Part 15

116 40 31
                                    

Flashback

Mendengar perkataan Adit dan tampang mengejeknya membuat Joan naik darah serta membulatkan matanya.

" Lo!!! "

Bughh!...

" Lo bilang apa. Bodoh?! "

Bughh!!...

" Dan berani. ngejek gue!!! "

Bughhh!!!...

" Lo fikir. Lo siapa huh?! "

Steep!!!...

Baru saja Joan ingin mendaratkan tonjokan maut yang keempat tepat di wajah Adit tapi apa daya Adit berhasil menepis tangan Joan dan juga menghentikan kalimat Joan yang Joan lontarakan saat hendak memukul Adit.

Joan menatap Adit takjub karena dapat menepis tangannya yang sengaja ia kuatkan serta menpercepat gerakan tangannya saat hendak menyempurnakan tonjokkannya.

Bughh!!!

Adit berhasil menonjok Joan tepat di bagian tulang pipi kirinya lagi.

Joan terhempas hingga hampir jatuh dengan segera ia memegangi pipi bagian kirinya, kini ia merasa wajah bagian kirinya telah hancur gimana tidak dalam sehari ia sudah mendapatkan tonjokan keras dan kuat dan bahkan meninggalakan jejak berwarna biru ke unguan serta merah.

Meilin yang sibuk merintih ketakutan saat melihat Joan dan Adit berkelahi tanpa mereka sadarai salah satu rekan Adit, atau lebih tepatanya pereman yang Adit sewa mulai sadar diri dan berniat balas dendam pada Joan.

Pereman itu berusaha berdiri dan betapa kagetnya ia saat melihat satu rekannya lagi sudah terkapar di tanah, dia sangat geram hingga melihat mengarah Joan yang telah memukuli Adit bosnya dengan tatapan benci. Mata pereman itupun memicing saat mendengar suara pengendara mobil dan samar-samar ia melihat cahaya sorot mobil mulai mengarah jalannya dengan sangat cepat. Kebetulan sekali Joan telah berada di pinggir jalan membuat pereman itu bergegas.

Betapa terkejutnya Joan saat menyadari mulutnya mengeluarkan darah dengan cepat Joan menghapus darah tersebut dan kembali menatap Adit dan mulai berjalan menuju Adit dengan amarah.

Brughh!!!.

Dari belakang Joan merasakan seseorang telah mendorongnya dengan sangat keras dan kuat hingga Joan terhempas ke aspal atau lebih tepatnya jalan raya.

Baru saja Joan berdiri dan merapikan bajunya yang kotor akibat dorongan itu kerena ia sempat terkapar di aspal.

TIINNNN!!!!.....

" JOAN!!! " Pekik Meilin mengingatkan Joan sambil berlari menyelamatkan Joan.

Suasana serta suhu udara berubah menjadi sedikit canggung Adit yang juga melihat mobil dengan kecepatan tinggi mulai mengarah Joan yang membelakanginya, Adit tersontak kaget karena semua ini di luar batas pikirannya baginya melangkahkan kaki satu langkah sangat sulit sekali.

Joan yang merasakan waktu seakan-akan berjalan lambat dengan sangat pelan namun pasti ia menoleh mengarah belakangnya yang samar-sama ia merasakan cahaya telah menyilaukan penglihatannya hingga berulang kali ia mengerjapkan matanya.

Brakk!!!.

Flashback off

* * * * *

Samar-samar Joan mendengar jeritan namanya serta tangisan seorang cewek ia pun berusaha keras membuka kelopak matanya yang berat seolah-olah tertahan oleh pasir, pelan namun pasti Joan membuka kelopak matanya dan berhasil melihat wajah Meilin yang memang sekarang di banjiri air mata, berulang kali Joan mendengar suara Meilin yang terus menjeriti namanya serta mengguncang-guncangkan pelan badan Joan hingga Joan mengembangkan senyuman kecilnya seketika wajah Joan berubah pias saat samar-samar ia mendengar perkataan yang sangat menyakitkan hatinya yang terus berputar di pikiran dan pendengarannya.

" Lo itu maunya apa si anak CENGENG!!! "

" Hari ini kamu membuktikan kalo kamu bukan darahku!!! "

" Bella udah pergi. Hmm bentar lagi bokap lo nyusul ko. Lo siap-siap ajah. "

" Sudah Joan. Sekarang lupakan hubungan kita selama ini aku bukan mamamu dan kamu bukan anakku.CAMKAN itu!!! "

" Anak itu kasian yah. Masa kecil-kecil sudah nanggungin kesalahan ortunya yang nikah cerai!!! Suda-suda jangan gosip nanti kita di drop out dari negara ini!!! Hu dasar keluarga orang kaya!!! "

" Anak hina beraninya kamu menyentuh barang haram!!! "

Itulah kata-kata yang terus memutari pikiran serta pendengarannya hingga Joan hilang kesadarannya.

" Joan. Joann!!! " Pekik Meilin histeris.

Adit sadar akan jeritan Meilin membuat dia melihat mengarah salah satu pereman yang ia sewa apa daya para pereman itu sudah tidak ada di tempat. Adit prustasi dan mulai mengacak rambutnya dengan kuat sambil menghampiri Joan dan Meilin.

" Gue pembunuh!!! " Decak Adit mulai mengeluarkan air matanya.

" Cukup dit. Lo harus panggil ambulance " Kata Meilin menghentikan aktifitas Adit.

Dengan segera Adit menelpon Ambulance.

* * * * *

" Jadi besok pagi kita take off ke Amerika " Kata Adrian memutuskan

Vidya, Kevin serta Vira mengangguk pertanda iya.

Mereka masih berada di ruang inap Vidya, karena kini Vidya telah sadarkan diri dan mereka sepakat membawa Vidya ke Amerika karena penyakit Vidya, tentu saja bukan Vidya yang minta jika di tanya kemauan Vidya dia lebih ingin di jakarta namun Adrian bersi keras membawa Vidya ke Amerika dengan alasan kesehatan yang terjamin di tambah harga yang murah. Eiitss... Jangan berfikir Adrian miskin yah, Adrian sengaja membawanya ke sana kerena rata-rata Mall, Cafe, Restauran, Sekolah-sekilah besar, serta Rumah Sakit besar dan masih banyak lainnya adalah miliknya. Mungkin paling banyak di Jerman karena Jerman negara kelahiran Adrian.

" Dimana Joan? ko- " Tanya Vidya terpotong.

" Berhenti memikirkannya!!! " Kata Adrian dengan sangat tegas berhasil menghentikan kalimat Vidya.

Vidya lebih memilih diam dan tidak mengungkit masalah itu lagi bukan kerena tidak mau hanya saja ia sangat hafal sifat keras kepala Adrian dan ke egoisannya. Vidya sangat tau bahwa Joan dan Adrian pasti ada masalah dari sifat Adrian yang terbilang egois ini Vidya hanya tidak mau memperpanjang masalah yang mereka miliki. Vidyapun sadar bahawa ia bukan Bella yang bisa membujuk Adrian dan dapat menaklukkan hati Adrian.

• • • • •

Next.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang