Nabilah POV
Ctak...Ctak...Ctak...
Sedaritadi yang aku lakukan hanyalah memainkan pena sambil meletakkan daguku diatas meja, rasanya banyak sekali yang saat ini sedang aku pikirkan, termasuk perubahan sikap mamahnya kak Melody kemarin. Mengapa ia berubah menjadi membenciku seperti itu?
Disinilah aku sekarang, di ruangan yang bercat serba putih yang dilengkapi dengan peralatan kedokteranku. Pasien ku hari ini tidaklah seramai biasanya, ya biarlah aku memang sedang tidak memiliki mood yang bagus hari ini.
Sebuah notifikasi pesan masuk sontak membuyarkan lamunanku, dengan malas aku merogoh kantong jasku kemudian mengambil ponselku.Frieska Anastasia : Dek, mba imel udh sadar. Kamu bisa kesini sekarang?
Nabilah Ratna Ayu : Bisa kak, aku langsung kerumah sakit skrg.
Tanpa pikir panjang, aku segera membalas pesan dari kak Frieska kemudian membereskan perlengkapanku kedalam tas lalu memanggil suster Susan untuk menyampaikan izinku kepada om Rio.
®®®®®®
Dengan sedikit berlari lari akhirnya aku tiba diruangan rawat kak Melody. Aku mencoba menstabilkan nafasku yang masih terengah engah lalu sekalian mempersiapkan mentalku untuk kembali bertemu dengan mamahnya kak Melody. Ragu ragu sekali rasanya aku membuka pintu yang tertutup ini hingga akhirnya aku merasakan ada seseorang yang menyentuh bahuku pelan.
"Ecopott!!"
"Dek, baru datang? Bukannya masuk?"
Ah...itu ternyata kak Dylan yang kini tengah berdiri di belakangku sambil membawa Nabilah kecil dalam gendongannya. Aku memutar badanku menghadap mereka berdua, dapat kulihat dengan jelas pasangan ayah dan anak ini yang kompak mesem mesem karena telah berhasil membuatku kaget.
"Hallo tante"
Sapa anak manis itu sambil tersenyum."Hallo sayang"
Balasku lalu mengecup pipinya yang gembil. Nabilah kecil meminta agar ia berpindah dari gendongan ayahnya ke gendonganku, hmmm berat juga rupanya anak ini.Setelah Nabilah kecil berada dalam gendonganku, aku mulai mengikuti kak Dylan untuk masuk kedalam ruangan rawat kak Melody. Saat pertama kali aku melangkahkan kakiku keruangan ini, wajah yang pertama kali aku tangkap dengan pandanganku adalah wajah ketidaksukaan dari mamahnya kak Melody yang sedang menatapku dan bahkan terlihat seperti mengekori pergerakanku. Seperti kemarin, wajah itu terasa sangat dingin dan asing untukku. Aku berusaha mengalihkan pandanganku darinya dan berusaha bersikap sebiasa mungkin. Kini satu satunya tujuanku adalah untuk melihat kondisi kak Melody. itulah dirinya disana, dirinya yang masih terbaring lemah diatas ranjangnya, serta tangan kanannya yang masih terhubung dengan selang infus. Kulihat dari sudut mataku, mamahnya kak Melody mulai bangkit dari sofa yang semula ia duduki kemudian berjalan perlahan kearahku.
"Sini sayang sama eyang."
Ia meminta dengan halus Nabilah dari gendonganku, namun diluar dugaanku anak manis ini justru menggeleng dan malah semakin mengeratkan lengan kecilnya dileherku. Ada sedikit amarah yang aku tangkap dari sorot matanya setelah mendapat penolakan dari cucunya. Aku yang tak ingin semakin memperkeruh suasana mencoba membujuk anak lucu ini agar mau digendong oleh eyangnya.