Make Me Love You

617 38 3
                                    

Irene x BamBam

||

Aku tidak tahu apa itu yang namanya cinta. Cinta itu telah membuatku terluka sangat dalam. Dan membuatku tak ingin mengenalnya lagi.

Sampai akhirnya seseorang menyakinkanku bahwa cinta itu tidak seburuk yang kukira.

||


Aku akan memperkenalkan diriku. Namaku Bae Irene. Banyak yang bilang aku termasuk cewek yang populer karena kecantikannya. Banyak murid laki-laki di sekolah ini yang menyukaiku. Bahkan di lokerku ada banyak surat, bunga, cokelat dan lain sebagainya. Entah siapa saja yang meletakkan itu semua di lokerku. Aku bahkan tidak bisa mengingat nama mereka.

Tapi, aku sama sekali tidak tertarik dengan mereka semua. Bukan karena aku pilih-pilih atau aku membenci ataupun tak menyukai mereka. Hanya saja aku terlalu takut untuk memulai sebuah hubungan.

Dulu, aku pernah dicampakkan dan dibuang begitu saja. Aku tidak tahu apa salahku padanya. Yang aku tahu, dia tengah menjalin hubungan dengan orang lain. Padahal saat itu status kami masih berpacaran. Setidaknya putuskan aku dulu, setelah itu dia boleh melakukan apapun sesuka hatinya. Aku tidak akan melarangnya.

Lebih parahnya lagi, dia dengan terang-terangan mengatakan kalau dia tidak menyukaiku. Dia hanya ingin bermain dengan denganku. Dia mempermainkan perasaanku. Niatnya hanya ingin bersenang-senang.

Dia bahkan pernah mengatakan ini padaku.

"Kau itu memang cantik. Tapi kau polos dan bodoh. Sampai dengan mudahnya percaya padaku."

Bukankah dia gila?

— Make Me Love You —

Aku membiarkan semua pemberian mereka menumpuk di lokerku. Terkadang aku membagikan barang pemberian mereka pada teman sekelasku.

Teman sekelasku juga tidak keberatan kalau aku memberikan barang itu pada mereka. Mereka senang-senang saja.

"Kalau kau tidak mau, berikan saja padaku."

"Kan sayang kalau kau buang."

"Kan lumayan. Kita dapat cokelat dengan cuma-cuma."

"Kapan lagi kita dapat pemberian gratis seperti ini."

Begitulah yang mereka katakan.

— Make Me Love You —

Meski aku tak ingin punya hubungan apapun dengan seorang laki-laki. Bukan berarti aku tak punya teman laki-laki. Ada satu orang yang baik padaku. Aku menyukai sikapnya yang tidak seperti laki-laki itu. Dia ini benar-benar berbeda. Dia suka membantuku. Aku menganggapnya sudah seperti saudaraku sendiri.

Orang itu bernama BamBam.

Dia duduk sebangku denganku. Dia ini orangnya ceria dan suka bercanda. Dia adalah laki-laki yang menghiburku disaat laki-laki lain membuatku menangis. Aku bersyukur bisa punya teman seperti BamBam.

"Sudah berapa banyak yang kau dapatkan?" tanya BamBam yang merujuk pada barang pemberian murid laki-laki.

"Sangat banyak. Begitu aku membuka loker, semua yang ada di dalamnya langsung berjatuhan semua." ceritaku yang tak percaya dengan keadaan lokerku yang sudah sangat penuh.

"Wow. Sumbangkan saja semuanya." canda BamBam sambil bertepuk tangan.

"Apa kujual saja ya?" ucapku membalas candaan BamBam.

"Nanti uangnya dibagi denganku ya." ucap BamBam.

Kami berdua pun tertawa karena ucapan kami sendiri.

"Tapi, kenapa nggak dicoba aja sih?" tanya BamBam serius.

"Huh? Apanya?" tanya Irene bingung.

"Memulai hubungan lagi." jelasnya.

Begitu BamBam mengatakan hal itu, aku langsung berubah murung.

"Ya kenapa nggak dicoba aja. Nggak semua cowok kayak gitu kok." ucap BamBam menasehati.

"Aku contohnya." lanjutnya.

"Ah, bercanda aja." ucapku sambil tertawa.

"Aku nggak lagi bercanda." ucapnya serius.

"Kalo aku suka sama kamu gimana?" tanya BamBam sambil menatap ke arahku sejelasnya

Apa yang dibilang orang-orang itu benar?

Hubungan antara cewek sama cowok itu pasti bukan hubungan biasa. Diantara dua orang itu pasti ada yang menyukai lawan jenisnya.

Tapi, aku hanya menganggapnya sebagai teman. Lagipula aku tak punya perasaan lebih terhadapnya. Aku juga tak tertarik untuk jatuh cinta lagi. Karena tidak ada cinta yang bisa kupercaya.

Aku tahu dia memang baik. Tapi, aku ragu. Aku belum siap memulai hubungan lagi.

"Apa kau tak percaya denganku?"

"Bukan. Bukan begitu." sanggahku.

"Aku tak punya kepercayaan lagi terhadap cinta." ucapku tegas.

"Tidak semua cinta itu buruk seperti yang kau kira." jelasnya.

"Bukankah lebih baik berteman daripada pacaran. Pacaran bisa saja putus, tapi hubungan pertemanan tidak akan pernah putus." jelasku.

"Aku tahu." balasnya sambil mengangguk.

"Bisakah kau percaya denganku? Percaya pada perasaanku yang tulus mencintaimu." tanya BamBam.

"Aku tidak tahu." ucapku sambil menundukkan kepala.

"Apa aku pernah membohongimu?"

"Apa aku pernah membuatmu menangis?"

"Apa aku pernah berbuat kasar padamu?"

"Apa aku pernah menghinamu?"

Semua pertanyaan yang dilonyarkan BamBam hanya kujawab dengan gelengan kepala.

"Apa aku bisa percaya bahwa kau tulus?" tanyaku memastikan.
"Tentu." jawab BamBam yakin.

"Jujur, aku merasa nyaman saat bersamamu." ucapku jujur.

"Bisakah kau membuatku mencintaimu?" pintaku.

"Aku tidak akan melakukannya?" tolaknya.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Aku ingin kau berusaha sendiri. Aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku." jelasnya.

"Terima kasih."

"Jangan berterima kasih."

"Maaf harus membuatmu menunggu lagi."

"Jangan meminta maaf."

"Kenapa?"

"Tidak ada kata 'terima kasih' dan 'minta maaf' dalam pertemanan."

Aku pun memeluknya. Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang seperti BamBam. Aku sangat berterima kasih padanya.

"Kenapa kita jadi melow kayak drama gini?" tanyanya.

"Kau yang memulai semuanya." ucapku menyalahkan BamBam.

Lalu dia hanya membalasnya dengan anggukan kepala sambil tertawa konyol. Dan alhasil aku pun ikut tertawa melihat kelakuannya.



— End —

A Story About IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang