[3-4]

600 52 2
                                    

Preview :
"Nunaaaa!!!" Ucap hojin setengah berteriak dan langsung berlari kearahku dgn tergesa gesa.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Kaki ku masih tergeletak di tanah, tempatnya di kebun berumah. Beberapa tanah bercampur batu menempel kakiku. Sangat kotor. Bahkan celana jeans ku pun bercampur tanah.

Saat aku ingin bangkit, rasanya sangat sakit sekali kaki ini. Seperti mau patah,tak dapat kugerakan. Akhirnya kupaksakan  bangun dr posisi selonjor.

Menyerah, kaki ku benar benar tak bisa bergerak. Sakit sekali.

"Hah.. aish" kesalku karna tak bisa bangun.

Terdengar suara derapan kaki di telingaku, saat ku toleh ke belakang. Hojin terlihat sedang berlari kearahku.

Saat lari pun saja, ia tampak khawatir. Keringatnya yg berkucuran di wajahnya nampak membuatku tak enak hati.

"Nuna gwenchanayo? Eo nuna.." tanyanya dgn khawatir.

Matanya pun sibuk melihat dari atas sampai bawah badanku hingga kaki seperti mencari luka.

Aku pun berusaha untuk menutupi luka ku didengkul yg robek hingga terlihat darah,  tapi lantas ketauan juga oleh matanya

"Aa.. aku baik baik saja jin-a jinja" bohongku sambil memaksakan tersenyum padanya.

Ia menghela nafas berat, menatapku kelam.

"Bohong" ucapnya dingin.

"Aku pasti diomelin nanti sama eunwoo hyung kalo dia tau soal ini" sesalnya sambil mengusak ngusik kepalanya

Aku menggeleng dan tersernyum padanya.

"Kalo begitu, aku akan memarahi nya lagi. Kenapa dia tak ada saat yeoja chingu nya lagi seperti ini" candaku disertai senyum kecil

Hojin pun tiba tiba tertawa keras, aku hanya bingung menatapnya tertawa dgn muka tidak tau.

"Arraseo.. kajja ayoo kita ke sana, aku ada beberapa obat di rumah kecil itu" ajaknya sambil membantuku bangun.

Ia pun membantuku bangun, tangannya memegang lengan tanganku di bahu nya. Kami pun jalan pelan pelan. Kadang agak perih saat berjalan tapi masih bisa kutahan.

Sampai di rumah kecil, ia menurunkan lenganku di pundaknya dan membantuku untuk duduk di kursi kecil ini.

"Tunggu sini, aku akan segera kembali" ucapnya sambil tersenyum ramah.

Aku pun mengangguk setuju, dan ia pergi kedalam rumah kecil itu. Ku pikir ini rumah untuk segala keperluan kebun. Sambil menunggunya, angin sepoi sepoi mulai mengenai wajahku membuatku segar kembali.

"Nuna, tahan sedikit ne" ucapnya dgn lembut sambil menatapku.

Aku pun menangguk mengerti.

Dia sangat mirip seperti eunwoo hanya saja, tangannya terlihat lihai sekali seperti ini. Dia tampak hati hati terlihat tangannya yg mengobati luka ku, matanya pun tak lepas dr luka dengkul ku.

"Selesai.." katanya sambil tersernyum ramah padaku.

"Gomawo hojin-a" ucapku dgn membalas senyumnya.

Dia kembali tersenyum padaku, tampak manis dan sampai mata ini pun rasanya tak ingin berhenti melihatnya. Sekilas hampir sama dgn eunwoo tp sifatnya itu...

"Nunaa! Waeyo?? Knpa tiba tiba melihatku seperti itu?" Tanyanya dgn menoleh ke arah mataku

'Oh no.. aku tertangkap basah' ucap dalam hatiku.

Aku pun langsung memalingkan mataku menuju arah lain,  dan berusaha untuk tenang.

"A-anio..hm sekarang apa lagi? Apa kita harus menanam pupuk lagi disana?" Tanyaku mencoba merubah topik.

Dia menggeleng.

"Shireoo! Tentu saja pulang, semoga aja eunwoo hyung tidak kesini" ucapnya sedikit lemas dan duduk disebelahku

Aku hanya tertawa geli melihatnya, lucu sekali dia.

"Aigoo kiyeowo~~" godaku sambil mengelus ngelus pipi nya sambil tertawa geli melihatnya yg muka nya jd bete gitu.

Ia pun membantuku berjalan menuju pintu belakang tadi, agak jauh karna perkebunan milik neneknya eunwoo sangat luas. Walaupun begitu hojin selalu membuatku tertawa cekikikan sampai tak terasa sudah pintu belakang dan rasa sakit pun hilang.

Saat ku masuk ke dalam rumah lagi, hojin pun menaruhku di sofa tengah rumah dgn hati hati.

"Nuna aku mau masak dulu, sebentar lagi makan malam. Nenek akan marah klo jam segini aku blm masak jadi kalo ada apa apa, panggil aja ne" ucapnya dibarengi dgn wink nya.

"E- hmm.. boleh aku ikut bantu? Aku juga ingin membuat sesuatu untuk nenek" tanyaku dgn sedikit memohon.

"Andwaee! Nuna.. lihat lukamu nnti kalo ada apa lagi. Aku yg kena. Nuna jebal hmm" ucapnya berbalik memohon padaku sambil membulatkan matanya padaku.

Aku diam sesaat memikirkan, akhirnya aku dapet ide.

"Bagaimana kalo aku kesana cuma liat aja hm, aku juga pingin tau makanan yg biasa buat nenek apa.. jebal hojin-a" ucapku setengah memohon padanya.

Ia nampak berpikir sejenak.

"Baiklah, nuna boleh tp jangan ikut masak, janji ya" jawab hojin sambil mengelus puncuk kepala ku.

Hojin pun memulai masaknya, sepertinya dia akan memasak pake kimchi. Tangannya yg tak terlalu besar nampak lihai dalam memotong kimchi nya, matanya pun fokus pada masakannya. Tanpa melirik kanan kiri, ia tetap fokus. Tatapannya serius saat semua bahan yg ia potong dimasukann ke dalam panci.

Disaat masakannya hampir selesai, tercium bau aneh. Seperti ada rasa berbeda. Aku pun memberanikan diri untuk nanya.

"Hojin-a boleh aku mencoba nya sedikit?" Tanyaku meminta ijin.

Ia pun mengambil sendok, mengambilkan sedikit air sup ke sendok dan memberikannya padaku. Saat kucoba rasanya... aku tak sanggup memakannya lagi.

"Hojin-a mianhae.. kali ini aku yg masak arraseo? Kaki ku mulai baikan jadi ayolah hmm" bujukku sambil menonjolkan kedua belah mataku sebulat mungkin.

Dia nampak berpikir lama, aku tak tahan akhirnya ku coba berjalan walaupun perlahan. Sampai disana aku pun segara mengambil ahli dapur ini.

10 menit berlalu...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wedding DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang