nando itu sangat khawatir sama non," lanjut Mbak Mina.

"Tapi Mama gak khawatir Mbak" ucap Arneta sedih.

"Jangan bilang kayak gitu atuh neng, gak baik. Pasti nyonya juga khawatir" ucap Mbak Mina sambil duduk dipinggir ranjang Arneta.

"Tandanya dia gak pernah pulang" ucap Arneta.

"Mungkin pekerjaan nyonya disana banyak non" ucap Mbak Mina lagi.

"Emang pekerjaan lebih berharga daripada Arneta," ada jeda sedikit.

"Kak Nando juga udah jarang ngomong ama Arneta"

"Semua orang sibuk dengan halnya masing-masing, gak ada yang peduli sama Arneta" ucap Arneta sambil meneteskan air mata menandkan kalau relung hatinya saat ini sakit.

"Non Arneta gak bisa ngomong kayak gitu" ucap Mbak Mina sambil mengusap air mata Arneta yang mengalir di pipinya.

Langit mulai menggelap dan matahari mulai menghilang dan berganti menjadi malam.

"Mbak Arneta mana?" tanya Kak Nando yang berada di depan kulkas untuk mengambil air putih.

"Dikamar den" jawab Mbak Mina sambil menyiapakan sarapan malam.

Kak Nando langsung berjalan keatas kamar adiknya. Sampainya didepan pintu kamar, ia langsung masuk tanpa pamit terlebih dahulu. Malam itu Arneta sedang berada di balkon sambil menatap gemerlab gemerlib bintang yang indah.

"Woy, ngelamun aja" kaget Kak Nando.

"Gak" jawab Arneta.

"Emang udah baikan?" tanya Kak Nando dengan menatap Arneta.

"Udah" jawab Arneta lagi namun pandanganya masih menatap bintang, berharap ada bintang yang akan jatuh. Dan dia akan meminta sesuatu yaitu semoga Mama sama Ayah segera pulang.

Hening.....

"Net" panggil Kak Nando yang berada di sampingnya dengan menatap bintang.

"Ehm,"

"Loh ama Devon ada masalah apa, kata orang loh sering banget bertengkar ama dia?" tanya Kak Nando.

"Gak ada masalah, kesal aja gue liat tuh cowok" ucap Arneta sedikit emosi jika topiknya tentang pangeran es dan siapa lagi kalau bukan Devon.

"Gue doain loh entar jatuh cinta" ingat Kak Nando.

"Idih, amit-amit gue suka ama cowok kek dia" ucap Arneta tak terima.

"Liat aja nanti" ucap Kak Nando dengan mengacak rambut Arneta lalu segera berlari keluar.

"Kak Nando" teriak Arneta sambil mengejar Kak Nando yang sudah kaburkan diri.



-Denar-#Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang