Part 1

318 77 234
                                    

05.33 AM.

Di sini aku berada, dimana aku mencurahkan pikiranku, perasaanku, dan ceritaku sehari-harinya tepat di balcon kamarku, sambil merasakan keheningan dan keidahan bulan di langit. Sudah beribu-ribu cerita yang ku curahkan di sini sejak orang bejat itu masuk kedalam kehidupanku dan merusak segalannya membuatku benar-benar muak.

Gimana tidak?! Awalnya semuannya baik-baik saja bahkan lebih dari kata baik. Tapi saat dia datang dan merebut segalanya yang ku miliki membuatku benar-benar membencinya.

Aku heran... Ternyata ada aja orang yang gak tau malau kaya dia! Gak tau diri! Gak tau di untung! Kaya dia! Kenapa Tuhan membiarkan orang bejat kaya dia hidup dengan tawa?! Kenapa dia tidak di musnahkan aja dari bumi ini! Gak ada yang sudi nerima dia di sini!!

Sudah lah gak penting juga mikirin dia! yang ada aku bisa stres.

Tapi karena dia hidupku sekacau dan serumit ini, karena dia aku dikucilkan, karena dia aku di abaikan, karena dia aku seperti ini sampai sekarang, karena dia juga orang tua ku pisah dan mulai mengacuhkanku. Bahkan orang tua ku kini tidak lagi mengkhawatirkan ku ataupun mencemaskanku, mungkin kini mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing dan tidak pernah lagi memikirkanku sekali saja! Iyhkan Ma... Pa...? Tenang aja Ma... Pa... Joan baik-baik aja disini bahkan lebih dari kata baik! Y-yaa lebih dari kata baiiikk.

****

Di tempat parkiran mobil di bagian dalam Sekolah Pratama suasanya memang masih sangat sunyi.

" Ssthh... Lapor!! B4 Aman! " Kata Clifer memberi kabar pada handy talky sambil mengendap-endap melirik ke sekeliling gedung parkiran di balik salah satu tembok.

Dari balik tembok di bagian D3. " Ssthh... Lapor! D3 Aman! " Sahut Vino memberi kabar lewat handy talky.

" Ssthh... ADA PERGERAKAN, ADA PERGERAKAN, LAPOR!!! ADA PERGERAKAN! SEKALI LAGI. ADA PERGERAKAN!!! BERSIAPLAH SEMUANNYA!!! " Sontak Divin di bagian parkiran A1 dari balik tembok saat melihat pengendara roda 4 yang baru saja memasuki kawasan parkiran.

Sontak membuat Clifer dan Vino bergegas menyiapkan diri dengan pistol airnya masing-masing, Clifer yang hanya menggunakan celana SMAnya tapi tidak dengan bajunya mulai menyelinap keluar dengan mengendap-endap, berbeda dengan Vino yang masih berdiam diri tepatnya di balik tembok menunggu kedatangan Clifer karena berniat menyerang bersama.

Dari kejauhan Divin menunggu seseorang keluar dari mobil yang baru saja memasuki kawasan parkiran itu dengan penuh konsentrasi tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan keluar.

" Aa-aww!!! " Ringis Divin pelan karena kepalanya di sentil batu kerikil oleh Clifer, sontak membuatnya menoleh mengarahnya dan mulai memarahi Clifer dengan pergerakan tangannya yang menunjukan kepalan tangan kiri Divin sedangkan Clifer hanya mengajukan dua jarinya sembari tersenyum lebar.

Dari sisi tembok yang hanya berseberangan dan berjarak 4 tembok dari Divin, Vino memberi isyarat apakah ada pergerakan sontak membuat Divin menggelengkan kepala dan kembali memperhatikan mobil tersebut.

Bukk!!!!....

Suara itu membuat mereka kembali bersembunyi di balik tembok dengan penuh persiapan, sudah sekitar 2 menit Divin bersembunyi di tembok tersebut tapi tidak ada tanda-tanda ada yang lewat membuatnya mengintip dan mendapati siswa laki-laki Pertama yang hanya sendirian berjalan menuju luar parkiran. tanda bahwa laki-laki itu ingin masuk lewat gedung utama di sekolah ini membuat mereka sidikit kalang-kabut gimana tidak?! Ini semua tidak sesuai dengan rencana mereka yang ingin menjahili siswa-siswi Pratama.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang