Nabilah POV
"Ayu, sini sebentar papa mau bicara." Ujar papaku saat aku baru saja hendak ingin menaiki tangga menuju kamarku. Terpaksa aku memutar balik tubuhku lalu berjalan menuju sofa ruang tamu kemudian duduk disebelah papaku.
"Ada apa pa?"
Papaku terlihat berfikir sejenak sebelum akhirnya ia menatapku.
"Papa dapat info dari om Rio kalau kamu sering izin keluar Rumah Sakit disaat jam praktik. Memangnya kamu kemana?"
"Ah...itu pa, selain Ayu praktik di Rumah Sakitnya om Rio, Ayu juga sering mendapat panggilan untuk datang kerumah pasien. Ayu selalu izin kok pa, sama om Rio. Ayu gak mungkin pergi gitu aja tanpa izin dari dia." Ucapku memberi alasan semasuk akal mungkin.
"Begitu ya? Ya papa sih gak masalah asalkan om Rio udah memberi izin. Tapi jangan terlalu sering ya nak, gak enak sama om Rio nya. Kalau diluar dari jam praktik kamu sih gak masalah."
"Iya pa."
Papaku tersenyum kemudian membelai rambutku.
"Anak papa udah dewasa ya, udah gak bisa lagi papa gendong gendong deh."
"Ayu tetap gadis kecilnya papa kok" Ucapku sambil bergelayut manja pada lengan kekarnya.
"Oh iya, apa Brian sudah kasih tau kamu?"
"Brian? Kenapa Brian?"
"Lohh...memangnya dia belum kasih kabar ke kamu?"
"Kabar apa pa?"
"Brian dan keluarganya kan minggu depan mau kesini sayang, mereka mau melamar kamu secara resmi. Waktu itu dia baru secara simbolis aja kan?"
Brian, hampir saja aku lupa jika aku memiliki kekasih di London, aku juga baru ingat setelah kepulangan kak Melody aku memang semakin disibukkan bolak balik Rumah sakit menuju kediamannya sehingga tak jarang pula aku mengabaikan pesan dan telponnya. Sedangkan kondisi kak Melody sendiripun belum menunjukkan kearah yang lebih baik. Sejak ia kembali kerumahnya seminggu yang lalu, ia tetap melakukan aktivitas nya yang seperti biasanya yaitu merenung dan berdiam diri dikamarnya. Tapi aku tentunya tak begitu saja menyerah untuk membuatnya sembuh, keyakinan dalam diriku jika ia bisa sembuh sungguhlah besar. Aku akan mengembalikan jiwanya dengan caraku sendiri. Biar bagaimanapun aku turut bertanggung jawab atas kondisinya saat ini. Akulah yang secara tak langsung membuatnya menderita seperti ini.
"Yu?? Anak papa kenapa melamun?"
Hampir saja aku melupakan kehadiran papaku karena terlalu larut dalam pikiranku sendiri."Ah...hmmm gak kok pa, untuk masalah itu biar Ayu bicara lagi dengan Brian. Ayu kekamar dulu ya pa, mau mandi."
"Iya sayang, istirahat ya."
Aku mengangguk, kemudian mengecup pipi papaku singkat lalu beranjak menuju kamarku dengan sejuta pikiran yang sangat menganggu bila tidak segera aku pikirakan.Sesampainya dikamar, aku segera mengambil ponselku di dalam tas kemudian memeriksanya dan ternyata memang cukup banyak Brian menghubungiku hari ini. Tercatat sudah lebih dari 24 kali panggilan tak terjawab serta 18 pesan yang belum aku baca, semuanya beratasnamakan dirinya. Ehh....tidak, ternyata satu diantara pesan tersebut adalah dari operator provider yang kugunakan yang berisikan informasi jika paket dataku akan segera habis dan memintaku untuk kembali mengisinya. Yahh, si mbak operator ini memang terkenal cukup rewel dan rajin untuk mengirimiku pesan yang menurutku sok perhatian. Bahkan, waktu itu operator yang telah kugunakan selama bertahun tahun ini pernah mengirimiku pesan yang berisi layanan SMS dari artis tentang kegiatan yang sedang mereka kerjakan. Jadi nanti para customer yang telah berlangganan layanan itu akan dikirimkan SMS perharinya dari artis yang telah mereka pilih untuk diikuti kegiatannya. Apa mbak operator ini gak tau ya, kalau aku ini dulunya adalah mantan member dari idol nomor satu di Indonesia? Oke lupakan itu, sekarang mari pikirkan tentang Brian dan keluarganya yang akan datang kesini serta rencananya untuk melamarku secara resmi.