•••Chapter 11•••

23 5 0
                                    

"Jika kita berjodoh,
walaupun hari ini dan ditempat ini tidak bertemu,
kita pasti akan tetap dipertemukan dengan cara yang lain"

~°•°~

Pagi ini Arneta sedang berjalan dikoridor sekolah sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba saat ia mau belok seseorang menabraknya dan itu lagi-lagi kutil dungong.

"Sakit" ringis Arneta dan ponselnya terhempas jauh.

"Loh bisa jalan nggak sih" marah Arneta saat melihat ponselnya hancur.

"Makanya kalo jalan pake mata" ucap Devon melalui Arneta yang sudah pagi-pagi marah.

"Dasar cowok kunyil" ucap Arneta lalu melempar Devon dengan memakai sepatunya.

"Aduh," orang yang dilempar langsung menatap Arneta tajam. Sedangkan Arneta malah balik membalas tatapan Devon yang tajam.

"Apa?" tantang Arneta berkacak pinggang.

Devon mengambil sepatu Arneta, lalu berjalan kearah Arneta. Sedangkan Arneta tidak hentinya menatap Devon cukup tajam, setelah sampai didepan Arneta. Devon langsung membuang sepatu Arneta diatas atap sekolah.

"What!!" Arneta kembali kesal saat melihat sepatunya diatas atap akibat si kutil itu.

Sedangkan Devon sudah pergi setelah membuang sepatu Arneta diatas atap sekolah.

"Anju" umpat serapah Arneta lalu mencari penggolok untuk mengambil sepatunya yang berada di atas atap.

1

2

3

Kelas kembali hening saat Bu Ramana masuk dengan kacamata yang selalu menemaninya. Sedangkan Arneta? Arneta dimana!

"Naya, Arneta kemana?" tanya Bu Ramana yang batang hidungnya tak nampak.

"Gak tau bu, pagi ini saya gak ketemu" jawab Naya.

"Ya sudah, kerjakan tugas halaman 210 nomor 1,15, 19, 23, 27,40, dan 50. Silahkan kerjakan sekarang" ucap Bu Ramana lantang.

Dasar cowok kutil, bodoh, jelek, bla bla bla bla.....!!! Batin Arneta kesal.

Ia sedang duduk dibangku panjang diatas rooftop, dengan minuman dan cemilan yang ada disampingnya. Dia bolos dari pelajaran Bu Ramana karena alasan malas mengikuti pelajaran karena pagi ini ia sudah pundung. Dan ini adalah ulah Si Kutil Dungong.

Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk, ia merongoh tasnya dan tertera nama mamanya. Ia langsung meneriman panggilan dari Mamanya.

Tiba-tiba saja raut wajahnya berubah tampak sedih. Dan  air bening mengalir di pipinya, mumpung ini sepi Arneta mengeluarkan rasa kecewanya dengan cara menangis.

Mama :"Maaf sayang Mama bulan ini gak bisa pulang ke indonesia!!

Arneta :"Kenapa Ma? (Dusta Arneta)

Mama :"Soalnya kerjaan Mama bulan ini menumpuk!!!.....

Arneta :" Oke,"

Mama :" Mama sudahi dulu, soalnya pekerjaan Mama sangat banyak"

Arneta : "Oke" dan memutuskan sambungan.

Tuth... Tuth... Tuth

Cklek...

Pintu rootof terbuka, namun Arneta tidak menyadari itu. Ia terlalu sedih terhadap kabar yang membuat hatinya hancur lagi, dimana itu selalu Arneta rasakan. Namun entah mengapa tetap saja sedih.

Seseorang melangkahkan kakinya memasuki rooftop, pendengarannya cukup tajam ia mendengar seseorang sedang menangis. Ia tolehkan kepalanya dan melihat seorang gadis duduk dibangku panjang sedang menangis sambil melihat ponselnya.

Kenapa? Batin Devon.

Devon melangkahkan kakinya kearah dimana Arneta sedang menangis tersedu-sedu, kelemahan Devon adalah tidak tega melihat seorang gadis bersedih, apalagi orang itu orang yang.....???

"Hiks hiks hiks" suara tangisan itu semakin terdengar. Dan siapa saja yang mendengarnya pasti merasakan apa yang pagi ini Arneta rasakan, dan Devon bisa merasakan hal itu.

Sebuah tangan memberika tissu kearah gadis itu. Sedangkan orang yang diberikan langsung mengambil tissu tersebut tanpa melihat terlebih dahulu orang yang memberikan. Ia langsung mengeluarkan hingusnya menghiraukan seseorang yang telah memberikan tissu tersebut. Sesudah mengambili hingusnya, ia balik memberikan tissu tersebut yang sudah berisi hingus kepada Devon. Sedangkan Devon tidak marah, ia malah menerima tissu tersebut balik.

Dasar cewek nyorok!! Batin Devon.

"Kenapa?" tanya Devon sedikit lembut.

Arneta tidak merespon, ia malah terus menatap ponselnya dengan tatapan penuh kekecewaan. Devon yang mengerti hanya diam. Mengerti suasana hati gadis yang ada di sampingnya.

"Gue gak tau, kenapa gue harus kek gini" Arneta membuka suara. Devon menolehkan kepalanya dengan bingung.

Maksudnya!! Batin Devon.

"Hari ini Mama gue nelpon kalau bulan ini gak bakal balik ke indo  soalnya pekerjaan kantor numpuk, emang pekerjaan lebih penting?" ucap Arneta dan air mata yang membasahi pipinya.

Apa urusannya ama gue!! Batin Devon.

Arneta langsung pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata. Tampkanya gadis itu benar-benar sedih.

"Gadis malang" ucap Devon lalu membaringkan tubuhnya diatas bangku panjang memandangi langit yang menjadi atap bumi.











-Denar-#Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang