Part 14

122 46 26
                                    

Adit mulai menegang saat Joan berjalan mendekatinya, pelan namun pasti Adit menglangkahkan kakinya ke belakang.

Berulang kali Adit berusaha kabur apa daya kakinya terlalu rapuh untuk di gerakkan, takut akan Joan takut jika nasibnya sama seperti kedua rekannya yang ia sewa untuk membully Meilin itu yang terus berputar di pikiran Adit.

" Gue minta lo gak ush ikut campur sama urusan gue atau- " Kata Adit mulai menggeretak Joan.

" Atau apa?!!! " Tegas Joan berhasil memotong kalimat Adit.

Adit menelan ludahnya sendiri dengan gugup. " Lo gak bole kalah!!! " Semangat Adit dalam hatinya.

" Sekali lagi gue bilang. Gak ush ikut campur urusan gue! " Tegas Adit mulai memberanikan dirinya.

Joan menghentikan langkahnya dan mulai menatap datar Adit.

Adit mulai menarik nafas dalam. " Dengar memang gue takut sama lo, tapi di sekolah. karena gue gak sebodoh lo! "

" APA LO BIL- "

" Ingat ini bukan sekolah di mana gue takut akan poin poin yang guru kasih. Gue bisa ngelakuin yang lo lakuin tanpa rasa takut sedikitpun!!! " Bentak Adit menantang sambil memotong perkataan Joan yang mulai emosi.

Tau apa yang di maksud Adit, Joan mulai mengembangkan senyuman sinis miliknya. " Lo pikir apa?! Lo pikir gue bakalan takut sama lo kalo di luar sekolah, karena lo bisa nonjok gue. Sama seperti apa yang gue lakuin di sekolah sehari-harinya. IYA!!! " Kata Joan meremehkan.

" Menurut lo?! " Sambung Adit kembali mengejek Joan.

Mendengar perkataan Adit dan tanpang mengejeknya membuat Joan naik darah serta membulatkan matanya.

" Lo!!! "

Bughh!...

" Lo bilang apa. Bodoh?! "

Bughh!!...

" Dan berani. ngejek gue!!! "

Bughhh!!!...

" Lo fikir. Lo siapa huh?! "

Steep!!!...

Baru saja Joan ingin mendaratkan tonjokan maut yang keempat tepat di wajah Adit tapi apa daya Adit berhasil menepis tangan Joan dan juga menghentikan kalimat Joan yang Joan lontarakan saat hendak memukul Adit.

Joan menatap Adit takjub karena dapat menepis tangannya yang sengaja ia kuatkan serta menpercepat gerakan tangannya saat hendak menyempurnakan tonjokkannya.

Bughh!!!

Adit berhasil menonjok Joan tepat di bagian tulang pipi kirinya lagi.

Joan terhempas hingga hampir jatuh dengan segera ia memegangi pipi bagian kirinya, kini ia merasa wajah bagian kirinya telah hancur gimana tidak dalam sehari ia sudah mendapatkan tonjokan keras dan kuat dan bahkan meninggalakan jejak berwarna biru ke unguan serta merah.

Betapa terkejutnya Joan saat menyadari mulutnya mengeluarkan darah dengan cepat Joan menghapus darah tersebut dan kembali menatap Adit dan mulai berjalan menuju Adit dengan amarah.

Brughh!!!.

Dari belakang Joan merasakan seseorang telah mendorongnya dengan sangat keras dan kuat hingga Joan terhempas ke aspal atau lebih tepatnya jalan raya.

Baru saja Joan berdiri dan merapikan bajunya yang kotor akibat dorongan itu kerena ia sempat terkapar di aspal.

Tiiinnn!!!...

" JOAN!!! " Pekik Meilin mengingatkan Joan sambil berlari menyusul Joan yang berada di jalan raya yang berhadapan langsung dengan mobil dari arah belakangnya.

Joan yang merasakan waktu seakan-akan berjalan lambat dengan sangat pelan ia menoleh mengarah belakangnya yang samar-sama ia merasakan cahaya telah menyilaukan penglihatannya dan.

Brakk!!!.

Skip! ----------------

• • • • •

Hai ka❤

Hmm? Giaman tuh ka wkkk.

Yh udh deh Anggi akhiri ajah. Ohyh jangan lupa Vote and Vommentnya

Anggi gak bakal bosan nguncapin
Terimakasih banyak buat yang menjadi Pembaca permanen+Setia "Reality", buat yang Boom Vote makasih lo tanpa kalian Anggi gak bisa ngapa-ngapain. Huuu lebayy wkkk. Buat yang Vote and VommentNya, Saran dan KeritikNya Terimakasih banyak^^

Next.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang