You & I

352 14 0
                                    


Irene x Park Bogum

||

Yang terbesit di benakku hanya satu.
Akankah aku dan kamu menjadi kita?
Dan doaku hanya satu.
"Semoga"

||

Ini tentang aku, Bae Irene  dan lelaki bernama Park Bogum. Pertemuan kami terjadi begitu saja. Saat itu, aku sedang duduk di taman belakang rumahku. Aku menyendiri. Merenung, tepat satu jam sebelum acara pertunanganku dilangsungkan.

Lelaki asing itu menghampiriku. Sepertinya, dia teman dari calon tunanganku. Jadi, wajar saja jika aku tak mengenalnya.

Dia duduk di sebelahku. Aku pun menggeser dudukku. Tak enak jika ada yang melihat kami duduk berdekatan seperti itu. Mengingat hari itu aku akan segera menjadi tunangan seseorang.

"Ini acaramu, kenapa kau di sini?" Ucapnya memulai pembicaraan.

"Hanya, sedang berpikir." Balasku sembari memandang jauh ke depan.

"Apa yang kau pikirkan? Raut mukamu terlihat tak senang." Ucapnya lagi.

Lelaki itu terlalu banyak bertanya. Tapi tetap saja ku jawab pertanyaan darinya.

"Ya, begitulah." Balasku tak minat.

"Bukankah dia cukup tampan. Dia juga kaya. Kurang apalagi memangnya?"

Kenapa dia begitu peka? Batinku.

"Aku tidak menyukainya. Aku setuju bertunangan, karena orang tua kami yang menginginkannya." Ucapku jujur.

Entah kenapa saat itu aku begitu jujur pada lelaki yang bahkan namanya saja aku tidak tahu.

"Perjodohan." Tebaknya.

Aku hanya mengangguk sebagai balasannya.

"Mereka bahkan sudah menentukan tanggal pernikahan." Ujarku lesu.

"Kapan itu?" Tanyanya ingin tahu.

"Dua bulan lagi, 12 maret."

"Kalau begitu batalkan saja." Usulnya.

Itu adalah hal gila yang pernah kudengar. Aku tidak mungkin melakukan itu. Itu pasti akan melukai perasaan mereka. Aku tidak bisa mengatakan hal seperti itu.

"Itu akan melukai perasaan mereka." Ucapku sembari menggelengkan kepala, tanda tak setuju.

"Lalu bagaimana dengan perasaanmu sendiri? Kau akan menjadi orang yang paling terluka nantinya."

Yang dikatakan lelaki itu memang benar. Tapi tak apa, lebih baik begitu.

"Lakukan sekarang! Dari pada menyesal di kemudian hari." Sarannya.

Aku melirik jam di tanganku. Aku pun berdiri, hendak masuk kembali ke dalam.

"Maaf, sudah waktunya. Kau juga segeralah masuk." Ucapku.

Akhirnya acara yang di tunggu-tunggu semua orang kecuali aku, telah dimulai. Acara pemasangan cincin di jari manis akan segera dilaksanakan.

A Story About IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang