Part 17

203 35 24
                                    

Meilin dan Adit yang sibuk mondar-mandir di depan ruang UGD dengan raut wajah yang sangat terlihat jelas bahwa mereka khawatir.

" Gue pembunuh!!! Gue pembunuh!!! " Gerutu Adit di sela-sela langkahnya.

" Lo tau nomor telfon ortunya Joan? " Tanya Meilin pada Adit.

Sontak Adit semakin khawatir. " Gue!!! Gue gak punya!!! " Kata Adit gugup.

" Terus ini gimana kita kabarin mereka? " Kata Meilin cemas.

Adit mengacak rambutnya frustasi mengingat ia sama sekali tidak tau tentang Joan yang ia tau Joan hanyalah monster sekolah yang hobinya nonjok-nonjokin siswa-siswi Pratama. " Tunggu!!! " Kata Adit mulai mengingat sesuatu.

" Apa?! " Tanya Meilin.

" Lo punya sosmed? " Tanya Adit pada Meilin yang hanya di jawab anggukan oleh Meilin.

" Berteman sama Dylan, atau Divin kalo gak Clifer. Berteman gak?!!! " Tanya Adit antusias.

Meilinpun mengeryitkan keningnya bingung dan mulai mengingat. " Hmm. Entar. " Kata Meilin langsung memeriksa sosmednya.

Dengan liar Meilin memainkan jari-jarinya di benda pipih itu. " Ada Divin. " Kata Meilin.

Sontak membuat Adit membualatkan matanya. " Nah sekarang lo kabarin Divin kalo Joan masuk rumah sakit! Gue yakin dia pasti langsung ke sini!!! " Kata Adit mengarahkan Meilin.

" Kalo gak salah lo sempat foto Joankan pas di ambulance? Nah lo kirim ajah fotonya ke dia biar dia percaya. Karena kebanyakan dari mereka cuek sama orang termasuk di sosmed dan setau gue mereka paling jarang aktif!!! Gue saranin sebisa mungkin lo buat dia percaya supaya dia mau ngebuka chat dari lo!!! " Sambung Adit menjelaskan.

Meilin hanya memfokuskan diri dengan benda pipihnya sambil mendengarkan uncapan Adit.

Meilinpun menghentikan aktifitasnya pada handphonenya dan langsung kembali menatap Adit yang sibuk mondar-mandir sejak tadi.

" Kenapa gak lo ajah si yang ngabarin mereka?! " Tanya Meilin heran.

" Gue gak bisa ngabarin mereka! Gue gak berteman sama mereka karena gue gak mau berurusan sama monster-monster sekolah!!! " Kata Adit ngeri.

* * * * *

Dylan, Divin dan Clifer sibuk main kartu bersama di pinggir jalan sambil makan dan minum minuman yang sempat Clifer bawa saat kabur tadi.

" Menurut lo Joan di mana? " Tanya Clifer sambil memainkan kartunya seraya menjepit salah satu kartunya di bibirnya.

" Hmm! Mungkin dia pulang ata- " Kata Divin terpotong saat melihat menyadari layar handphonenya yang tiba-tiba menyala serta menampilkan cahaya yang begitu terang dalam kegelapan malam dan menampilkan notifikasi.

Dylan yang berada di samping tempat mereka meletakkan Handphonepun mencoba membaca separuh notifikasi yang tertera di layar handphonenya Divin.

" Joan!!! " Lirih Dylan dalam hati saat melihat kaliamat rumah sakit serta nama Joan yang tertera di layar handphone Divin dan langsung mengambil handphone Divin tersebut.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang